Cari Blog Ini

Sabtu, 27 Juli 2024

Malaysia Seri 6 Pekerja Migran Asia Selatan

 MALAYSIA SERI 6 BURUH MIGRAN ASIA SELATAN

Oleh: Trimanto B. Ngaderi

 

Ketika turun dari pesawat dan masuk di Kuala Lumpur International Airport, aku terkejut melihat cukup banyak pekerja migran dari Asia Selatan yang bekerja di bandara tersibuk ke-14 di dunia ini. Asia Selatan di sini adalah India, Bangladesh, Sri Langka, dan Pakistan. Mereka kebanyakan menempati posisi satpam, petugas penjaga, petugas kebersihan, pelayan restoran atau toko, dan lain-lain.

Aku sempat bertanya ke beberapa petugas. Sayang sekali, sebagian dari mereka malah belum bisa berbahasa Melayu. “Please in English” kata dia. Kalau aku diajak ngobrol pakai bahasa Inggris sih, It’s okay. By the way, kalau orang India atau Malaysia pada pinter bahasa Inggris, aku sih nggak heran. Secara keduanya dulu bekas koloni Inggris gitu loh!

Persoalannya, orang yang aku ajak bicara itu ternyata bahasa Inggris-nya pas-pasan. Aku coba ajak bicara dengan bahasa Inggris tetap nggak nyambung dech. “Ah! Mending tanya ke petugas orang Malaysia sajalah”, pikirku saat itu.



Mencapai 6,8%

Setelah beberapa hari berkeliling di negara Malaysia, ternyata populasi orang Asia Selatan (terutama India) cukup besar. Menurut Wikipedia, mencapai 6,8% (2022). Saya melihat mereka menjadi pelayan, sopir, karyawan, dll. Termasuk di jalanan, mereka terlihat banyak berlalu-lalang.

Sebagian mereka sudah menetap lama di Malaysia dan menjadi warga negara, karena menikah dengan orang pribumi atau memang lahir dan besar di sini. Sebagian lagi mereka berstatus sebagai pekerja migran dan hanya tinggal sementara sesuai dengan jangka waktu kontrak kerja.

Menurut salah satu sumber, konon orang pribumi tidak suka bekerja kasar (buruh). Mereka lebih suka bekerja di kantor atau menjadi pegawai pemerintah. Orang Jawa menyebutnya “mriyayi” atau cenderung ke pekerjaan halus. Itulah sebabnya, negara Malaysia senang mengimpor tenaga kerja dari Asia Selatan (terutama India) maupun sesama Asia Tenggara (terutama dari Indonesia dan Filipina).

Sumber yang sama juga mengatakan bahwa orang-orang Asia Selatan, secara status sosial menempati kelas ketiga alias “kasta terendah”. Kelas kedua adalah ketunan China sebagai kaum pedagang dan pebisnis. Sedangkan kelas pertama sudah barang tentu orang pribumi.

Banyak simbol dan ikon orang India di Malaysia. Kita dapat menemukan bangunan tempat-tempat ibadah mereka, komplek permakaman, termasuk destinasi wisata Batu Cave yang kita kunjungi juga adalah tempat ibadah mereka. Souvenir yang mereka jual pun berbau khas agama mereka, seperti patung, aksesoris, hiasan rumah, kerajinan, dan sebagainya.

Ngomong-ngomong, hebat ya Malaysia itu, untuk urusan tenaga kerja saja sampai mendatangkan pekerja dari luar negeri. Kalau Indonesia sih boro-boro mendatangkan pekerja asing, kita lebih suka mencari pekerjaan ke luar negeri. Menjadi pekerja migran (dulu disebut TKI/TKW) ke Hongkong, Taiwan, Arab Saudi atau negara Timur Tengah lainnya. Kalau sekarang banyak yang pergi ke Jepang dan Korea Selatan.

Maklumlah, Malaysia menduduki peringkat kedua di Asia Tenggara setelah Singapura.

Lalu, bagaimana dengan karakter orang-orang Asia Selatan?



Simak tulisanku di seri berikutnya dengan judul “Diusir oleh Pedagang India”

 

 

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Ditunggu komentar Anda!