NATAL: MOMEN MEMAKNAI KEMBALI TOLERANSI BERAGAMA
Hari
ini umat Kristen di seluruh dunia merayakan kelahiran Yesus, Sang
Juruselamat pembawa berita gembira. Ia lahir lebih kurang dua milenium
yang lalu di Betlehem, Palestina, negeri yang ketika itu berada di bawah
kekuasaan bangsa Romawi dengan rajanya Herodes.
Kelahiran
Yesus Sang Mesias telah lama ditunggu-tunggu oleh Bani Israil (orang
Yahudi), sebagaimana telah dinubuatkan dalam Taurat, Kitab Daniel,
maupun oleh perkataan Nabi Yahya (Yohanes Sang Pembaptis). Kelahirannya
diharapkan dapat menyelematkan Bani Israil dari penjajahan Romawi dan
mengajak mereka untuk kembali di jalan Tuhan.
Dalam kurun
waktu kurang lebih lima abad setelah kelahirannya, ajaran Yesus telah
menyebar ke berbagai penjuru dunia: kawasan Timur Tengah, Asia Barat,
Afrika Utara dan negara-negara Eropa terutama di kawasan Mediterania.
Ketika
Rasulullah saw hijrah ke Madinah, beliau tinggal dalam komunitas yang
multietnik dan multiagama. Di sini ada suku-suku Yahudi, termasuk juga
kaum Nasrani di dalamnya.
Untuk menjamin kelangsungan
hidup yang damai dan harmonis, maka dibuatlah sebuah perjanjian yang
disebut Piagam Madinah. Inti dari pernjanjian itu adalah agar tercipta
kerukunan, saling hormat-menghormati, toleransi dan keamanan. Semua
bersepakat untuk bahu-membahu dan bekerjasama untuk membangun dan
memajukan Madinah.
Masing-masing pemeluk agama di Madinah
diberi kebebasan penuh untuk menjalankan ibadah dan keyakinannya. Tidak
boleh mengganggu, melakukan kekerasan, apalagi melakukan pemaksaan
terhadap agama lain. Masing-masing mendapat perlindungan, rasa aman,
termasuk tanah dan harta benda mereka. Sekalipun demikian, Rasul pun tak
segan-segan memberikan hukuman dan sanksi yang tegas bagi kelompok yang
melakukan pengkhianatan terhadap isi perjanjian tersebut.
Demikianlah
Nabi saw telah memberikan contoh dan keteladanan kepada kita, bagaimana
bersikap dan berinteraksi dengan pemeluk agama lain. Dalam Al Qur’an
pun kita diperintahkan untuk berbuat baik kepada siapapun yang berbeda
agama dan mau mengembangkan sikap toleransi.
Demikian
halnya pada masa setelah Rasul wafat, beberapa khalifah Islam memiliki
dokter pribadi yang beragama Kristen atau Yahudi. Tidak sedikit pula
para pegawai pemerintahan yang beragama Kristen. Khalifah Muawiyah
memiliki dokter pribadi yang beragama Kristen Nestorian. Bahkan, ada
seorang khalifah yang ketika itu sedang berseteru dengan saudaranya
perihal kekuasaan, menyuruh dokter pribadinya yang beragama Kristen
untuk meracun saudaranya itu. Tapi si Kristen menolak dengan
alasan itu adalah perbuatan dosa besar dan ia masih takut kepada Allah.
Sayang, saya lupa nama khalifah itu.
Toleransi Agama di Indonesia
Secara
umum, selama ini kerukunan antarumat beragama di Indonesia cukup baik.
Setiap agama yang diakui di Indonesia, dijamin kebebasannya untuk
menjalankan ibadah sesuai dengan agama dan kepercayaan masing-masing.
Semua mendapat hak yang sama dan perlindungan dari negara. Para pemeluk
agama di Indonesia dapat hidup berdampingan dalam suasana yang rukun dan
damai.
Namun, beberapa waktu belakangan ini,
keharmonisan tersebut sempat terusik oleh beberapa peristiwa yang
seharusnya tidak terjadi. Penyerangan tempat ibadah, penyegelan,
kekerasan terhadap minoritas tertentu, konflik yang berbau SARA dan
sebagainya. Ada pihak-pihak yang ingin turun tangan dan main hakim
sendiri, padahal masih bisa diselesaikan secara kekeluargaan dan tanpa
kekerasan. Demikian halnya, semua konflik dan persoalan yang terjadi
akan lebih baik jika diserahkan sepenuhnya kepada pemerintah, karena
pemerintahlah yang memiliki kewenangan penuh di negeri ini untuk
mengurusi kehidupan umat beragama.
Apalagi ada yang sampai
melakukan tindak terorisme dengan melakukan pengeboman ke sejumlah
tempat ibadah yang justru menewaskan orang-orang yang tak berdosa. Agama
mana pun tidak membolehkan umatnya melakukan pembunuhan, apalagi secara
massal.
Saya pribadi hidup di tengah-tengah kelurahan
yang cukup banyak pemeluk Kristennya. Bahkan, tidak sedikit dari
pelanggan saya juga beragama Kristen. Ada pendeta, penatua, suster,
pegawai gereja, atau orang Kristen pada umumnya. Tak jarang saya
berdiskusi dan berdialog dengan mereka tentang masalah agama. Secara umum, saya menemukan mereka pribadi yang baik, sopan, jujur, menepati janji, sangat
kuat memegang keyakinan, tidak mau melakukan tindak kecurangan apalagi
kejahatan. Kesan-kesan itulah yang membuatku hormat pada mereka.
Penutup
Tentu
kita semua mengharapkan terciptanya kehidupan yang aman dan damai.
Masing-masing dapat beribadah dengan tenang dan tanpa gangguan. Oleh
karena itu, pada momen Natal kali ini, mari kita tingkatkan rasa
persaudaraan, mari kita tumbuhkembangkan sikap toleransi. Sehubungan
dengan itu, kita pun dilarang melakukan pemaksaan terhadap orang yang
sudah beragama, dengan iming-iming tertentu: uang, jabatan, beasiswa,
harta-benda dan lain-lain.
Akhir kata, jika kita telah bisa
memahami dan menghayati Islam secara baik, tentu kita akan bisa
memperlakukan setiap orang dengan baik dan penuh hormat. Bukanlah Islam
berarti damai; menuntut para pemeluknya bisa hidup penuh cinta dan kasih
di tengah-tengah umat manusia yang plural.
Goresan pena - hasil dari ungkapan pikiran dan perasaan serta perenungan tentang kehidupan sehari-hari.
Cari Blog Ini
Selasa, 08 Desember 2015
Mengapa Yesus Dilahirkan?
MENGAPA YESUS DILAHIRKAN?
Dalam waktu dekat, umat Nasrani akan merayakan kelahiran Yesus. Terlepas dari apakah Yesus benar-benar lahir tanggal 25 Desember atau tidak, kelahirannya sangat dinanti-nanti terutama oleh Bani Israil di Palestina waktu itu. Mereka telah lama mendambakan akan datangnya seorang mesias (juruselamat) yang akan membawa mereka kepada keselamatan dan kembali kepada Tuhan.
Menurut orang Nasrani, Yesus dianggap sebagai “gembala bagi domba-domba yang tersesat dari antara orang-orang Israel untuk hidup dalam kerajaan Tuhan”. Memang, kondisi Bani Israil pada waktu itu cukup memprihatinkan. Banyak yang telah jauh dari Yehowa (sebutan untuk Tuhan mereka), melakukan perbuatan dosa dan kezhaliman, permusuhan, jauh dari ajaran Taurat, tersesat pada jalan setan, dan tertindas di bawah kekuasaan bangsa Romawi. Kelahiran Yesus diharapkan akan membawa perubahan besar bagi kehidupan orang-orang Israil sekaligus menyelematkan mereka dari kehancuran. Dua nabi sebelumnya, yaitu Zakariya dan Yahya (Yohanes Pembaptis), belum mampu sepenuhnya membawa Bani Israil kembali ke jalan Tuhan. Bahkan, sebagian yang tak menyukainya, malah membunuh kedua nabi tersebut.
Menurut Mat. 2: 1; ketika Yesus dilahirkan, datanglah orang Majus dari timur (maksudnya orang Majusi dari Persia). Selain memiliki kepentingan pribadi, secara politik tentu orang-orang Majusi akan memberikan dukungan kepada lahirnya Yesus, sebab Romawi yang berkuasa atas Palestina telah lama menjadi musuh bebuyutannya. Mereka mengatakan akan mengikuti risalah yang dibawa Yesus, karena mereka telah melihat bintang (pertanda) kelahirannya di timur. Dalam bahasa Ibrani atau Aram, Yesus disebut Yesua atau Joshua, sehingga orang Romawi menyebutnya Yesus. Sedangkan orang Arab menyebutnya Isa. Nubuat tentang kelahirannya telah disebutkan dalam Taurat maupun melalui perkataan Nabi Yahya. Ia datang tidak untuk merubah Taurat, akan tetapi menggenapinya. Ia pun termasuk keturunan Bani Israil dari suku Lewi.
Saat masih bayi, Yesus sempat diungsikan ke Mesir, karena Herodes, raja Romawi waktu itu hendak membunuh setiap bayi yang lahir dari anak-anak Israil. Raja merasa takut jika kelak ada seseorang yang akan merebut kekuasaannya.
Selain mendapat penentangan dari pihak penguasa, Yesus juga mendapat penentangan dari kaumnya sendiri. Para rabi dan tetua Yahudi berusaha menghalang-halangi dakwahnya dan juga memfitnahnya. Hingga akhirnya penguasa Romawi memberi perintah untuk menangkap Yesus.
Tapi memang begitulah ciri dan watak Bani Israil sejak zaman dahulu. Mereka diberi kelebihan oleh Allah dengan nabi yang sangat banyak, tapi mereka selalu mendustakannya, bahkan sebagian mereka bunuh. Termasuk nabi pamu ngkas mereka, Yesus, juga akan mereka bunuh.
Sekalipun demikian, hanya dalam beberapa abad setelah kematiannya, ajaran Nasrani telah menyebar ke berbagai pelosok dunia. Mulai dari kawasan pantai di semenanjung Arabia, seperti Libanon, Suriah, Yaman, Ethiopia, Mesir, daerah-daerah di kawasan Mediterania, seperti Iskandariyah, Siprus, Armenia, Konstantinopel hingga jauh ke negeri-negeri Eropa seperti Yunani, kawasan Balkan, Romawi Barat dan Eropa Barat. Juga menyebar ke arah timur seperti Irak, Asia Tengah, Persia dan India. Juga ke pedalaman Arab seperti Madinah, Thaif, suku suku Najran, dll. Dari semua itu, Nasrani lebih banyak menyebar ke dunia Eropa. Dampak positif penyebaran agama Nasrani ke berbagai belahan Eropa adalah Eropa mengalami pencerahan, setelah sekian lama berada pada zaman kegelapan.
Pada zaman Rasulullah, antara Kristen dan Islam bisa hidup berdampingan secara damai. Demikian pula pada masa Dinasti Umayyah, Dinasti Abbasiyah, hingga Dinasti Turki Utsmani; Islam dan Kristen bisa hidup bersama bahu-membahu dalam membangun negara dan peradaban. Sebagian dari para khalifah atau pembesar kerajaan memiliki istri atau dokter pribadi yang beragama Nasrani. Ada pula pejabat pemerintahan, ahli arsitek, penerjemah, ilmuwan dll yang beragama Nasrani ketika itu.
Konflik Islam dan Kristen dimulai dengan terjadinya Perang Salib untuk memperebutkan dan mempertahankan tanah suci Yerusalem.
***
Banyak hal yang bisa kita teladani dari kehidupan Nabi Isa as; terutama ajaran tentang cinta-kasih dan menyayangi kaum yang lemah. Ia menganjurkan untuk berbuat kepada sesama. Ia menolong fakir-miskin, orang teraniaya, orang yang sedang menderita. Dan yang lebih utama adalah risalah beliau mengajak kepada manusia untuk menyembah Tuhan yang satu, Allah, bukan menyembah kepada dirinya.
Sangat patut disayangkan ketika para pengikutnya menganggap bahwa Yesus adalah Tuhan. Ditambah lagi, Injil kini tak lagi asli, telah banyak mengalami perubahan. Tokoh yang telah banyak berperan dalam hal ini adalah Saul (Paulus) dari Tarsus.
Wallahu’alam bish-shawab.
Dalam waktu dekat, umat Nasrani akan merayakan kelahiran Yesus. Terlepas dari apakah Yesus benar-benar lahir tanggal 25 Desember atau tidak, kelahirannya sangat dinanti-nanti terutama oleh Bani Israil di Palestina waktu itu. Mereka telah lama mendambakan akan datangnya seorang mesias (juruselamat) yang akan membawa mereka kepada keselamatan dan kembali kepada Tuhan.
Menurut orang Nasrani, Yesus dianggap sebagai “gembala bagi domba-domba yang tersesat dari antara orang-orang Israel untuk hidup dalam kerajaan Tuhan”. Memang, kondisi Bani Israil pada waktu itu cukup memprihatinkan. Banyak yang telah jauh dari Yehowa (sebutan untuk Tuhan mereka), melakukan perbuatan dosa dan kezhaliman, permusuhan, jauh dari ajaran Taurat, tersesat pada jalan setan, dan tertindas di bawah kekuasaan bangsa Romawi. Kelahiran Yesus diharapkan akan membawa perubahan besar bagi kehidupan orang-orang Israil sekaligus menyelematkan mereka dari kehancuran. Dua nabi sebelumnya, yaitu Zakariya dan Yahya (Yohanes Pembaptis), belum mampu sepenuhnya membawa Bani Israil kembali ke jalan Tuhan. Bahkan, sebagian yang tak menyukainya, malah membunuh kedua nabi tersebut.
Menurut Mat. 2: 1; ketika Yesus dilahirkan, datanglah orang Majus dari timur (maksudnya orang Majusi dari Persia). Selain memiliki kepentingan pribadi, secara politik tentu orang-orang Majusi akan memberikan dukungan kepada lahirnya Yesus, sebab Romawi yang berkuasa atas Palestina telah lama menjadi musuh bebuyutannya. Mereka mengatakan akan mengikuti risalah yang dibawa Yesus, karena mereka telah melihat bintang (pertanda) kelahirannya di timur. Dalam bahasa Ibrani atau Aram, Yesus disebut Yesua atau Joshua, sehingga orang Romawi menyebutnya Yesus. Sedangkan orang Arab menyebutnya Isa. Nubuat tentang kelahirannya telah disebutkan dalam Taurat maupun melalui perkataan Nabi Yahya. Ia datang tidak untuk merubah Taurat, akan tetapi menggenapinya. Ia pun termasuk keturunan Bani Israil dari suku Lewi.
Saat masih bayi, Yesus sempat diungsikan ke Mesir, karena Herodes, raja Romawi waktu itu hendak membunuh setiap bayi yang lahir dari anak-anak Israil. Raja merasa takut jika kelak ada seseorang yang akan merebut kekuasaannya.
Selain mendapat penentangan dari pihak penguasa, Yesus juga mendapat penentangan dari kaumnya sendiri. Para rabi dan tetua Yahudi berusaha menghalang-halangi dakwahnya dan juga memfitnahnya. Hingga akhirnya penguasa Romawi memberi perintah untuk menangkap Yesus.
Tapi memang begitulah ciri dan watak Bani Israil sejak zaman dahulu. Mereka diberi kelebihan oleh Allah dengan nabi yang sangat banyak, tapi mereka selalu mendustakannya, bahkan sebagian mereka bunuh. Termasuk nabi pamu ngkas mereka, Yesus, juga akan mereka bunuh.
Sekalipun demikian, hanya dalam beberapa abad setelah kematiannya, ajaran Nasrani telah menyebar ke berbagai pelosok dunia. Mulai dari kawasan pantai di semenanjung Arabia, seperti Libanon, Suriah, Yaman, Ethiopia, Mesir, daerah-daerah di kawasan Mediterania, seperti Iskandariyah, Siprus, Armenia, Konstantinopel hingga jauh ke negeri-negeri Eropa seperti Yunani, kawasan Balkan, Romawi Barat dan Eropa Barat. Juga menyebar ke arah timur seperti Irak, Asia Tengah, Persia dan India. Juga ke pedalaman Arab seperti Madinah, Thaif, suku suku Najran, dll. Dari semua itu, Nasrani lebih banyak menyebar ke dunia Eropa. Dampak positif penyebaran agama Nasrani ke berbagai belahan Eropa adalah Eropa mengalami pencerahan, setelah sekian lama berada pada zaman kegelapan.
Pada zaman Rasulullah, antara Kristen dan Islam bisa hidup berdampingan secara damai. Demikian pula pada masa Dinasti Umayyah, Dinasti Abbasiyah, hingga Dinasti Turki Utsmani; Islam dan Kristen bisa hidup bersama bahu-membahu dalam membangun negara dan peradaban. Sebagian dari para khalifah atau pembesar kerajaan memiliki istri atau dokter pribadi yang beragama Nasrani. Ada pula pejabat pemerintahan, ahli arsitek, penerjemah, ilmuwan dll yang beragama Nasrani ketika itu.
Konflik Islam dan Kristen dimulai dengan terjadinya Perang Salib untuk memperebutkan dan mempertahankan tanah suci Yerusalem.
***
Banyak hal yang bisa kita teladani dari kehidupan Nabi Isa as; terutama ajaran tentang cinta-kasih dan menyayangi kaum yang lemah. Ia menganjurkan untuk berbuat kepada sesama. Ia menolong fakir-miskin, orang teraniaya, orang yang sedang menderita. Dan yang lebih utama adalah risalah beliau mengajak kepada manusia untuk menyembah Tuhan yang satu, Allah, bukan menyembah kepada dirinya.
Sangat patut disayangkan ketika para pengikutnya menganggap bahwa Yesus adalah Tuhan. Ditambah lagi, Injil kini tak lagi asli, telah banyak mengalami perubahan. Tokoh yang telah banyak berperan dalam hal ini adalah Saul (Paulus) dari Tarsus.
Wallahu’alam bish-shawab.
Selasa, 24 November 2015
Tips Agar Gigi dan Mulut Tetap Sehat
TIPS
AGAR GIGI DAN MULUT TETAP SEHAT
Oleh:
Trimanto B. Ngaderi
Gigi dan mulut adalah salah satu
bagian penting dalam tubuh yang wajib kita jaga. Ketika kita tidak bisa
menjaganya dengan baik, beberapa gangguan seputar gigi dan mulut pun bisa kita
rasakan. Misalnya bau mulut tidak sedap, sariawan, hingga sakit gigi.
Jika kita tidak ingin
gangguan-gangguan tersebut, maka kita harus berusaha menjaga agar gigi dan
mulut kita tetap sehat. Berikut ini beberapa cara mudah untuk menjaga kesehatan
gigi dan mulut kita:
1.
Rajin Menyikat Gigi
Ini adalah cara yang paling mudah dan sering kita
lakukan. Sikatlah gigi minimal dua kali dalam sehari, setelah makan dan sebelum
tidur.
2.
Ganti Sikat Gigi Secara Rutin
Gantilah sikat gigi kita setiap tiga atau empat bulan
sekali. Hal ini berguna untuk menghindari kuman yang mungkin menempel di bulu
sikat gigi.
3.
Hindari Merokok
Orang yang terlalu sering merokok, pastilah giginya akan
tampak kecoklatan dan bau mulutnya tidak sedap.
4.
Hindari Mengonsumsi Minuman Beralkohol
Minuman beralkohol berpengaruh buruk terhadap kesehatan
gigi dan mulut.
5.
Perbanyak Konsumsi Buah dan Sayur
Hal ini akan membantu gigi dan mulut menjadi sehat dari
dalam, sehingga akan terhindar dari gigi keropos, bau mulut, dan risiko
penyakit gigi dan mulut lainnya.
6.
Manfaatkan Air Jeruk Nipis
Cobalah memakai air jeruk nipis ditambah sedikit garam untuk
campuran menyikat gigi. Hal ini bertujuan untuk membuat gigi lebih putih dan
bau mulut menjadi harum.
7.
Konsumsi Keju
Protein yang terkandung dalam keju sangat baik untuk
mencegah pengikisan email gigi. Keju juga kaya akan kalsium yang membuat gigi
lebih kuat.
8.
Pakailah Baking Soda
Untuk menghilangkan plak gigi akibat mengonsumsi kopi
atau teh, pakailah baking soda dua kali dalam sebulan.
9.
Jaga Kesehatan Lidah
Agar napas tetap terjaga, sikatlah pula lidah kita tiap
kali menyikat gigi. Lidah merupakan salah satu tempat berkembangnya bakteri
yang menyebabkan napas tak segar.
10. Atur
Kadar Keasaman
Kadar keasaman akan memengaruhi kesehatan gigi dan
mulut. Makanan yang dapat memengaruhi kadar keasaman di antaranya cokelat, soda
kopi, teh, bawang merah/putih, produk susu, tomat, jeruk, mint, serta makanan
pedas dan berlemak. Dianjurkan jangan terlalu mengonsumsi jenis makanan
tersebut.
11. Manfaatkan
Daun Sirih
Air daun sirih dapat digunakan sebagai obat kumur alami
untuk kesehatan gigi dan mulut. Caranya: seduhlah beberapa lembar daun sirih
dengan air panas, kemudian diamkan sampai hangat-hangat kuku. Pakailah untuk
kumur 2-3 kali dalam sepekan ketika pagi dan malam hari.
12. Perhatikan
Makanan yang Dikonsumsi
Mengonsumsi stroberi diyakini dapat memutihkan gigi secara
alami. Sedangkan untuk meminimalisir plak, bisa mengonsumsi apel, pir, wortel,
atau seledri. Makanan ini akan memperbanyak produksi air liur yang baik bagi
kebersihan gigi. (sumber: majalah Sakinah, ditulis ulang dengan bahasa sendiri).
Selanjutnya, agar gigi dan mulut
kita lebih sehat dan aman, sebaiknya kita memakai Pasta Gigi Herbal (PGH) dari
HPAI.
Pasta Gigi Herbal HPAI |
PGH mengandung herbal: Miswak/Kayu
Siwak, Daun Sirih, Daun Mint, dan Buah Pinang. PGH berupaya sedikit
mungkin menggunakan bahan-bahan kimiawi dan memperbanyak bahan-bahan alami.
Misalnya, untuk deterjen PGH menggunakan Sodium Lauryl Sarcosinate
yang lebih aman, lembut, dan sedikit busa. Sedikitnya busa berarti PGH tidak memiliki
abrasif (pengikisan) yang kuat, sehingga tetap memiliki daya bersih yang
tinggi. Sedangkan pasta gigi lain menggunakan Sodium Lauryl Sulfate yang
dapat menyebabkan ulser pada orang bermulut kering.
PGH juga tidak mengandung fluoride.
Fluoride adalah zat yang dapat mempercepat kepikunan.
Oleh karena itu, mulai sekarang
mari beralih ke Pasta Gigi Herbal (PGH) dari HPAI.
Persembahan
dari “PONDOK HERBA ANDONG”,
alamat:
Bandung RT 20/03, Beji, Andong, Boyolali 57384
HP.
0817-6041817 (WA), 0857-19856253.
Senin, 09 November 2015
Peluang Bisnis Herbal untuk Kesehatan dan Kecantikan
Bismillah...
Punya banyak kenalan, relasi, komunitas,
pertemuan arisan, PKK, pengajian, organisasi, dll?
Yuk, kita potensialkan, jadikan setiap aktivitas
kita lebih bermanfaat dan produktif.
Insya Allah HPAI siap berbagi peluang yang
sangat luar biasa.
Peluang meraih sukses dunia akhirat dengan
sesuatu yang halal. Peluang meraih hidup sehat penuh makna dengan konsep
Thibbun Nabawi. Peluang menjadi Dokter Pribadi di rumah sendiri dengan mudah
dan sederhana. Peluang bisnis yang halal dan barakah dengan konsep rumahan,
mudah, murah, dan prospektif. Peluang bertemu saudara yang penuh semangat.
Anda Mau?
(Persembahan PT Herbal Penawar Alwahida Indonsia
– HPAI)
Untuk bisa mendapatkan produk HPAI, kita bisa
menjadi KONSUMEN Biasa atau AGEN. Yang pasti, dengan menjadi AGEN akan lebih
banyak keuntungannya dibanding hanya sekedar menjadi KONSUMEN.
HPAI memberikan dua PELUANG yang bisa kita
ambil selaku AGEN, yaitu:
1.
BISNIS
2.
ILMU
Dengan BISNIS, kita bisa menjadi usahawan Muslim
layaknya Abdurrahman bin Auf atau Siti Khodijah abad 21. BISNIS HPAI yang bisa
kita jalankan adalah: Agen Herba, Bisnis Jaringan, Halalmart HPAI.
Dengan ILMU, kita berusaha menjadi pribadi
yang lebih baik lagi dan mampu memaksimalkan potensi yang Allah anugerahkan
kepada kita. ILMU yang bisa kita dapatkan antara lain: Kuliah Herba
Thibbunnabawi (KHT), HPAI Business Coaching (HBC), Kepemimpinan, Pembinaan
Karakter, dll.
Insya Allah dengan kita berada di komunitas
Halal Network HPAI membuat diri kita menjadi (5-S): Selamat, Sehat, Smart,
Sejahtera, dan banyak Saudara.
Untuk mendaftar menjadi Agen HPAI hanya Rp
30.000,- dengan fasilitas:
1)
Kartu Agen (Diskon)
2)
Buku Panduan Sukses
3)
Buku Katalog Produk
4)
Personal Web AVO (Agent Virtual
Office)
5)
Free Konsultasi Bisnis dan
Herbalis
Anda dan keluarga sudah menjadi AGEN HPAI?
Atau mau langsung
punya Toko Herbal-Halalmart, bisa langsung menjadi Stokist. Hanya dengan modal
Rp 5 juta, barang akan dikirim sampai tujuan di seluruh Indonesia tanpa ongkos
kirim/GRATIS. Barang yang dibeli bisa sesuai pilihan sendiri berdasarkan yang
ada di katalog produk. Ada garansi 3 (tiga) bulan, jika ada barang yang tidak
laku bisa ditukar; bahkan jika tidak laku sama sekali bisa dikembalikan (syarat dan ketentuan berlaku).
Jika menjadi Stockist
tidak harus ditunggu setiap hari seperti toko biasa, tapi bisa dipasarkan orang
per orang (door to door) atau mencari
agen (member) baru HPAI di daerah sana agar mereka yang membantu memasarkannya.
Info Member/Stockist: Trimanto (0817-6041817 WA / 0857-19856253)
Rabu, 15 Juli 2015
Puisi: Tuhan dan "Tuhan" Kita
Puisi
TUHAN DAN “TUHAN”
KITA
Sekarang ini,
Baik Tuhan maupun
“Tuhan” telah kian populer
namaNya amat sering
disebut-sebut
peran sertanya dalam
pembangunan (lokal, nasional, regional, internasional) dan akhirat makin
diperhitungkan
dengan kalkulator, orang
menghitung berapa potensi Tuhan sebagai faktor produksi
Ia sama sekali tidak
konsumtif
Ia merupakan blunder
dari mekanisme pasar
Tapi Ia juga
dipuja-puji
Sebaliknya, tak
jarang Ia juga dimaki-maki dan di-gerundeli
Orang minta di-keloni
Tuhan bak babi buta atau kerbau tuli
Tapi orang juga
ngambek, purik, bahkan minggat dariNya,
Meskipun terpaksa
ketemu Dia juga di mana pun,
Dalam wajahNya yang
mungkin sudah tidak mirip dengan yang dianggapnya semula
Tuhan menjadi
psikiater, sekaligus kambing hitam
Bagi orang yang
mengalami patah hati sosial, ekonomi, politik, dan budaya
Tuhan juga menjadi
sepah, yang habis manis lantas dibuang
Orang baik-baikan
sama Tuhan kalau lagi butuh
Dipuji wajahnya
ganteng ketika orang mendapat rejeki
Tuhan
dipanggil-panggil, di-rasani sambil petan, lobi, andok di
warung bajigur, rapat redaksi, atau seminar kemiskinan di hotel bintang 6
Tuhan makin dicintai baik
dengan cara menggandeng tanganNya maupun dengan membenciNya
Tuhan ‘diadakan’
dan ‘ditiadakan’
Keduanya sama
mesranya, sama sakralnya, sama khusyu’ dan fanatiknya
Tuhan makin populer,
Namun karena itu,
berlangsung di kalangan masyarakat manusia, maka popularitasNya bersifat
manusiawi
Kadang agak hewani,
terkadang bau-bau Ilahi
Manusia hanya sedikit
lebih dari binatang
tapi ia menjadi
istimewa karena seolah-olah kerasukan Tuhan
di satu pihak, ia
merasa dialah sang Tuhan
di lain pihak,
manusia saja yang terasa ada
dalam formulasi ke-ada-an
yang nge-Tuhan jua
demikianlah, Tuhan
bagaikan Cocacola, Cocacola bagaikan Tuhan
‘di mana saja’ dan
‘kapan saja’
Dengan pengakuan atau
pengingkaran
Dengan namaNya maupun
pseudo-asmaNya
Manusia mengepung
Tuhan
Manusia mengepung
yang disebut ketiadaan Tuhan
Atau,
Tuhan mengepung
manusia
Tuhan mengepung
lingkaran ketiadaan Tuhan dalam diri manusia
Asyik .....
Tuhan sendirian,
namun mengepung miliaran manusia
Saudara, saudara!
Sepengetahuan orang
banyak, Tuhan berdomisili di rumah agama
begitu banyak orang
mengerumuni rumah itu
Baik untuk tempat
pelarian maupun sebagai sumur dari teori kemajuan
Rumah tinggal Tuhan
seperti gua Ali Baba – yang menyimpan harta karun misterius
Yang kini orang
datang untuk menagih ‘hutang’
Ayo Tuhan, katanya
Kamu adil, mana keadilan sosial?
Katanya agamaMu
merangsang kreativitas
Mengapa orang-orang
lama mementingkan kejumudan dan orang-orang baru menyembah konsumsi?
Rumah Tuhan dianggap
warisan tuan-tuan tanah kaya Eropa abad pertengahan atau haji-haji desa Jawa
Kini orang-orang
berduyun-duyun menyelenggarakan ‘duel’ perhitungan baru, politis dan
ekonomis
Tuhan merupakan oknum
yang tersangkut amat serius dalam hal ini
Orang bertanya
“Apakah Tuhan bersedia menjadi salah seorang menteri dalam kabinet pembangunan,
inisiator industri, manajer perusahaan, pengiklan politik, misionaris Keluarga
Berencana, legitimator tebu intensifikasi, hostes pariwisata Borobudur,
memobolisasi buruh pabrik
Apakah Tuhan
merupakan faktor produktif atau menjadi biang kebangkrutan pembangunan
Sama sekali tidak
tergantung pada Tuhan, melainkan pada diri kita sendiri
Pada semua pejalan
pembangunan dan pengubah sosial
Sejak sekian ribu
juta tahun sebelum Masehi
Tuhan sudah
menyediakan segala sesuatu yang kini merepotkan kita
Dengan segala
pekerjaan internasional yang kita sebut pembangunan
Kini, ...
Ketika banyak hal di
dalam yang disebut pembangunan itu, ternyata omong kosong
Tiba-tiba kita
menggugat Tuhan, menuduhNya, membuangNya
Atau justru mengadu
kepadaNya
Seakan-akan Ia adalah
putra Pak Karto Semprul
Yang kita kejar-kejar
supaya ikut gugur-gunung melaksanakan pembangunan
Kita mengembangkan
peradaban yang cenderung makin keliru mengenaliNya
Keliru
mengeksploitasi Tuhan untuk kepentingan monopoli ekonomi-politik
Keliru memahami Tuhan
sebagai Bhatara Wisnu
Yang akan menitis
lagi ke satu oknum di bumi setelah Sri Kresna – titisan ke-10
Kita kurang melihat Tuhan
sebagai nilai yang merangsang cakrawala kreativitas manusia
Tuhan kita
asosiasikan sebagai suatu kuantitas personal atau figur yang berada di luar
diri kita – langit yang mewah dan elitis
Tuhan seperti seorang
pemberi hadiah yang seolah-olah masih punya hutang anugerah kepada kita
Seolah-olah apa yang
sudah dimiliki oleh manusia di dalam dirinya belum merupakan anugerah
Kita
memanggil-manggil Tuhan sebagai sesuatu yang luks
Sehingga orang lain
berputus asa
Menganggap Tuhan itu
bikinan kita sendiri
Tuhan dianggap
sebagai penghalang pembangunan
Di satu pihak,
Orang mengeksploitir
nilai Tuhan untuk menindas
Di pihak lain,’orang
meratuadilkan Tuhan
Sehingga mereka tak
bekerja keras untuk memperjuangkan dirinya
(diambil dari buku
“Sedang Tuhan pun Cemburu” karya Emha Ainun Nadjib subjudul Petruk, Agama, dan
Perubahan Sosial)
Jumat, 19 Juni 2015
Hakikat Kerja Dalam Agama
HAKIKAT KERJA DALAM AGAMA
Oleh: Trimanto B. Ngaderi*)
Ada orang yang bekerja sekedar menjalankan
perintah, mengerjakan tugas. Ada lagi yang bekerja hanya ABS (Asal Bapak
Senang), menyenangkan atasannya. Ada pula yang bekerja cuma setengah hati,
tanpa kualitas tanpa spiritualitas.
Ada orang bekerja dengan cara merugikan orang
lain, berbuat curang, zhalim, hingga menipu. Pada tingkatan yang parah, bekerja
dengan cara yang tidak halal, seperti mencuri, baik mencuri dalam pengertian
yang sesungguhnya maupun mencuri secara “halus” atau kita kenal sebagai
korupsi.
Banyak orang menganggap bahwa bekerja hanya
sekedar mencari uang semata. Bekerja hanya untuk mencari penghidupan jasmaniah saja.
Bekerja cuma agar bisa makan dan tidak sampai kelaparan. Mereka memisahkan
urusan kerja dengan urusan ibadah. Mereka memisahkan antara urusan dunia dengan
urusan akhirat. Bahwa kerja tak ada hubungannya dengan kehidupan rohaniah.
Bahwa kerja terbebas dari nilai-nilai spiritual.
Hakikat Kerja
Secara etimologis, “kerja” berarti kegiatan melakukan sesuatu. Sebagai
kata dasar, istilah kerja mengandung suatu proses dalam melakukan suatu
tindakan atau perbuatan berkaitan dengan
gerakan yang dilakukan manusia. Menurut Abdul Aziz al-Qussy yang
menulis buku diterjemahkan oleh Zakiah Daradjat dengan judul Pokok-Pokok
Kesehatan Jiwa/Mental,menjelaskan bahwa perbuatan atau gerak yang terjadi
pada diri manusia terdiri dari dua jenis, yaitu pertama, perbuatan
atau gerak yang dilakukan dengan sengaja yang didasari oleh akal pikiran, kedua, perbuatan
atau gerak yang dilakukan secara spontan, seperti gerakan pada bayi.
Kerja yang didasari oleh akal untuk mencapai tujuan tertentu biasanya
diiringi proses melakukan tindakan atau pekerjaan secara sistematis dan
beraturan. Sisi beraturan satu
pekerjaan merupakan gambaran yang nyata bahwa setiap pekerjaan tersebut
mengandung makna tertentu. Sementara kerja sisi yang kedua hanya merupakan
gerak atau kerja yang terjadi tanpa dorongan atau proses berpikir.
Dalam Islam disebutkan “Tiadalah Kuciptakan jin
dan manusia, kecuali untuk beribadah kepadaKu” (Q.S. Adz-Dzariyat: 56). Dari
ayat ini jelas bahwa manusia diciptakan ke dunia tiada lain hanya untuk
beribadah kepada Allah. Namun, tidak sedikit umat Islam yang menafsirkan ibadah
di sini hanya ibadah mahdhah (vertikal) semata, seperti shalat, puasa,
zakat, dzikir, atau membaca kitab suci. Padahal ibadah yang dimaksud mencakup
pula ibadah ghairu-mahdhah (horisontal), seperti belajar, bertetangga,
kegiatan sosial, dan tentunya bekerja.
Dalam Alkitab dinyatakan “Apa pun juga yang kamu
perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk
manusia. Kamu tahu, bahwa dari Tuhanlah kamu akan menerima bagian yang
ditentukan bagimu sebagai upah. Kristus adalah tuan dan kamu hamba-Nya” (Kolose
3:23-24). Dalam keyakinan Hindu pun, dalam Bhagavadgita III.14 menyatakan bahwa
“yadnya berasal dari karma”. Ini berarti bahwa dalam yadnya
perlu adanya kerja, karena dalam yadnya menuntut adanya perbuatan. Tuhan
menciptakan alam beserta isinya diciptakan dengan yadnya maka patutlah
manusia pun melaksanakan yadnya untuk memelihara kehidupan didunia ini.
Tanpa adanya yadnya maka perputaran roda kehidupan akan berhenti.
KERJA mendapat tempat dan perhatian khusus dalam
agama-agama. Orang yang meyakini Tuhan akan melakukan kerja. Kerja dan amal
shalih merupakan wujud iman seseorang. Bergerak dan berbuat sesuatu karena
dorongan ilahiyah.
Antara ibadah vertikal dan ibadah horisontal terkait
satu sama lain dan tidak dapat dipisah-pisahkan. Orang yang melakukan shalat
atau puasa, harus tergerak untuk bekerja dan beramal kebajikan untuk
kemaslahatan bersama. Sebaliknya, orang melakukan kerja harus diniatkan untuk
beribadah dan dalam rangka menebarkan nilai-nilai rohaniah dalam kehidupan
sehari-hari. Tujuan diciptakannya manusia untuk beribadah (bekerja) sejalan
dengan peran yang akan dijalankan manusia, yaitu sebagai khalifah di bumi.
Ketika banyak PNS yang keluyuran saat jam kerja atau
pulang sebelum waktunya, reward yang tak berbanding lurus dengan
kinerja, anggota dewan yang absen rapat, mereka belum memahami hakikat kerja. Ketika
orang menghabiskan waktunya untuk sekedar ngobrol ngalor-ngidul,
nongkrong atau kongkow, main game, main kartu, bahkan hanya duduk berdiam diri;
ia sesungguhnya telah membuang-buang waktu dan mengingkari kerja.
Begitu banyak oknum di negeri ini yang sedikit bekerja
tapi mengharap hasil atau imbalan yang banyak, bahkan lebih dari banyak. Mereka
belum memberikan yang terbaik untuk negara, bahkan belum bekerja, tapi sudah
menuntut berbagai fasilitas dan tunjangan. Dan ketika keserakahan mereka telah
memuncak, tanpa malu dan tanpa ragu mereka menilep uang negara lewat korupsi.
Kerja adalah Amanah
Ketika orang memandang kerja bukan sebagai
amanah, tapi lebih kepada alat, kekuasaan, aji mumpung; maka sudah pasti
ia akan memanfaatkan pekerjaan itu untuk kepentingan pribadi atau kelompoknya,
untuk menumpuk kekayaan, atau memuaskan nafsu keserakahan. Bahkan, ia rela
melakukan tindakan amoral dan melawan hukum demi mencapai tujuannya, seperti
manipulasi, rekayasa, kolusi, markup, dan berbagai bentuk penyelewengan
lainnya.
Lain halnya yang memandang kerja sebagai
amanah, ia akan melaksanakan pekerjaannya dengan baik dan berdedikasi, penuh
semangat dan antusias, produktif dan prestatif; serta yang amat vital adalah
bahwa pekerjaannya itu nanti akan dipertanggungjawabkan di hadapan Tuhan. Dan
dengan semangat keimanan, lewat pekerjaannya ia akan berusaha memberikan
manfaat sebanyak-banyaknya kepada orang lain.
Sebagai makhluk tertinggi ciptaan Tuhan,
manusia harus melaksanakan tugas dan amanat kekhalifahannya dengan baik di muka
bumi. Hidup tidak hanya dimaknai sebagai anugerah (kenikmatan), tetapi sebagai
amanah yang menuntut tugas dan tanggung jawab.
Sekurang-kurangnya ada empat tingkatan
pemahaman manusia dalam memaknai pekerjaannya. Pertama, orang yang
bekerja untuk hidup (to live), bukan hidup untuk bekerja. Motif utama
pekerjaannya adalah fisik-material, atau sekedar mencari sesuap nasi. Ini
merupakan fenomena orang kebanyakan. Kedua, orang yang bekerja untuk
memperbanyak pertemanan (to love), ia memaknai pekerjaannya tak sekedar
mencari uang dan harta, tapi juga untuk memperbanyak pergaulan. Motif utamanya
adalah silaturrahmi, relasi sosial, atau komunikasi antarsesama manusia (interhuman
relations).
Ketiga, orang
bekerja untuk belajar (to learn). Ia memaknai pekerjaannya sebagai
sarana mencari ilmu, menambah wawasan, dan meningkatkan keterampilan. Motif
utama tipe ketiga ini adalah intelektualisme. Terakhir, orang yang
bekerja untuk berbagi kebahagiaan dan mewariskan kebahagiaan yang sebesar-besarnya
kepada orang lain (to leave legacy). Motif utamanya adalah spiritualisme
(rohaniyah). Tipe yang keempat inilah orang yang oleh Nabi saw disebut sebagai khairu
an-nas, orang yang paling besar manfaatnya bagi orang lain.
Menurut pengarang kitab Faydh al-Qadir,
al-Manawi, manfaat tersebut bisa diberikan melalui ihsan, yaitu kemampuan kita
berbagi kebaikan kepada orang lain baik melalui harta (bil al-mal)
maupun kekuasan (bi al-jah) yang kita miliki. Sedangkan warisan kebaikan
bisa berupa sesuatu yang manfaatnya duniawi (bantuan material) maupun sesuatu
yang bernilai ukhrawi, seperti ilmu, ide, pemikiran, atau nasihat yang membawa
manusia kepada kebaikan.
Penutup
Sudah seyogyanya seorang yang mengaku beriman
dan beragama untuk memahami hakihat bekerja secara baik dan komprehensif agar
setiap hal yang dikerjakannya memiliki manfaat bagi dirinya sendiri, bagi orang
lain, dan dapat dipertanggungjawabkan di hadapan Tuhan. Bekerja adalah tugas
suci dan mulia yang harus diemban oleh setiap manusia dalam kedudukannya
sebagai khalifah di bumi, dan menjadi perpanjangan “tangan” Tuhan dalam
menegakkan kebenaran.
Langganan:
Postingan (Atom)