Cari Blog Ini

Senin, 24 Agustus 2020

Mencermati Tren Urban Farming

 

MENCERMATI TREN URBAN FARMING

Oleh: Trimanto B. Ngaderi

 

 

Saat ini bidang pertanian tidak hanya milik orang perdesaan saja, tapi sudah mulai diminati oleh masyarakat perkotaan. Walaupun tidak memiliki lahan seperti orang di desa, orang perkotaan memanfaatkan lahan pekarangan, teras, garasi, dinding rumah, loteng, atau atap rumah untuk bercocok tanam. Media tanam pun tak harus berupa tanah, tapi bisa juga berupa air (hidroponik). Inilah yang kemudian dikenal dengan pertanian perkotaan (urban farming).

Urban farming tidak hanya mengacu pada daerah perkotaan semata, tapi juga berlaku di daerah perdesaan. Sebab, tidak semua orang desa punya lahan atau sawah, sehingga mereka pun menerapkan model urban farming. Kita bisa melihat di pelosok-pelosok desa, tren menanam tanaman hias, tanaman sayur-sayuran/buah-buahan di pekarangan, maupun hidroponik mulai menggejala.

Beberapa tahun terakhir ini, tren pertanian perkotaan berkembang begitu pesat. Di benua Eropa maupun Amerika, kota-kota tampak begitu hijau, di atap-atap rumah atau gedung terlihat pemandangan yang mengagumkan. Berbagai jenis sayur dan buah dihasilkan bukan dari bawah (tanah), melainkan dari gedung-gedung pencakar langit.

Begitu pula terjadi di negara kita. Kota-kota seperti Jakarta, Bandung, Surabaya, Medan, Makassar, dll banyak kita jumpai pertanian perkotaan baik yang dilakukan oleh perorangan maupun yang dikelola oleh komunitas atau lembaga. Hal ini sangat berdampak positif terhadap peningkatan kesehatan, keasrian lingkungan, dan menghidupkan perekonomian.


Munculnya fenomena pertanian perkotaan, setidaknya dipengaruhi oleh faktor-faktor berikut ini:

1.   Pelestarian Lingkungan Hidup

Udara di perkotaan sudah sedemikian tercemar dari polusi kendaraan bermotor, industri, limbah, sampah, dll; sehingga membutuhkan tanaman yang dapat menyegarkan atmosfer perkotaan dan mengurangi polusi. Selain itu, tanaman juga mampu mempertahankan lapisan ozon agar tidak cepat menipis.


2.   Semangat Kembali ke Alam

Kesadaran pentingnya mengonsumsi makanan yang sehat dan bebas dari bahan kimia kian tinggi. Mereka memproduksi sendiri kebutuhan hidup sehari-hari sehingga terlibat langsung dalam proses penamanan, perawatan, hingga pemupukan. Termasuk penggunaan pupuk organik yang lebih aman dan sehat.


3.   Bisa Menambah Penghasilan

Selain untuk memenuhi kebutuhan keluarga sehari-hari, sebagian dapat dijual. Hasil dari pertanian perkotaan biasanya didistribusikan ke supermarket atau swalayan, sehingga memiliki nilai jual yang lebih tinggi. Bahkan, beberapa di antaranya sudah masuk ekspor.  


4.   Sebagai New Hobby

Bercocok tanam kini menjadi hobi baru terutama bagi masyarakat perkotaan. Untuk melepas rasa jenuh, mengisi waktu luang, kesulitan ekonomi, terlebih di masa pandemi seperti sekarang ini. Anjuran untuk “di rumah saja” dimanfaatkan untuk bercocok tanam.

 

Mencermati fenomena urban farming inilah yang berusaha ditangkap oleh PT LABA Indoagro Nusantara dengan memproduksi pupuk berkualitas, di antaranya: ManoHARA, Hijau, Dewa-dewi, Fortune, Laba Hidroponik (on progress). Perusahaan ini berkantor di Jl. Raya Mangu No. 2, Glonggong, Nogosari, Boyolali 57384.

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Ditunggu komentar Anda!