MALAYSIA SERI 6 BURUH MIGRAN ASIA SELATAN
Oleh:
Trimanto B. Ngaderi
Ketika
turun dari pesawat dan masuk di Kuala Lumpur International Airport, aku
terkejut melihat cukup banyak pekerja migran dari Asia Selatan yang bekerja di
bandara tersibuk ke-14 di dunia ini. Asia Selatan di sini adalah India,
Bangladesh, Sri Langka, dan Pakistan. Mereka kebanyakan menempati posisi
satpam, petugas penjaga, petugas kebersihan, pelayan restoran atau toko, dan
lain-lain.
Aku sempat
bertanya ke beberapa petugas. Sayang sekali, sebagian dari mereka malah belum
bisa berbahasa Melayu. “Please in English” kata dia. Kalau aku diajak ngobrol
pakai bahasa Inggris sih, It’s okay. By the way, kalau orang India atau
Malaysia pada pinter bahasa Inggris, aku sih nggak heran. Secara keduanya dulu
bekas koloni Inggris gitu loh!
Persoalannya,
orang yang aku ajak bicara itu ternyata bahasa Inggris-nya pas-pasan. Aku coba
ajak bicara dengan bahasa Inggris tetap nggak nyambung dech. “Ah! Mending tanya
ke petugas orang Malaysia sajalah”, pikirku saat itu.
Mencapai
6,8%
Setelah
beberapa hari berkeliling di negara Malaysia, ternyata populasi orang Asia
Selatan (terutama India) cukup besar. Menurut Wikipedia, mencapai 6,8% (2022).
Saya melihat mereka menjadi pelayan, sopir, karyawan, dll. Termasuk di jalanan,
mereka terlihat banyak berlalu-lalang.
Sebagian
mereka sudah menetap lama di Malaysia dan menjadi warga negara, karena menikah
dengan orang pribumi atau memang lahir dan besar di sini. Sebagian lagi mereka
berstatus sebagai pekerja migran dan hanya tinggal sementara sesuai dengan
jangka waktu kontrak kerja.
Menurut
salah satu sumber, konon orang pribumi tidak suka bekerja kasar (buruh). Mereka
lebih suka bekerja di kantor atau menjadi pegawai pemerintah. Orang Jawa
menyebutnya “mriyayi” atau cenderung ke pekerjaan halus. Itulah
sebabnya, negara Malaysia senang mengimpor tenaga kerja dari Asia Selatan
(terutama India) maupun sesama Asia Tenggara (terutama dari Indonesia dan
Filipina).
Sumber yang
sama juga mengatakan bahwa orang-orang Asia Selatan, secara status sosial
menempati kelas ketiga alias “kasta terendah”. Kelas kedua adalah ketunan China
sebagai kaum pedagang dan pebisnis. Sedangkan kelas pertama sudah barang tentu
orang pribumi.
Banyak
simbol dan ikon orang India di Malaysia. Kita dapat menemukan bangunan
tempat-tempat ibadah mereka, komplek permakaman, termasuk destinasi wisata Batu
Cave yang kita kunjungi juga adalah tempat ibadah mereka. Souvenir yang mereka
jual pun berbau khas agama mereka, seperti patung, aksesoris, hiasan rumah,
kerajinan, dan sebagainya.
Ngomong-ngomong,
hebat ya Malaysia itu, untuk urusan tenaga kerja saja sampai mendatangkan
pekerja dari luar negeri. Kalau Indonesia sih boro-boro mendatangkan pekerja
asing, kita lebih suka mencari pekerjaan ke luar negeri. Menjadi pekerja migran
(dulu disebut TKI/TKW) ke Hongkong, Taiwan, Arab Saudi atau negara Timur Tengah
lainnya. Kalau sekarang banyak yang pergi ke Jepang dan Korea Selatan.
Maklumlah,
Malaysia menduduki peringkat kedua di Asia Tenggara setelah Singapura.
Lalu,
bagaimana dengan karakter orang-orang Asia Selatan?
Simak
tulisanku di seri berikutnya dengan judul “Diusir oleh Pedagang India”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Ditunggu komentar Anda!