HARI SANTRI: MEMAKNAI
KEMBALI SISTEM PENDIDIKAN KITA
Oleh: Trimanto B.
Ngaderi
Hari Santri memiliki makna tersendiri bagi
pondok pesantren pada khususnya dan bagi lembaga pendidikan pada umumnya.
Pondok pesantren yang merupakan bagian dari sistem pendidikan yang ada di
Indonesia, memiliki peran khusus dan panjang dalam sejarah negeri ini. Sebelum
Indonesia menganut sistem klasikal ala Barat (Belanda) yang dipelopori oleh
Muhammadiyah, pondok pesantren telah lama eksis di Nusantara dan merupakan
sistem pendidikan yang bersifat kerakyatan.
Pesantren (
pesantrian) berasal dari
kata “santri” yang diberi awalan dan akhiran. Mengenai asal-usul
shastri”
yang berarti orang yang memiliki pengetahuan tentang kitab suci; atau menurut
istilah Sanskerta “
cantrik” artinya orang yang selalu mengikuti guru.
kata santri,
banyak sekali pendapat dari berbagai pakar baik dari dalam maupun luar negeri. Saya
sendiri cenderung memilih bahwa santri berasal dari istilah bahasa India “
Pondok pesantren sepertinya mengadopsi
sistem pendidikan dalam agama Hindu dengan ciri-ciri: 1) seluruh pelajarannya
bersifat agama, 2) guru tidak mendapatkan gaji, 3) penghormatan yang besar
terhadap guru, dan 4) letak pondok yang berada jauh dari keramaian.
Jauh sebelum kedatangan orang Eropa di
Indonesia, pondok pesantren telah berkembang pesat di Indonesia, terutama di
daerah-daerah pedesaan. Pondok pesantren merupakan lembaga pendidikan yang
bersifat kerakyatan karena bisa dinikmati oleh semua lapisan masyarakat,
terutama rakyat kecil. orang yang sangat miskin sekalipun bisa mondok hanya
dengan modal kemauan dan tekad yang kuat. Biaya mondok dan makan sehari-hari
bisa diganti dengan cara mengabdi kepada guru, membantu pekerjaan sawah atau
pekerjaan rumah sang kyai.
Pada zaman Belanda, pondok pesantren
mengalami diskriminasi dan tak jarang dicurigai. Ketika diperlakukan buruk dan
merasa terancam, pada zaman pergerakan kemerdekaan, pondok pesantren menjadi
salah satu motor penggerak dalam melawan penjajah. Para santri keluar dari
pondok dan mengangkat senjata untuk berperang melawan Belanda.
Selanjutnya, pada awal masa kemerdekaan,
organisasi Muhammadiyah yang didirikan oleh K.H. Ahmad Dahlan di Yogyakarta
mulai memperkenalkan sistem pendidikan modern yang bersifat klasikal yang
menganut sistem pendidikan ala Barat (Belanda), dengan memasukkan pelajaran
pengetahuan umum, selain pengetahuan agama. Reformasi di bidang pendidikan yang
dilakukan oleh Ahmad Dahlan membawa perubahan besar terhadap perkembangan dan
kemajuan cikal bakal negara Indonesia.
Ketika model pendidikan yang diperkenalkan
Ahmad Dahlan mulai berkembang di Indonesia, pondok pesantren mulai terjadi
kemunduran, banyak anak-anak yang mulai masuk ke sekolah-sekolah umum, terlebih
yang bisa masuk sekolah tidak hanya dari kaum bangsawan/priyayi dan pejabat
pemerintahan saja, rakyat kebanyakan dapat sekolah tanpa ada perbedaan. Pondok
pesantren lebih terpinggirkan lagi pada masa Orde Baru, apalagi tak jarang
pondok pesantren atau kyai-nya sering dicurigai oleh pemerintah sebagai
penentang kebijakan negara.
Yang lebih disayangkan lagi, belum lama
ini banyak pondok pesantren yang dituduh sebagai sarang teroris, sebuah fitnah
yang tanpa ada alasan yang dapat dibuktikan. Pondok tersebut tak lebih sebagai
kambing hitam dari sebuah upaya konspirasi global. Beberapa kyai dan santri
menjadi sasaran penangkapan dan penculikan.
Kini, justru pondok pesantren mulai
bangkit lagi. Di banyak tempat didirikan pondok pesantren baru. Sejalan dengan
itu, minat orang untuk masuk pondok juga kian tinggi. Apalagi hampir semua
pondok saat ini telah menggabungkan pelajaran pendidikan agama dan pendidikan
umum. Pondok tetap eksis walau kini mulai bermunculan sekolah sistem fullday
(sekolah Islam Terpadu) atau sekolah boarding school yang mengasramakan
siswa mirip yang ada di pesantren. Boarding school ini sepertinya
mengadopsi sistem pesantren. Atau di Barat disebut pula sekolah residensi.
Penutup
Bagaimana pun juga, pondok
pesantren tetap menjadi pilihan para orang tua dalam menyekolahkan
anak-anaknya. Selain mendapat pelajaran umum sebagaimana di sekolah lain, yang
pokok dan terpenting di pesantren anak-anak dibekali dengan ilmu agama dan
akhlak yang baik. Tujuan utamanya adalah selain anak menjadi cerdas, juga
memiliki iman dan amal shalih. Kualitas lulusan pesantren juga tak kalah dengan
sekolah umum, banyak di antara mereka yang meneruskan ke perguruan tinggi di
luar negeri atau memiliki prestasi yang patut dibanggakan. Tak jarang, para
pejabat dan orang besar, banyak yang berasal dari pesantren.
So, jangan pernah ragu untuk
memasukkan anak ke pondok pesantren.