WELCOME TO 17th FLP
Tanggal 22 Februari 2014 besok, FLP
genap berusia 17 tahun. Sweet seventeen-lah
untuk istilah remaja sekarang. Usia remaja akhir atau menginjak usia dewasa.
Wow, tidak berasa, sudah selama itu FLP berdiri.
Dalam perjalanan panjangnya itu,
banyak hal yang telah dicapai, akan tetapi lebih banyak hal lagi yang belum
tercapai. Kalau untuk anak mereka sebentar lagi akan dewasa, maka apakah FLP
juga sudah dewasa? Dewasa dalam pengelolaan organisasi; dewasa dalam pendanaan,
dewasa dalam karya, dewasa dalam partisipasi pembangunan bangsa; dan serta
sederetan dewasa-dewasa
lainnya.
Kita tidak akan menutup mata dengan
berbagai prestasi, penghargaan, dan capaian yang telah diraih selama ini.
Namun, tujuh belas tahun telah berlalu. Dan selama itu pula kita masih disibukkan
dan berkutat pada masalah-masalah klasik seperti pengurus tidak aktif-lah, kegiatan vakum, tidak
ada dana-lah, komunikasi dan koordinasi antarcabang-wilayah-pusat yang belum
klop, dan berbagai persoalan klise lainnya.
Semuanya berulang, dan terjadi
berulang-ulang. Akan sampai kapan? 5, 10, 15, 25, atau bahkan 50 tahun lagi.
Kita sebenarnya punya potensi dan
sumber daya yang besar untuk mencapai kemajuan, bahkan menjadi sebuah
pergerakan perubahan. Tapi potensi dan sumber daya itu belum dikelola secara
baik dan optimal. Seharusnya, umur tujuh belas tahun adalah saatnya untuk
EKSTENSIFIKASI. Lha ini, intensifikasi (urusan internal) aja hampir tak pernah
beres dan selesai.
FLP Pusat sebagai
Kunci
Sebagai pemegang “kekuasaan” dan
koordinasi tertinggi, Pusat sudah semestinya menjadi penggerak kemajuan.
Menyaring berbagai aspirasi dari wilayah maupun cabang sebagai bahan untuk
menetapkan kebijakan yang bersifat nasional.
Agar fungsi komunikasi dan
koordinasi bisa berjalan dengan baik, Pusat seyogyanya sering berkunjung ke wilayah atau cabang
(syukur terjadwal) untuk mengetahui kondisi riil dan berbagai masalah yang
sedang dihadapi. Hal ini akan lebih mendekatkan Pusat dengan wilayah-cabang.
Jadi, Pusat tidak sekedar “mitos”, tapi nyata dan berbuat sesuatu.
Bahkan, ada cara yang lebih mudah
dan murah (malah bisa gratis) untuk membangun kedekatan, misalnya lewat SMS,
BBM, inbox dll. Misalnya bisa bertanya: Bagaimana kabar FLP anu, apa kegiatannya, apa kendalanya,
apa yang perlu dibantu, dan berbagai bentuk perhatian lainnya.
Lebih dari itu, syukur-syukur ada
perhatian secara personal kepada pengurus atau anggotanya. Misalnya saja, ada pengurus Pusat yang
menanyakan kabar Ketua FLP Solo lewat SMS. Wah, ini kan luar biasa banget (tapi
sayangnya tidak ada, hehe….:)). Hal sepele dan remeh-temeh, tapi dampaknya
besar.
*****
Tidak perlu berpanjang kata atau
banyak berteori. Intinya kita semua berharap kepengurusan baru FLP Pusat dan
semua FLP wilayah-cabang di seluruh Indonesia dan dunia bisa membawa perubahan
dan kemajuan yang berarti, minimal untuk internal FLP; terlebih lagi bagi
kemaslahatan bangsa dan negara. Jikalau hal ini bisa diwujudkan, sangat layak
kita mengucapkan “sweet seventeen”
untuk FLP, bukannya “bitter seventen”. (Trimanto)