Artikel
10 TIPS MEMPERERAT
CINTA SUAMI-ISTERI
Oleh: Trimanto*)
Cinta
merupakan sesuatu yang abstrak dan menyangkut perasaan manusia. Cinta bukanlah
pada pandangan pertama, apalagi hanya didasarkan pada penampilan fisik,
kepemilikan harta, atau status sosial.
Cinta
sejati adalah sebuah proses. Sesuatu yang mesti dirawat dan dipelihara. Ibarat
tanaman, perlu disiram dan diberi pupuk. Cinta hakiki tidak datang begitu saja.
Butuh kehendak bersama untuk membangun dan membesarkan. Lebih dari itu,
dibutuhkan kesungguhan dan juga pengorbanan.
Berikut ini
akan disampaikan tips-tips yang bisa dilakukan agar cinta di antara pasangan
suami-isteri semakin erat dan langgeg, sesuai yang diajarkan oleh Islam dan
dicontohkan oleh Nabi Muhammad saw:
1) Menampakkan Wajah yang Ceria
Ungkapan dengan bahasa wajah, mempunyai pengaruh yang besar
dalam kegembiraan dan kesedihan seseorang. Seorang isteri akan senang jika
suaminya berwajah ceria, tidak cemberut. Nabi saw. bersabda:
“Sedikit pun janganlah engkau
menganggap remeh perbuatan baik, meskipun ketika berjumpa dengan saudaramu engkau
menampakkan wajah ceria”.[H.R.
Muslim]
Begitu pula sebaliknya, ketika suami datang, seorang isteri
jangan sampai menunjukkan wajah cemberut, sedih atau marah.
Meskipun demikian, hendaknya seorang suami juga bisa memahami kondisi isteri
secara kejiwaan. Misalnya, isteri yang sedang haidh atau nifas, terkadang berkata atau melakukan tindakan yang menjengkelkan. Maka seorang suami
hendaklah bersabar.
Kewajiban atas
suami atau istri adalah bergaul dengan baik dan saling menampakkan wajah penuh
kecintaan. Firman Allah swt:
“… Pergaulilah mereka dengan baik…(An Nisa’: 19)
Sabda Nabi saw
yang lain:
“Orang yang paling sempurna imannya
adalah yang terbaik akhlaknya di antara mereka. Dan sebaik-baik kalian adalah
yang terbaik terhadap isteri-isteri kalian.” [H.R. Tirmidzi]
2) Berkata yang Baik
Kalimat yang baik adalah kalimat-kalimat yang menyenangkan
dan membangkitkan semangat. Hendaklah menghindari kalimat-kalimat yang tidak
menyenangkan, bahkan menyakitkan. Kata-kata lebih tajam daripada pisau.
Tusukannya akan terasa lebih menyakitkan daripada kekerasan fisik. Dan luka
bekas kata-kata yang buruk akan sangat lama sembuhnya, bahkan seumur hidup tak
bisa dilupakan.
Sebuah hadits mengatakan, “Fal yaqul khairan au liyas muut” (Berkatalah yang baik atau
diamlah).
3) Mengkhususkan Waktu Duduk Bersama
Jangan sampai antara
suami dan isteri sibuk dengan urusannya masing-masing, sehingga tidak ada waktu
lagi untuk duduk bersama. Rasulullah saw pernah menasihati Amr bin Ash, ketika
ia disibukkan dengan shalat malam dan puasa sunnah, sehingga lupa dan lalai
terhadap istrinya.
“Puasalah dan berbukalah. Tidur dan
bangunlah. Puasalah sebulan selama tiga hari, karena sesungguhnya kebaikan itu
memiliki sepuluh kali lipat. Sesungguhnya engkau memiliki kewajiban atas
dirimu. Dirimu sendiri memiliki hak, dan engkau juga mempunyai kewajiban
terhadap isterimu, juga kepada tamumu. Maka, berikanlah haknya setiap orang
yang memiliki hak”.[Muttafaqun
‘alaihi]
Diperintahkan atas suami mengkhususkan waktu-waktu tertentu, meluangkan
waktu untuk isterinya, agar sang isteri merasa tentram, memperlakukan isterinya
dengan baik; terlebih lagi apabila tidak memiliki anak.
Rasulullah saw. bersabda:
“Orang yang paling sempurna imannya
adalah yang terbaik akhlaknya di antara mereka. Dan sebaik-baik kalian adalah
yang terbaik terhadap isteri-isteri kalian.”[H.R. Tirmidzi]
4) Saling Memberi Hadiah
… Memberi hadiah
merupakan salah satu bentuk perhatian seorang suami kepada istrinya, atau istri
kepada suaminya. Terlebih bagi istri, hadiah dari suami mempunyai nilai yang
sangat mengesankan. Hadiah tidak harus mahal, tetapi sebagai simbol perhatian
suami kepada istri.
Seorang suami yang
ketika pulang membawa sekedar oleh-oleh kesukaan istrinya, tentu akan membuat
sang isteri senang dan merasa mendapat perhatian. Dan seorang suami, semestinya
lebih mengerti apa yang lebih disenangi oleh isterinya. Oleh karena itu, para
suami hendaklah menunjukkan perhatian kepada istri, diungkapkan dengan memberi
hadian meski sederhana.
Sabda Nabi saw: “Saling memberi hadiahlah kalian, niscaya
kalian akan saling mencintai.”
5) Memberikan Penghormatan dengan Hangat kepada Pasangan
Memberikan
penghormatan dengan hangat kepada pasangannya, baik ketika hendak pergi keluar
rumah, ataupun ketika pulang. Penghormatan itu, hendaklah dilakukan dengan
mesra.
Dalam beberapa
hadits diriwayatkan, ketika hendak pergi shalat, Rasulullah saw. mencium
isterinya tanpa berwudhu lagi dan langsung shalat. Ini menunjukkan, bahwa
mencium isteri dapat mempererat hubungan antara suami isteri, meluluhkan
kebekuan ataupun kekakuan antara suami isteri. Tentunya dengan melihat situasi,
jangan dilakukan di hadapan anak-anak.
Sedangkan pada sebagian orang, ketika seorang isteri
menjemput suaminya yang datang dari luar kota atau dari luar negeri, ia mencium
pipi kanan dan pipi kiri di tempat umum. Demikian ini tidak tepat.
Memberikan
penghormatan dengan hangat tidak mesti dengan mencium pasangannya. Misalnya,
seorang suami dapat memanggil isterinya dengan baik, tidak menjelek-jelekkan
keluarganya, tidak menegur isterinya di hadapan anak-anak mereka. Atau seorang
isteri, bila melakukan penghormatan dengan menyambut kedatangan suaminya di
depan pintu. Apabila suami hendak bepergian, istri menyiapkan pakaian yang
telah disetrika dan dimasukkannya ke dalam tas dengan rapi.
Suami hendaknya
menghormati isterinya dengan mendengarkan ucapan isteri secara seksama. Sebab
terkadang, ada sebagian suami, jika isterinya berbicara, ia justru sibuk dengan
hand phone-nya mengirim sms atau sambil membaca koran. Dia tidak serius
mendengarkan ucapan isteri. Dan jika menanggapinya, hanya dengan kata-kata
singkat. Meskipun sepele atau ringan, tetapi hendaklah suami menanggapinya
dengan serius, karena bagi isteri mungkin merupakan masalah yang besar dan
berat.
6) Melakukan Tugas-tugas Ringan secara Bersama
Di antara kesalahan
sebagian suami ialah, mereka menolak untuk melakukan sebagian tugas di rumah.
Mereka mempunyai anggapan, jika melakukan tugas di rumah, berarti mengurangi
kedudukannya, menurunkan atau menjatuhkan kewibawaannya di hadapan sang isteri.
Pendapat ini tidak benar. Nabi saw memberi contoh dalam hal ini. Ia melakukan
tugas-tugas di rumah, seperti menjahit pakaiannya sendiri, memperbaiki
sandalnya dan berbagai
pekerjaan rumah tangga lainnya.
Terlebih lagi dalam
keadaan darurat, seperti isteri sedang sakit, setelah melahirkan. Terkadang
isteri dalam keadaan repot, maka suami bisa meringankan beban isteri dengan menggendong, memandikan atau menyuapi anak-anaknya. Hal ini, disamping
menyenangkan isteri, juga dapat menguatkan ikatan yang lebih erat lagi antara
ayah dan anak-anaknya.
7) Memuji Pasangan dengan Tulus
.Di antara kebutuhan manusia adalah
keinginan untuk dipuji -dalam batas-batas yang wajar. Dalam masalah pujian ini,
para ulama telah menjelaskan, bahwa pujian diperbolehkan atau bahkan dianjurkan
dengan syarat-syarat: untuk memberikan motivasi, pujian itu diungkapkan dengan
jujur dan tulus, dan pujian itu tidak menyebabkan orang yang dipuji menjadi
sombong atau lupa diri.
Abu Bakar ra pernah dipuji, dan
dia berdo’a kepada Allah: “Ya, Allah. Janganlah Engkau hukum aku dengan apa
yang mereka ucapkan. Jangan jadikan dosa bagiku dengan pujian mereka, jangan timbulkan
sifat sombong. Jadikanlah aku lebih baik dari apa yang mereka sangka, dan
ampunilah aku atas perbuatan-perbuatan dosa yang mereka tidak ketahui”.
Perkatanan ini juga
diucapkan oleh Syaikh Al Albani ketika beliau dipuji-puji oleh seseorang di
hadapan manusia. Beliau menangis dan mengucapkan perkataan Abu Bakar tersebut
serta mengatakan: “Saya ini hanyalah penuntut ilmu saja”.
Seorang isteri
senang pujian dari suaminya, khususnya di hadapan orang lain, seperti keluarga
suami atau isteri. Dia tidak suka jika suami menyebutkan aibnya, khususnya di
hadapan orang lain. Termasuk jika masakan isteri kurang sedap, maka jangan dicela.
8) Adanya Keterbukaan
Keterbukaan antara
suami dan isteri sangat penting. Di antara problem yang timbul di keluarga,
lantaran antara suami dan isteri masing-masing menutup diri, tidak terbuka
menyampaikan problemnya kepada pasangannya. Yang akhirnya kian menumpuk. Pada
gilirannya menjadi lebih besar, sampai akhirnya meledak.
9) Berempati pada Pasangan
Rasulullah
saw.bersabda: “Perumpamaan kaum mukminin antara satu dengan yang lainnya itu seperti
satu tubuh. Apabila ada satu anggota tubuh yang sakit, maka anggota tubuh yang
lain pun ikut merasakannya sebagai orang yang tidak dapat tidur dan orang yang
terkena penyakit demam”.
Ini berlaku secara
umum kepada semua kaum Muslimin. Rasa empati harus ada. Yaitu merasakan apa
yang dirasakan oleh orang lain, termasuk kepada isteri atau suami. Jangan
sampai suami sakit, terbaring di tempat tidur, isteri tertawa-tawa di
sampingnya, bergurau, bercanda. Begitu pula sebaliknya, jangan sampai karena
kesibukan, suami kemudian kurang merasakan apa yang dirasakan oleh isteri.
10) Rekreasi Berdua Tanpa Anak
Rutinitas pekerjaan
suami di luar rumah dan pekerjaan isteri di rumah membuat suasana menjadi
jenuh. Sekali-kali diperlukan suasana lain dengan cara pergi berdua tanpa
membawa anak. Hal ini sangat penting, karena bisa memperbaharui cinta suami
isteri.
Kita mempunyai anak,
lantas bagaimana caranya? Ini memang sebuah problem. Kita cari solusinya, jangan
menyerah begitu saja.
Bukan berarti
setelah mempunyai anak banyak tidak bisa pergi berdua. Tidak! Kita bisa meminta
tolong kepada saudara, kerabat ataupun tetangga untuk menjaga anak-anak, lalu
kita dapat pergi bersilaturahmi atau belanja ke toko dan lain sebagainya.
Kemudian pada kesempatan lainnya, kita pergi berekreasi membawa isteri dan
anak-anak.
Referensi:
·
Lautan Cinta, Fariq Gasim Anuz,
Darul Qolam, Cet. I, Th. 1426H/2005M
·
Majalah As-Sunnah Edisi Khusus/Tahun
IX/1426H/2005M.
*) Penulis lepas dan
bergiat di Forum Lingkar Pena