MALAYSIA SERI 10 TIDAK
ADA TIANG LISTRIK DAN TIANG TELEPON
Oleh:
Trimanto B. Ngaderi
Selain jalanan
di Malaysia minim reklame (sebagaimana telah saya bahas di Seri 9), juga hampir
tidak ada tiang listrik maupun tiang telepon. Di kanan-kiri jalan tampak bersih dan rapi. Gedung-gedung,
komplek rukan dan ruko, maupun perumahan penduduk tampak jelas terlihat tanpa terhalang
oleh tiang-tiang maupun kabel-kabel. Ada sih tiang listrik atau tiang lampu yang
saya jumpai di beberapa tempat, tapi sangat jarang.
Itu yang
saya lihat di tiga kota besar yang saya kunjungi, yaitu Kuala Lumpur, Malaka,
dan Johor Bahru. Sedangkan di daerah perdesaan, saya masih melihat tiang-tiang
listrik di pinggir jalan, terutama dari Kuala Lumpur menuju perbatasan dengan
Thailand.
Sudah tiang-tiang
telepon tidak ada, tower-tower operator seluler pun saya juga tidak melihatnya.
Padahal, secara umum negara Malaysia didominasi oleh dataran tinggi
(pegunungan), pun saya tak melihat tower di atas gunung.
Sangat Berbeda dengan
Indonesia
Di
kota-kota besar di Indonesia terutama Jakarta, kanan-kiri jalan akan dipenuhi
pemandangan penuh sesaknya tiang-tiang listrik, tiang Lampu Penerangan Jalan
(LPJ), dan tiang-tiang telepon/internet. Kabel-kabelnya yang berseleweran
sampai menutupi gedung-gedung, rukan, ruko, maupun perumahan warga.
Terlebih tiang-tiang
internet yang sekarang banyak pemain (dari swasta). Terkadang satu titik diisi
3-5 tiang. Belum lagi kabelnya yang tidak tertata rapi dan terlihat sangat
mengganggu. Belum lagi dari tiang-tiang itu, kabel dihubungkan ke gedung-gedung,
rukan, ruko, maupun perumahan warga, termasuk disambungkan ke gang-gang kecil.
Tower-tower
juga bertebaran di mana-mana dalam jarak tertentu. Hal ini tidak hanya terjadi
di kota-kota besar saja, melainkan hingga ke kota kecil tingkat kecamatan. Di setiap kota kecamatan
biasanya ada 3 hingga 5 tower sesuai dengan jumlah operator seluler yang ada di
Indonesia. Selain di kota kecamatan, di pelosok desa pun juga didirikan tower
lagi, yang desa tersebut jaraknya agak jauh dari ibukota kecamatan.
Hingga akhirnya
muncul kekhawatiran Indonesia bakal menjadi hutan tower, karena di setiap
tempat didirikan beberapa tower sekaligus. Untuk mengatasi kekhawatiran
tersebut, kemudian pemerintah membuat kebijakan satu tower dipakai bersama. Tidak
perlu satu operator seluler mendirikan satu tower tersendiri. Kebijakan ini
pula membawa manfaat terhadap penghematan anggaran (biaya peralatan tower dan
biaya sewa lahan).
Berbeda Lagi di Thailand
Kondisinya lebih
parah lagi di negara Thailand, terutama di Provinsi Songkhla yang pernah saya
kunjungi. Kabel-kabelnya amat sangat banyak, ruwet, dan semrawut. Bahkan, sebagian
lagi ada yang sampai berseleweran di sekitar tiang maupun di pinggir-pinggir
jalan, mengganggu pejalan kaki. Saya tidak bisa membayangkan jika kabel
tersebut tanpa sengaja tersenggol atau terpegang oleh seseorang.
Benar-benar
ruwet dan semrawut. Lebih jelasnya bisa dilihat pada foto berikut.
Sumber: https://wowkeren.com
*****
Kalau di
Malaysia kita nyaris tidak melihat tiang listrik maupun tiang telepon/internet,
di sana sepertinya memakai kabel tanam. Berarti boleh dikata, teknologi mereka
sudah selangkah lebih maju dari kita. Di Indonesia, boro-boro mau menerapkan sistem
kabel tanam, wong jalan saja kadang sudah tak tersisa lagi buat pejalan kaki. Mau
membangun trotoar sudah tak memungkinkan lagi, apalagi mau membangun instalasi
kabel tanam.
Kabel tanam
baru bisa diterapkan untuk kota-kota baru hasil pemekaran, termasuk di Ibukota Nusantara
(IKN).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Ditunggu komentar Anda!