SYAIKH SUBAKIR
Wus kalayan karsa Nata, yata kan
kocapa mangkin, janma kang samya tinilar, aneng jroning pulo Jawi, binadog ing
dedemit, meh telas pan amung kantun, sakawan dasa somah, giri mahanira sami,
lajeng layar mantuk mring Ngerum nagara (Kitab Musaras Syaikh Subakir, hal. 23)
Syaikh Subakir
termasuk salah satu Walisongo generasi awal. Ia merupakan ulama hebat yang
berasal dari negeri Persia. Ia memiliki keahlian khusus yang membuatnya sangat
terkenal di Nusantara, terutama di tanah Jawa, yaitu melakukan ruqyah Pulau
Jawa yang konon masih dianggap angker dan keramat. Ia mensucikan Pulau Jawa
dari berbagai macam energi negatif, termasuk membersihkan kekuatan-kekuatan
ghaib yang dapat mengganggu proses dakwah Islam di Nusantara. Pada waktu itu,
Pulau Jawa belum begitu banyak penduduknya, sehingga masih banyak tempat-tempat
yang dihuni oleh makhluk halus dan tak jarang mengganggu kehidupan manusia.
Melalui cerita ini,
akan diuraikan kembali jejak historis Syaikh Subakir yang masih belum banyak
dikenal orang dan belum banyak diulas dalam buku-buku cerita maupun buku
sejarah yang ada. Adapun cerita-cerita yang selama ini beredar lebih cenderung
bersifat magis-mistis daripada telaah kritis terhadap kiprah dan peran beliau
dalam penyebaran Islam di Tanah Jawa. Sehingga di lapangan masih ditemukan
banyak versi dan silang-sengkarut terkait kisah Syaikh Subakir ini. Hal ini
dapat dimaklumi, sebab sangat sedikit sekali sumber ilmiah yang dapat dijadikan
referensi.
Sumber gambar: www.tabloidjawatimur.com
Biografi Singkat Syaikh Subakir
Menurut catatan
sejarah, Syaikh Subakir lahir pada 20 Ramadhan 787 H di Persia. Memiliki nama
lengkap Syaikh Tambuh Aly bin Syaikh Baqir, atau ada yang menyebut Muhammad Al
Baqir. Namun, ketika datang di Pulau Jawa, orang menyebut beliau dengan Syaikh
Subakir. Beberapa sumber menjelaskan bahwa nama Al Baqir merupakan sebuah
gelar, yang berarti “membelah bumi”, dalam arti memiliki kapasitas keilmuan
yang luar biasa, diibaratkan mampu membelah bumi,mengeluarkan segala isinya
yaitu berupa ilmu pengetahuan.
Bila dilacak
berdasarkan garis nasabnya, ia masih keturunan Salman al Farisi, salah seorang
sahabat Nabi saw yang memiliki semangat luar biasa dalam memperjuangkan agama
Islam. Mengenai asal-usul Syaikh Subakir, ada pula yang mengatakan bahwa ia
berasal dari negeri Rum (Turki Utsmani). Konon ia diutus oleh Sultan Muhammad I
untuk menyebarkan agama Islam di negeri-negeri Timur (kawasan Nusantara).
Sebelum melakukan
dakwah Islam, Syaikh Subakir pernah belajar di Mekkah selama 10 tahun. Di tanah
suci tersebut, ia mendapatkan pengetahuan dan pelajaran agama dari para ualam setempat. Ia juga bergaul dengan
banyak orang dari beragam latar belakang adat-istiadat dan budaya dari seluruh
dunia. Hal ini kelak menjadi bekal dalam rangka melaksanakan misi dakwah dan
penyebaran Islam.
Tumbal Tanah Jawa.
Sebelum kedatangan
Syaikh Subakir di tanah Jawa,masyarakat di Pulau Jawa masih menganut agama
Hindu-Buddha. Ditambah pula masih kuatnya kepercayaan terhadap animisme dan
dinamisme. Mereka masih percaya adanya kekuatan pada arwah leluhur, pohon
besar, batu, tempat keramat, atau benda-benda pusaka. Mereka juga masih
melafalkan mantra-mantra yang dipercaya memiliki kekuatan ghaib (magis).
Lalu beredarlah sebuah
kisah mengenai seorang utusan dari negeri Arab untuk menyebarkan agama Islam di
Nusantara, khususnya Pulau Jawa. Para utusan dari Arab sebelumnya selalu gagal
dalam misi dakwah di tanah Jawa. Hal ini kemudian memicu kegelisahan yang luar
biasa. Setiap utusan ke tanah Jawa pasti binasa dan tidak tersisa. Pada saat itu
tanah Jawa digambarkan masih berupa hutan lebat dengan para penghuninya makhluk
halus yang sangat buas. Dengan kata lain, Pulau Jawa diibaratkan seperti tanah
tak bertuan.
Di gunung-gunung,
lembah, sungai besar, gua, pohon besar dan lain-lain, masih dihuni
makhluk-makhluk halus yang ganas dan berbahaya. Di daerah Boyolali dan
sekitarnya, tempat seperti lereng Gunung Merapi-Merbabu,Pengging, Tlatar, hutan
di kawasan Kemusu dan Juwangi termasuk yang masih angker dan wingit.
Oleh karena itu,
diutuslah Syaikh Subakir yang dikenal memang sakti mandraguna. Beliau diutus secara khusus untuk menangangi
masalah-masalah yang berbau mistis dan supranatural, yang dinilai telah menjadi
penghalang proses penyebaran Islam di tanah Jawa, yang masyarakatnya masih
banyak yang menyembah pohon dan batu-batuan.
Menurut cerita yang
berkembang, konon Syaikh Subakir membawa batu hitam yang dipasang di seluruh
Nusantara. Untuk tanah Jawa, batu hitam
diletakkan di tengah-tengah, yaitu tepatnya di Gunung Tidar (masuk Kabupaten Magelang
saat ini). Efek dari kekuatan ghaib dari batu hitam tersebut dapat menimbulkan
gejolak yang luar biasa. Hal ini membuat para jin dan makhluk halus lainnya
kaget dan mengamuk. Untunglah, Syaikh Subakir mampu mengatasi dan meredam
amukan para makhluk halus tersebut.
Akan tetapi, raja jin
tanah Jawa datang menemui Syaikh Subakir dan berkata, “Ya Syaikh, walaupun
engkau sudah mampu meredam amukan kami, dan mampu merintis penyebaran Islam di
tanah Jawa, tetapi qadratullah tetap masih berlaku atasku, ingat baik-baik itu
wahai Syaikh Subakir!”
“Apakah itu?” tanya
Syaikh Subakir penasaran.
“Aku masih
diperbolehkan menggoda manusia, termasuk orang-orang Islam yang imannya masih
lemah.” Jawab raja jin tegas dan mantap.
Akhirnya, setelah
ditaklukkannya si raja jin, tanah Jawa menjadi aman dan tenang. Dari hari ke
hari, pemeluk agama Islam semakin bertambah. Para makhluk halus semakin
tergusur, banyak di antara mereka yang mengungsi ke Laut Selatan, di mana Nyi
Roro Kidul berkuasa.
Versi Lain Kisah Syaikh Subakir
Pada suatu ketika,
dikisahkan datanglah para ulama dari negeri seberang lautan (Mesir) ke tanah
Jawa. Mereka diutus oleh Sultan Mesir untuk menyebarkan agama Islam yang
menurut laporan tanah Jawa waktu itu masih banyak yang kafir. Mereka dipimpin
oleh seorang Syaikh yang bernama Syaikh Subakir.
Sebelum rombongan
Syaikh Subakir, sudah ada beberapa ulama yang menginjakkan kaki di tanah Jawa.
Namun, setiap kali mereka datang, selalu mengalami kegagalan dalam menyebarkan
agama Islam. Hal inilah yang selalu menjadi pertanyaan di benak Syaikh Subakir,
mengapa bisa demikian?
Tidak berapa lama
setelah tiba di Pulau Jawa, Syaikh Subakir berhasil mendapatkan jawaban atas
pertanyaannya itu. Ternyata seluruh Pulau Jawa dari ujung barat hingga ujung
timur dijaga oleh bangsa jin yang dipimpin oleh Sabdo Palon. Kegagalan para
ulama sebelumnya adalah karena ulah para jin kafir yang tidak mau memeluk Islam
dan selalu menentang penyebaran agama Islam.
Untunglah, Syaikh
Subakir menguasai ilmu tentang makhluk halus, sehingga dia da para ulama yang
dipimpinnya mampu mengetahui keberadaan pada jin tersebut. Dalam wujud
kasarnya, para jin itu ada yang berwujud ombak besar yang mampu menenggelamkan
kapal berikut para penumpangnya. Ada yang berwujud angin putting-beliung yang mampu
merusak dan menghancurkan rumah dan pepohonan. Ada pula yang menjelma menjadi
hewan buas seperti harimau, ular, buaya, dan lain-lain. Perubahan bentuk dan
wujud itulah yang selama ini diduga telah mencelakakan para ulama yang
bermaksud menyebarkan agama Islam di tanah Jawa.
Kemudian, terjadilah
pertempuran dahsyat antara para jin dan pasukan ulama. Konon, pertempuran
berlangsung selama berhari-hari dan sulit untuk diperkirakan pihak mana yang
akan memenangkan pertempuran tersebut. Melihat situasi yang tidak
menguntungkan,maka Sabdo Palon mengusulkan adanya gencatan senjata dan
melakukan perundingan.
Akhirnya, terjadilah
kesepakatan antara kedua belah pihak. Salah satu isi kesepakatan itu adalah
Sabdo Palon memberikan kesempatan kepada Syaikh Subakir untuk menyebarkan agama
Islam di tanah Jawa, akan tetapi tidak boleh dengan paksaan. Sabdo Palon juga
memberi kesempatan kepada orang-orang Islam untuk berkuasa di tanah Jawa dengan
beberapa catatan, di antaranya jangan sampai meninggalkan adat-istiadat dan
budaya yang telah ada.
Sekian…
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Ditunggu komentar Anda!