Cari Blog Ini

Senin, 30 Maret 2020

Puisi Gus Mus tentang Corona


*TUHAN MENGAJARKAN MELALUI CORONA*

*Karya : KH Mustofa Bisri*



Vatikan sepi
Yerusalem sunyi
Tembok Ratapan dipagari
Paskah tak pasti
Ka'bah ditutup
Shalat Jumat dirumahkan
Umroh batal
Shalat Tarawih Ramadhan mungkin juga bakal sepi.

Corona datang
Seolah-olah membawa pesan bahwa ritual itu rapuh!
Bahwa "hura-hura" atas nama Tuhan itu semu
Bahwa simbol dan upacara itu banyak yang hanya menjadi topeng dan komoditi dagangan saja.

sumber gambar: https://ajnn.net


Ketika Corona datang,
Engkau dipaksa mencari Tuhan
Bukan di Basilika Santo Petrus
Bukan di Ka'bah.
Bukan di dalam gereja.
Bukan di masjid
Bukan di mimbar khotbah
Bukan di majels taklim
Bukan dalam misa Minggu
Bukan dalam sholat Jumat.

Melainkan,
Pada kesendirianmu
Pada mulutmu yang terkunci.
Pada hakikat yang senyap
Pada keheningan yang bermakna.

Corona mengajarimu,
Tuhan itu bukan (melulu) pada keramaian
Tuhan itu bukan (melulu) pada ritual
Tuhan itu ada pada jalan keputus-asaanmu dengan dunia yang berpenyakit.

Corona memurnikan agama
Bahwa tak ada yang boleh tersisa.
Kecuali Tuhan itu sendiri!
Tidak ada lagi indoktrinasi yang menjajah nalar.
Tidak ada lagi sorak sorai memperdagangkan nama Tuhan.

Datangi, temui dan kenali DIA di dalam relung jiwa dan hati nuranimu sendiri.
Temukan Dia di saat yang teduh dimana engkau hanya sendiri bersamaNya.

Sesungguhnya Kerajaan Tuhan ada dalam dirimu.
Qalbun mukmin baitullah.
Hati orang yang beriman adalah rumah Tuhan.

Biarlah hanya Tuhan yang ada.
Biarlah hanya nuranimu yang bicara.
Biarlah para pedagang, makelar, politikus dan para penjual agama disadarkan oleh Tuhan melalui kejadian ini.
Semoga kita bisa belajar dan mengambil hikmah dari kejadian ini.

____
Surabaya. 22 Maret 2020 ikhtiar dan bermunajat

Minggu, 29 Maret 2020

Puisi tentang Corona


*KEAGUNGAN CORONA CINTA*
 (karya: Uten Sutendy)



Sambutlah kehadiran keagungan cinta dalam gelombang besar bernama corona.

Ia datang menakutkan banyak orang. Padahal tuk mengingatkan berapa banyak aturan hidup yang dilanggar karena menistakan cinta.

Katanya ia menjadi pandemi,  menghancurkan banyak ruang kehidupan. Padahal hadir tuk membersihkan dan memurnikan cinta kehidupan dari rupa-rupa kotoran dan kemubaziran.

Menyerupai monster global menghantui para penguasa adikuasa dunia. Padahal muncul tuk menutup mulut kesombongan dan menghentikan langkah keangkuhan  mereka, yang  mengatur dunia tanpa aura cinta.

Menjadi bayangan kematian hingga mengoyak-ngoyak  pribadi manusia di banyak negeri. Padahal ia menjelma tuk merapatkan jiwa- jiwa robek, karena kehilangan dan kekeringan mata air cinta.

Mengepung para orang tua hingga mengkhawatirkan anak-anak sekolah. Padahal ia menampakan diri untuk memberi jalan, agar kita segera pulang mendekap mesra anggota keluarga di rumah dengan semangat cinta.

Menghentikan aneka jenis pekerjaan, menghilangkan pendapatan. Padahal ia menunjukkan, bagaimana cara  kita mendekatkan diri kepada pemilik semua pekerjaan  dengan sujud  cinta.

sumber gambar: https://kompas.com


Corona adalah bentuk lain dari cintaNya.

Seperti cinta matahari,  memanaskan bumi lalu menumbuhkan pohon.
Bagai cinta air hujan pada tanah mengalir, menghanyutkan, menenggelamkan, lalu menyuburkan.
Bak cinta api pada tungku, menyala, membakar, lalu mematangkan.
Juga seperti cinta rembulan pada malam, bercahaya, menerangi, lalu menyembunyikan  cinta.