MENGAPA YESUS DILAHIRKAN?
Dalam waktu
dekat, umat Nasrani akan merayakan kelahiran Yesus. Terlepas dari apakah
Yesus benar-benar lahir tanggal 25 Desember atau tidak, kelahirannya
sangat dinanti-nanti terutama oleh Bani Israil di Palestina waktu itu.
Mereka telah lama mendambakan akan datangnya seorang mesias
(juruselamat) yang akan membawa mereka kepada keselamatan dan kembali kepada Tuhan.
Menurut orang Nasrani, Yesus dianggap sebagai “gembala bagi domba-domba yang tersesat dari antara orang-orang Israel untuk hidup dalam kerajaan Tuhan”. Memang, kondisi Bani Israil pada waktu itu cukup memprihatinkan. Banyak yang telah jauh dari Yehowa
(sebutan untuk Tuhan mereka), melakukan perbuatan dosa dan kezhaliman,
permusuhan, jauh dari ajaran Taurat, tersesat pada jalan setan, dan
tertindas di bawah kekuasaan bangsa Romawi. Kelahiran Yesus diharapkan
akan membawa perubahan besar bagi kehidupan orang-orang Israil
sekaligus menyelematkan mereka dari kehancuran. Dua nabi sebelumnya,
yaitu Zakariya dan Yahya (Yohanes Pembaptis), belum mampu
sepenuhnya membawa Bani Israil kembali ke jalan Tuhan. Bahkan, sebagian
yang tak menyukainya, malah membunuh kedua nabi tersebut.
Menurut Mat. 2: 1; ketika Yesus dilahirkan, datanglah orang Majus
dari timur (maksudnya orang Majusi dari Persia). Selain memiliki
kepentingan pribadi, secara politik tentu orang-orang Majusi akan
memberikan dukungan kepada lahirnya Yesus, sebab Romawi yang berkuasa
atas Palestina telah lama menjadi musuh bebuyutannya. Mereka mengatakan
akan mengikuti risalah yang dibawa Yesus, karena mereka telah melihat
bintang (pertanda) kelahirannya di timur. Dalam bahasa Ibrani atau Aram,
Yesus disebut Yesua atau Joshua, sehingga orang Romawi menyebutnya
Yesus. Sedangkan orang Arab menyebutnya Isa. Nubuat tentang kelahirannya
telah disebutkan dalam Taurat maupun melalui perkataan Nabi Yahya. Ia
datang tidak untuk merubah Taurat, akan tetapi menggenapinya. Ia pun termasuk keturunan Bani Israil dari suku Lewi.
Saat
masih bayi, Yesus sempat diungsikan ke Mesir, karena Herodes, raja
Romawi waktu itu hendak membunuh setiap bayi yang lahir dari anak-anak
Israil. Raja merasa takut jika kelak ada seseorang yang akan merebut
kekuasaannya.
Selain mendapat penentangan dari pihak
penguasa, Yesus juga mendapat penentangan dari kaumnya sendiri. Para
rabi dan tetua Yahudi berusaha menghalang-halangi dakwahnya dan juga
memfitnahnya. Hingga akhirnya penguasa Romawi memberi perintah untuk
menangkap Yesus.
Tapi memang begitulah ciri dan watak Bani Israil
sejak zaman dahulu. Mereka diberi kelebihan oleh Allah dengan nabi yang
sangat banyak, tapi mereka selalu mendustakannya, bahkan sebagian mereka
bunuh. Termasuk nabi pamu ngkas mereka, Yesus, juga akan mereka bunuh.
Sekalipun
demikian, hanya dalam beberapa abad setelah kematiannya, ajaran Nasrani
telah menyebar ke berbagai pelosok dunia. Mulai dari kawasan pantai di
semenanjung Arabia, seperti Libanon, Suriah, Yaman, Ethiopia, Mesir,
daerah-daerah di kawasan Mediterania, seperti Iskandariyah, Siprus,
Armenia, Konstantinopel hingga jauh ke negeri-negeri Eropa seperti
Yunani, kawasan Balkan, Romawi Barat dan Eropa Barat. Juga menyebar ke
arah timur seperti Irak, Asia Tengah, Persia dan India. Juga ke
pedalaman Arab seperti Madinah, Thaif, suku suku Najran, dll. Dari semua
itu, Nasrani lebih banyak menyebar ke dunia Eropa. Dampak positif
penyebaran agama Nasrani ke berbagai belahan Eropa adalah Eropa
mengalami pencerahan, setelah sekian lama berada pada zaman kegelapan.
Pada
zaman Rasulullah, antara Kristen dan Islam bisa hidup berdampingan
secara damai. Demikian pula pada masa Dinasti Umayyah, Dinasti
Abbasiyah, hingga Dinasti Turki Utsmani; Islam dan Kristen bisa hidup
bersama bahu-membahu dalam membangun negara dan peradaban. Sebagian dari
para khalifah atau pembesar kerajaan memiliki istri atau dokter pribadi
yang beragama Nasrani. Ada pula pejabat pemerintahan, ahli arsitek,
penerjemah, ilmuwan dll yang beragama Nasrani ketika itu.
Konflik Islam dan Kristen dimulai dengan terjadinya Perang Salib untuk memperebutkan dan mempertahankan tanah suci Yerusalem.
***
Banyak
hal yang bisa kita teladani dari kehidupan Nabi Isa as; terutama ajaran
tentang cinta-kasih dan menyayangi kaum yang lemah. Ia menganjurkan
untuk berbuat kepada sesama. Ia menolong fakir-miskin, orang teraniaya,
orang yang sedang menderita. Dan yang lebih utama adalah risalah beliau
mengajak kepada manusia untuk menyembah Tuhan yang satu, Allah, bukan
menyembah kepada dirinya.
Sangat patut disayangkan ketika
para pengikutnya menganggap bahwa Yesus adalah Tuhan. Ditambah lagi,
Injil kini tak lagi asli, telah banyak mengalami perubahan. Tokoh yang
telah banyak berperan dalam hal ini adalah Saul (Paulus) dari Tarsus.
Wallahu’alam bish-shawab.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Ditunggu komentar Anda!