Cari Blog Ini

Kamis, 03 Oktober 2019

Syaikh Subakir, Wali Pertama di Tanah Jawa


SYAIKH SUBAKIR



Wus kalayan karsa Nata, yata kan kocapa mangkin, janma kang samya tinilar, aneng jroning pulo Jawi, binadog ing dedemit, meh telas pan amung kantun, sakawan dasa somah, giri mahanira sami, lajeng layar mantuk mring Ngerum nagara (Kitab Musaras Syaikh Subakir, hal. 23)

Syaikh Subakir termasuk salah satu Walisongo generasi awal. Ia merupakan ulama hebat yang berasal dari negeri Persia. Ia memiliki keahlian khusus yang membuatnya sangat terkenal di Nusantara, terutama di tanah Jawa, yaitu melakukan ruqyah Pulau Jawa yang konon masih dianggap angker dan keramat. Ia mensucikan Pulau Jawa dari berbagai macam energi negatif, termasuk membersihkan kekuatan-kekuatan ghaib yang dapat mengganggu proses dakwah Islam di Nusantara. Pada waktu itu, Pulau Jawa belum begitu banyak penduduknya, sehingga masih banyak tempat-tempat yang dihuni oleh makhluk halus dan tak jarang mengganggu kehidupan manusia.

Melalui cerita ini, akan diuraikan kembali jejak historis Syaikh Subakir yang masih belum banyak dikenal orang dan belum banyak diulas dalam buku-buku cerita maupun buku sejarah yang ada. Adapun cerita-cerita yang selama ini beredar lebih cenderung bersifat magis-mistis daripada telaah kritis terhadap kiprah dan peran beliau dalam penyebaran Islam di Tanah Jawa. Sehingga di lapangan masih ditemukan banyak versi dan silang-sengkarut terkait kisah Syaikh Subakir ini. Hal ini dapat dimaklumi, sebab sangat sedikit sekali sumber ilmiah yang dapat dijadikan referensi.

Sumber gambar: www.tabloidjawatimur.com


Biografi Singkat Syaikh Subakir
Menurut catatan sejarah, Syaikh Subakir lahir pada 20 Ramadhan 787 H di Persia. Memiliki nama lengkap Syaikh Tambuh Aly bin Syaikh Baqir, atau ada yang menyebut Muhammad Al Baqir. Namun, ketika datang di Pulau Jawa, orang menyebut beliau dengan Syaikh Subakir. Beberapa sumber menjelaskan bahwa nama Al Baqir merupakan sebuah gelar, yang berarti “membelah bumi”, dalam arti memiliki kapasitas keilmuan yang luar biasa, diibaratkan mampu membelah bumi,mengeluarkan segala isinya yaitu berupa ilmu pengetahuan.

Bila dilacak berdasarkan garis nasabnya, ia masih keturunan Salman al Farisi, salah seorang sahabat Nabi saw yang memiliki semangat luar biasa dalam memperjuangkan agama Islam. Mengenai asal-usul Syaikh Subakir, ada pula yang mengatakan bahwa ia berasal dari negeri Rum (Turki Utsmani). Konon ia diutus oleh Sultan Muhammad I untuk menyebarkan agama Islam di negeri-negeri Timur (kawasan Nusantara).

Sebelum melakukan dakwah Islam, Syaikh Subakir pernah belajar di Mekkah selama 10 tahun. Di tanah suci tersebut, ia mendapatkan pengetahuan dan pelajaran agama dari  para ualam setempat. Ia juga bergaul dengan banyak orang dari beragam latar belakang adat-istiadat dan budaya dari seluruh dunia. Hal ini kelak menjadi bekal dalam rangka melaksanakan misi dakwah dan penyebaran Islam.
Tumbal Tanah Jawa.

Sebelum kedatangan Syaikh Subakir di tanah Jawa,masyarakat di Pulau Jawa masih menganut agama Hindu-Buddha. Ditambah pula masih kuatnya kepercayaan terhadap animisme dan dinamisme. Mereka masih percaya adanya kekuatan pada arwah leluhur, pohon besar, batu, tempat keramat, atau benda-benda pusaka. Mereka juga masih melafalkan mantra-mantra yang dipercaya memiliki kekuatan ghaib (magis).

Lalu beredarlah sebuah kisah mengenai seorang utusan dari negeri Arab untuk menyebarkan agama Islam di Nusantara, khususnya Pulau Jawa. Para utusan dari Arab sebelumnya selalu gagal dalam misi dakwah di tanah Jawa. Hal ini kemudian memicu kegelisahan yang luar biasa. Setiap utusan ke tanah Jawa pasti binasa dan tidak tersisa. Pada saat itu tanah Jawa digambarkan masih berupa hutan lebat dengan para penghuninya makhluk halus yang sangat buas. Dengan kata lain, Pulau Jawa diibaratkan seperti tanah tak bertuan.

Di gunung-gunung, lembah, sungai besar, gua, pohon besar dan lain-lain, masih dihuni makhluk-makhluk halus yang ganas dan berbahaya. Di daerah Boyolali dan sekitarnya, tempat seperti lereng Gunung Merapi-Merbabu,Pengging, Tlatar, hutan di kawasan Kemusu dan Juwangi termasuk yang masih angker dan wingit.

Oleh karena itu, diutuslah Syaikh Subakir yang dikenal memang sakti mandraguna.  Beliau diutus secara khusus untuk menangangi masalah-masalah yang berbau mistis dan supranatural, yang dinilai telah menjadi penghalang proses penyebaran Islam di tanah Jawa, yang masyarakatnya masih banyak yang menyembah pohon dan batu-batuan.

Menurut cerita yang berkembang, konon Syaikh Subakir membawa batu hitam yang dipasang di seluruh Nusantara.  Untuk tanah Jawa, batu hitam diletakkan di tengah-tengah, yaitu tepatnya di Gunung Tidar (masuk Kabupaten Magelang saat ini). Efek dari kekuatan ghaib dari batu hitam tersebut dapat menimbulkan gejolak yang luar biasa. Hal ini membuat para jin dan makhluk halus lainnya kaget dan mengamuk. Untunglah, Syaikh Subakir mampu mengatasi dan meredam amukan para makhluk halus tersebut.

Akan tetapi, raja jin tanah Jawa datang menemui Syaikh Subakir dan berkata, “Ya Syaikh, walaupun engkau sudah mampu meredam amukan kami, dan mampu merintis penyebaran Islam di tanah Jawa, tetapi qadratullah tetap masih berlaku atasku, ingat baik-baik itu wahai Syaikh Subakir!”
“Apakah itu?” tanya Syaikh Subakir penasaran.
“Aku masih diperbolehkan menggoda manusia, termasuk orang-orang Islam yang imannya masih lemah.” Jawab raja jin tegas dan mantap.

Akhirnya, setelah ditaklukkannya si raja jin, tanah Jawa menjadi aman dan tenang. Dari hari ke hari, pemeluk agama Islam semakin bertambah. Para makhluk halus semakin tergusur, banyak di antara mereka yang mengungsi ke Laut Selatan, di mana Nyi Roro Kidul berkuasa.


Versi Lain Kisah Syaikh Subakir
Pada suatu ketika, dikisahkan datanglah para ulama dari negeri seberang lautan (Mesir) ke tanah Jawa. Mereka diutus oleh Sultan Mesir untuk menyebarkan agama Islam yang menurut laporan tanah Jawa waktu itu masih banyak yang kafir. Mereka dipimpin oleh seorang Syaikh yang bernama Syaikh Subakir.

Sebelum rombongan Syaikh Subakir, sudah ada beberapa ulama yang menginjakkan kaki di tanah Jawa. Namun, setiap kali mereka datang, selalu mengalami kegagalan dalam menyebarkan agama Islam. Hal inilah yang selalu menjadi pertanyaan di benak Syaikh Subakir, mengapa bisa demikian?
Tidak berapa lama setelah tiba di Pulau Jawa, Syaikh Subakir berhasil mendapatkan jawaban atas pertanyaannya itu. Ternyata seluruh Pulau Jawa dari ujung barat hingga ujung timur dijaga oleh bangsa jin yang dipimpin oleh Sabdo Palon. Kegagalan para ulama sebelumnya adalah karena ulah para jin kafir yang tidak mau memeluk Islam dan selalu menentang penyebaran agama Islam.

Untunglah, Syaikh Subakir menguasai ilmu tentang makhluk halus, sehingga dia da para ulama yang dipimpinnya mampu mengetahui keberadaan pada jin tersebut. Dalam wujud kasarnya, para jin itu ada yang berwujud ombak besar yang mampu menenggelamkan kapal berikut para penumpangnya. Ada yang berwujud angin putting-beliung yang mampu merusak dan menghancurkan rumah dan pepohonan. Ada pula yang menjelma menjadi hewan buas seperti harimau, ular, buaya, dan lain-lain. Perubahan bentuk dan wujud itulah yang selama ini diduga telah mencelakakan para ulama yang bermaksud menyebarkan agama Islam di tanah Jawa.

Kemudian, terjadilah pertempuran dahsyat antara para jin dan pasukan ulama. Konon, pertempuran berlangsung selama berhari-hari dan sulit untuk diperkirakan pihak mana yang akan memenangkan pertempuran tersebut. Melihat situasi yang tidak menguntungkan,maka Sabdo Palon mengusulkan adanya gencatan senjata dan melakukan perundingan.

Akhirnya, terjadilah kesepakatan antara kedua belah pihak. Salah satu isi kesepakatan itu adalah Sabdo Palon memberikan kesempatan kepada Syaikh Subakir untuk menyebarkan agama Islam di tanah Jawa, akan tetapi tidak boleh dengan paksaan. Sabdo Palon juga memberi kesempatan kepada orang-orang Islam untuk berkuasa di tanah Jawa dengan beberapa catatan, di antaranya jangan sampai meninggalkan adat-istiadat dan budaya yang telah ada.
Sekian…


(Trimanto B. Ngaderi)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Ditunggu komentar Anda!