TRANSFORMASI TEKNOLOGI KOMUNIKASI
PADA BMT SEBAGAI KOPERASI “BANKABLE”
Perkembangan
teknologi informasi dan komunikasi (TIK) bergerak begitu cepat dan merambah ke
berbagai bidang kehidupan manusia. Mulai dari bidang ekonomi, sosial, politik, hukum,
maupun keamanan. Khusus di bidang ekonomi, TIK digunakan oleh dunia industri
dan dunia usaha; termasuk usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM).
Namun pada
kenyataannya, masih banyak pemilik UMKM yang belum memahami pentingnya TIK bagi
pengembangan usahanya. Selain masih minimnya pengetahuan tentang teknologi
informasi, mereka menganggap bahwa menerapkan teknologi dalam usahanya,
membutuhkan biaya yang besar dan belum tentu memberikan manfaat sesuai yang mereka
inginkan.
Padahal, agar mampu
melakukan penetrasi pasar dan mampu bersaing di pasar yang kian terbuka dan
kompetitif, maka UMKM perlu menguasai teknologi untuk mengakses informasi,
melakukan promosi dan pemasaran, transaksi yang cepat dan hemat, serta
memperluas jaringan usaha.
Terlebih lagi,
kita ketahui bersama bahwa UMKM merupakan kelompok pelaku ekonomi terbesar dalam
perekonomian di Indonesia dari dulu hingga kini. UMKM-lah yang memiliki daya
tahan terhadap krisis, menjadi dinamisator pertumbuhan ekonomi pasca-krisis
1998, termasuk juga menciptakan peluang kerja yang cukup besar sehingga bisa
mengurangi angka pengangguran.
Transformasi Teknologi bagi Koperasi Syariah
Pada kesempatan kali
ini, secara spesifik penulis akan membahas mengenai transformasi teknologi yang
terjadi pada UMKM khususnya koperasi syariah atau yang lebih populer disebut
Baitul Maal wat-Tamwil (BMT), atau disebut juga Koperasi Jasa Keuangan Syariah
(KJKS).
Perkembangan teknologi
juga berlangsung di BMT. Tidak sedikit BMT di Indonesia yang menerapkan
teknologi mutakhir dalam menjalankan usahanya. Bahkan, ada beberapa BMT yang
teknologinya hampir menyerupai teknologi perbankan, seperti fasilitas ATM,
pembayaran online, transaksi digital, dan pemakaian software-software khusus.
Kalau dulu, untuk
proses komunikasi dengan nasabah atau stakeholder
lainnya baru menggunakan telepon fixed
line (Telkom). Setiap mau bicara, kadang tidak bisa langsung kepada orang
yang dituju, lewat orang lain atau dipanggilkan (disambungkan) terlebih dahulu.
Sedangkan kini, dengan adanya handphone (HP), kita bisa berkomunikasi langsung
dengan orang yang dimaksud. Dan ketika HP kian canggih, maka ada fasilitas
video call, berbicara sembari melihat orang yang kita ajak bicara.
Perkembangan selanjutnya,
yaitu komunikasi via internet. Bisa kirim surat atau dokumen lain via email
atau inbox sosmed; tukar-menukar data (teks, gambar, video) secara lebih cepat
dan dalam jumlah besar; bicara atau ngobrol via groups, chatting, forum
tertentu; termasuk juga bisa bertelepon ria secara murah dan global via skype,
VOIP, dll.
Ketika dulu untuk
membuat laporan keuangan ditulis secara manual yaitu ditulis tangan di buku,
atau paling banter diketik memakai mesin ketik, maka di era komputer, mengetik
surat atau membuat laporan keuangan bisa menggunakan Microsoft Office. Bahkan,
untuk data angka, dengan menggunakan program Excel, proses penghitungannya bisa
dilakukan dengan otomatis (rumus tertentu). Tahap perkembangan selanjutnya
adalah adanya software akuntansi. Dengan software ini kita tidak perlu membuat jenis
pembukuan mulai dari jurnal harian hingga neraca akhir, cukup kita memasukkan nilai
transaksi pada akun yang tersedia.
Bagi BMT, teknologi
internet dapat digunakan sebagai sarana mencari peluang permodalan, mencari investor,
memperluas pasar dan jaringan, dll. Fasilitas internet dapat dipakai juga untuk
jasa pembayaran online seperti listrik, telepon, PDAM, pulsa, tiket, angsuran
dan masih banyak lagi. Bahkan, dengan alat EDC, transaksi bisa berlangsung di mana
saja dan kapan saja, karena alat tersebut mobile
(bisa dibawa-bawa). EDC juga bisa dipakai sebagai sistem jemput bola, dalam
arti kita yang mendatangi pelanggan bukan mereka yang datang ke kantor.
Penutup
Dari berbagai uraian di
atas, jelas bahwa teknologi komunikasi mampu membawa perubahan besar dan
mendasar dalam berbagai aktivitas BMT itu sendiri maupun terhadap para
nasabahnya. Bagi BMT, memberi kemudahan dan kecepatan dalam proses kerja, efisiensi
dan efektivitas, tingkat keakuratan dan ketelitian yang tinggi, serta
menghasilkan produk dan jasa yang memiliki daya saing dan nilai tawar yang
kompetitif. Sedangkan bagi nasabahnya, adanya pelayanan yang cepat dan ringkas,
pembayaran online dalam tabungan dan angsuran, transaksi mobile (kapan saja dan di mana saja), serta berbagai kemudahan
lainnya.
Oleh karena itu,
penggunaan teknologi komunikasi dan informasi sudah tidak bisa ditawar-tawar
lagi, jika suatu BMT tetap ingin survive,
punya daya saing, bahkan memenangkan kompetisi. BMT yang hanya apa adanya dan gagap
teknologi, akan segera ditinggalkan oleh nasabahnya. BMT diharapkan tak pelit
untuk mengeluarkan anggaran untuk selalu memutakhirkan teknologi komunikasinya.
Anggap itu sebagai investasi jangka panjang, sebab jika dikelola dan
dimanfaatkan secara baik dan tepat, teknologi tersebut akan memberikan
keuntungan bagi BMT dan nilai tambah bagi nabasahnya.
Dengan begitu, BMT yang
tersebar di daerah pedesaan dan kota-kota kecil akan dapat menjangkau nasabah
yang tak ter-cover oleh dunia
perbankan dan bahkan menjadi kebanggaan mereka karena fasilitas dan
pelayanannya hampir menyerupai perbankan. Beberapa BMT malah telah menyatakan
diri sebagai “bankable”.
Selain sebagai soko
guru perekonomian nasional, koperasi diharapkan mampu menjadi yang terdepan
dalam pemanfaatan teknologi komunikasi dan informasi. Semoga!
(Ditulis dalam rangka Lomba Karya Tulis XL Awards 2014)
Penulis:
Trimanto