MALAYSIA
SERI 7 DIUSIR PEDAGANG INDIA
Oleh:
Trimanto B. Ngaderi
Mumpung pergi
ke luar negeri, maunya sih ingin memanfaatkan waktu dengan sebaik-baiknya. Namun
apalah daya. Kegiatannya amat sangat padat. Dimulai dari usai shalat Subuh,
langsung sarapan pagi, kemudian dilanjutkan dengan agenda yang sudah terjadwal.
Pulang sudah hampir tengah malam sekitar jam 10-11 malam.
Nyaris tak
ada waktu tersisa. Ingin sekali jalan-jalan menikmati suasana malam di kota Kuala
Lumpur, Malaka, dan Johor Bahru. Tahu sendirilah, sepanjang hari hingga malam
berkegiatan dan menempuh perjalanan jauh via darat tentu sangatlah capek. Pinginnya
cepat-cepat beristirahat (tidur). Jangankan jalan-jalan, terkadang mau mandi pun
rasanya malas, walau badan kotor dan bau keringat.
Jalan-jalan
Pagi
Walaupun usai
shalat Subuh diminta langsung menuju tempat sarapan, suatu pagi aku
menyempatkan diri jalan-jalan di sekitar hotel. Menikmati suasana jalan raya
sembari melihat gedung-gedung pencakar langit dan orang-orang yang berlalu
lalang.
Sepagi itu,
toko-toko banyak yang masih tutup. Hanya ada beberapa warung makan yang sudah
buka. Hingga aku menemukan sebuah toko kelontong kecil yang di depannya menjual
surat kabar. Aku tertarik dan mendatangi tersebut. Penasaran juga dengan koran
di Malaysia itu seperti apa. “Biar pun agak mahal, biarlah akan aku beli”
batinku sembari melangkahkan kaki menuju tempat koran dipajang. Secara aku memang
suka membaca.
Sekilas aku
melihat koran dalam bahasa Melayu, Inggris, dan India. Aku makin penasaran dan
memegang-megang koran tersebut untuk melihat apa isi beritanya.
Baru beberapa
detik menyentuh koran, si pedagang yang berperawakan India keluar dari toko dan
berkata, “Mau beli apa?” tanyanya terkesan ketus dan tanpa senyuman.
“Saya
lihat-lihat dulu ya”, jawabku singkat.
“Kalau
tidak beli, tidak boleh dipegang-pegang!” serunya dengan nada mengusir.
“Hah…???”
Spontan aku
terkejut. Membelalakkan mata dan mulut terbuka. Hampir saja koran yang aku
pegang terjatuh dari genggaman.
Tanpa berpikir
panjang, aku meminta maaf dan bergegas pergi.
Di Mana
Customer Satisfaction?
Namanya pedagang,
setahu saya akan berusaha bagaimana calon pelanggan mau membeli dagangan kita. Sebisa
mungkin kita bersikap ramah, murah senyum, proaktif, dan melayani dengan
sepenuh hati. Termasuk berusaha meyakinkan calon customer agar mengambil
keputusan untuk membeli produk kita. Akan lebih baik lagi jika kita dapat
membuat pelanggan kita merasa puas baik dengan produk yang ia beli maupun
dengan pelayanan yang kita berikan, sehingga ia akan datang dan membeli lagi (repeat
order).
Makanya,
kalau punya karakter yang tidak ramah, susah tersenyum, dan tidak bisa
melayani; sebaiknya lupakan untuk menjadi pedagang. Orang seperti ini cocoknya
menjadi TNI, polisi, atau satpam, hehe…
Habis bukannya
membuat orang tertarik dan mendekat, malah pergi ketakutan. Bahkan trauma.
(Tunggu seri berikutnya ya...)