MENCERMATI
TREN URBAN FARMING
Oleh:
Trimanto B. Ngaderi
Saat ini
bidang pertanian tidak hanya milik orang perdesaan saja, tapi sudah mulai
diminati oleh masyarakat perkotaan. Walaupun tidak memiliki lahan seperti orang
di desa, orang perkotaan memanfaatkan lahan pekarangan, teras, garasi, dinding
rumah, loteng, atau atap rumah untuk bercocok tanam. Media tanam pun tak harus
berupa tanah, tapi bisa juga berupa air (hidroponik). Inilah yang kemudian
dikenal dengan pertanian perkotaan (urban
farming).
Urban farming tidak hanya mengacu pada daerah perkotaan semata,
tapi juga berlaku di daerah perdesaan. Sebab, tidak semua orang desa punya
lahan atau sawah, sehingga mereka pun menerapkan model urban farming. Kita bisa melihat di pelosok-pelosok desa, tren
menanam tanaman hias, tanaman sayur-sayuran/buah-buahan di pekarangan, maupun hidroponik
mulai menggejala.
Beberapa
tahun terakhir ini, tren pertanian perkotaan berkembang begitu pesat. Di benua
Eropa maupun Amerika, kota-kota tampak begitu hijau, di atap-atap rumah atau
gedung terlihat pemandangan yang mengagumkan. Berbagai jenis sayur dan buah
dihasilkan bukan dari bawah (tanah), melainkan dari gedung-gedung pencakar
langit.
Begitu pula
terjadi di negara kita. Kota-kota seperti Jakarta, Bandung, Surabaya, Medan,
Makassar, dll banyak kita jumpai pertanian perkotaan baik yang dilakukan oleh
perorangan maupun yang dikelola oleh komunitas atau lembaga. Hal ini sangat
berdampak positif terhadap peningkatan kesehatan, keasrian lingkungan, dan
menghidupkan perekonomian.
Munculnya
fenomena pertanian perkotaan, setidaknya dipengaruhi oleh faktor-faktor berikut
ini:
1. Pelestarian Lingkungan Hidup
Udara di
perkotaan sudah sedemikian tercemar dari polusi kendaraan bermotor, industri,
limbah, sampah, dll; sehingga membutuhkan tanaman yang dapat menyegarkan
atmosfer perkotaan dan mengurangi polusi. Selain itu, tanaman juga mampu
mempertahankan lapisan ozon agar tidak cepat menipis.
2. Semangat Kembali ke Alam
Kesadaran
pentingnya mengonsumsi makanan yang sehat dan bebas dari bahan kimia kian
tinggi. Mereka memproduksi sendiri kebutuhan hidup sehari-hari sehingga
terlibat langsung dalam proses penamanan, perawatan, hingga pemupukan. Termasuk
penggunaan pupuk organik yang lebih aman dan sehat.
3. Bisa Menambah Penghasilan
Selain untuk
memenuhi kebutuhan keluarga sehari-hari, sebagian dapat dijual. Hasil dari
pertanian perkotaan biasanya didistribusikan ke supermarket atau swalayan,
sehingga memiliki nilai jual yang lebih tinggi. Bahkan, beberapa di antaranya sudah
masuk ekspor.
4. Sebagai New
Hobby
Bercocok
tanam kini menjadi hobi baru terutama bagi masyarakat perkotaan. Untuk melepas
rasa jenuh, mengisi waktu luang, kesulitan ekonomi, terlebih di masa pandemi
seperti sekarang ini. Anjuran untuk “di rumah saja” dimanfaatkan untuk bercocok
tanam.
Mencermati
fenomena urban farming inilah yang berusaha
ditangkap oleh PT LABA Indoagro Nusantara dengan memproduksi pupuk berkualitas,
di antaranya: ManoHARA, Hijau, Dewa-dewi, Fortune, Laba Hidroponik (on progress). Perusahaan ini berkantor
di Jl. Raya Mangu No. 2, Glonggong, Nogosari, Boyolali 57384.