MALAYSIA SERI 3 NEGERI KELAPA
SAWIT
Oleh: Trimanto
B. Ngaderi
Aku cukup terkejut ketika mendarat di Kuala Lumpur
International Airport (KLIA). Awalnya aku mengira akan melihat kawasan
perkotaan dengan gedung-gedung pencakar langitnya. Justeru, di sekeliling
bandara sejauh mata memandang, yang tampak adalah perkebunan kelapa sawit. Barangkali
dulunya lokasi ini adalah bekas perkebunan kelapa sawit.
Dari bandara, perjalanan dilanjutkan menuju ke kota
tua Malaka dengan kendaraan darat (bus). Perjalanan selama sekitar dua jam,
pemandangan di kanan dan kiri jalan yang aku lihat adalah perkebunan kelapa sawit.
Bahkan, nyaris tak menemukan perkampungan penduduk.
Meskipun terasa capek dan mengantuk, aku mencoba untuk
menahannya. Aku tak ingin melewatkan kesempatan langka ini agar bisa melihat
dengan cermat dan teliti suasana negeri jiran. Selama memandang dari balik jendela
kaca, yang sedari tadi aku cari-cari adalah areal persawahan. Hingga mata ini
sampai tak berkedip barang sedetik pun, aku tak menemukan yang aku cari hingga
tiba di Malaka.
Demikian halnya ketika perjalanan berlanjut dari
Malaka menuju Johor Bahru. Dua bola mata ini dimanjakan dengan pohon dari
keluarga pinang-pinangan ini.
Dari Kuala Lumpur ke
Perbatasan Thailand
Agak sedikit berbeda dengan jalur dari KLIA menuju
Malaka hingga ke Johor Bahru. Dari Kuala Lumpur menuju Bukit Kayu Hitam Border
di Negeri Kedah, yang merupakan perbatasan negara Malaysia dan Thailand, pemandangan
yang aku lihat agak sedikit berbeda.
Perjalanan kami tempuh sekitar 6 jam. Sekalipun masih
didominasi oleh pemandangan perkebunan kelapa sawit, terkadang aku melihat pula
perkebunan karet (Malaysia=getah). Termasuk melihat beberapa perkampungan
penduduk. Nah, ketika sampai di Negeri Penang, di sinilah aku baru melihat
pemandangan areal persawahan, walau tak seluas areal persawahan di Pulau Jawa. Aku
juga melihat beberapa tanaman lain seperti kelapa, nangka, jati, rambutan,
pisang, dll.
Menurutku, mungkin karena Penang lokasinya di tepi pantai dengan dataran rendah yang rata, maka banyak yang menanam padi. Berbeda dengan wilayah Malaysia lainnya yang didominasi oleh dataran tinggi (bergunung-gunung, pegunungan) sehingga memang lebih cocok untuk tanaman perkebunan daripada tanaman padi dan palawija.
Penghasil Kelapa Sawit
Terbesar Kedua di Dunia
Mayoritas tanah di negara Malaysia ditanami kelapa
sawit, sehingga ia menjadi produsen minyak kelapa sawit terbesar kedua di dunia
setelah Indonesia. Sime Darby Plantation merupakan perusahaan kelapa sawit
raksasa di Malaysia. Pada 2023, luas kebun kelapa sawit di Malaysia sebesar
5,67 hektar (Lembaga Minyak Sawit Malaysia). Yang lebih mengejutkan lagi adalah
23% perkebunan kelapa sawit di Indonesia adalah milik perusahaan Malaysia lho!
(2022).
Itulah mengapa banyak Pekerja Migran Indonesia (PMI)
yang bekerja di perkebunan kelapa sawit di Malaysia. Gaji rata-rata PMI di
kebun kelapa sawit berkisar antara 1.500 hingga 1.800 Ringgit atau setara 5 –
5,8 juta Rupiah. Mungkin cukup besar untuk ukuran di Indonesia (terutama di
Jawa), namun biaya hidup di Malaysia ternyata lebih tinggi dibanding di
Indonesia. Jika tidak mampu mengelola keuangan dengan baik, gaji yang terlihat
besar tidak akan ada sisanya alias tidak punya tabungan.
Aku sendiri pernah melihat perkebunan kelapa sawit di
Pulau Sumatera, tepatnya di wilayah Provinsi Jambi, saat perjalanan darat dari
Jakarta menuju Sumatera Utara. Kalau di Pulau Jawa setahuku tidak ada
perkebunan kelapa sawit, yang ada minyak goreng dari kelapa sawit, hehe…
*****
Perjalanan panjang dengan pemandangan yang didominasi
oleh perkebunan kelapa sawit bisa jadi sebuah pengalaman yang mengasyikkan,
sekaligus menjemukan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Ditunggu komentar Anda!