Cari Blog Ini

Minggu, 23 Juni 2024

Hikmah Al Qur'an Diturunkan Secara Berangsur-Angsur

 

HIKMAH AL QUR’AN DITURUNKAN SECARA BERANGSUR-ANGSUR

 

Sebagaimana kita ketahui bersama bahwa Al Qur’an diturunkan secara berangsur-angsur selama 23 tahun, 13 tahun di Mekkah (ayat Makiyah) dan 10 tahun di Madinah (ayat Madaniyah). Berbeda dengan kitab-kitab Samawi lainnya yang diturunkan sekaligus. Taurat diturunkan selama 6 hari, Zabur diturunkan selama 18 hari, dan Injil diturunkan selama 13 hari. Ketiga sama-sama turun di bulan Ramadhan (sebagaimana diriwayatkan oleh Imam Ahmad dan Baihaqi dalam kitab Asy-Syabi).

Sekalipun Al Qur’an juga turun di bulan Ramadhan, namun ia tidak turun sekaligus, sebagaimana termaktub dalam Q.S. Al Isra’:106. Tujuan Al Qur’an diturunkan secara berangsur-angsur adalah demi tetapnya Al Qur’an di dalam dada Rasulullah dan kaum muslimin saat itu. Diturunkan ayat demi ayat, yang sebagian dengan sebagian lainnya saling berhubungan. Diturunkan secara terpisah menurut peristiwa-peristiwanya agar lebih mudah melekat ke dalam hati.



Lima Hikmah Al Qur’an Diturunkan Secara Berangsur-angsur

1)      Pembaharuan wahyu menguatkan hati Nabi

Nabi telah menyebarkan dakwahnya kepada seluruh manusia. Di antara mereka ada yang mengingkarinya, menentangnya, memberikan ejekan dan celaan, termasuk tetap bangga dengan kemegahan dan kebangsawanan mereka. Akan tetapi Rasulullah tetap teguh memegang kebenaran yang disampaikan kepada mereka.

Maka barangkali engkau (Muhammad) akan mencelakakan dirimu karena bersedih hati setelah mereka berpaling, sekiranya mereka tidak beriman kepada keterangan ini (Al-Qur'an).” Q.S. Al kahfi: 6.

 

2)      Memudahkan pemahaman dan hafalannya

Al Qur’an diturunkan kepada kaum yang ummi, tidak bisa membaca dan menulis. Memorinya hanyalah terletak pada hafalan, mereka tidak memiliki satu buku atau karangan sekalipun. Mereka hanya menghafal dan memahaminya. Sehingga mereka tidak akan mungkin menghafal Al Qur’an secara keseluruhan dalam satu masa.

Dialah yang mengutus seorang Rasul kepada kaum yang buta huruf dari kalangan mereka sendiri, yang membacakan kepada mereka ayat-ayat-Nya, menyucikan (jiwa) mereka dan mengajarkan kepada mereka Kitab dan Hikmah (Sunnah), meskipun sebelumnya, mereka benar-benar dalam kesesatan yang nyata.” Q.S. Al Jumu’ah: 2.

 

3)      Sebagai mukjizat bagi Nabi

Orang-orang kafir membangga-banggakan syair para penyair mereka, pidato para pembesar mereka, dan mereka terkenal akan ketinggian sastra dan bahasa. Mereka bertanya tentang mukjizat Al Qur’an sebagai kitab dari Allah dan bukan buatan manusia. Mereka ingin menguji kerasulan Muhammad.

“Katakanlah! Sesungguhnya jika manusia dan jin berkumpul untuk membuat yang serupa (dengan) Alquran ini, mereka tidak akan dapat membuat yang serupa dengannya, sekalipun mereka saling membantu satu sama lain.” Q.S. Al Isra’:88.

 

4)      Kesesuaian dengan situasi dan kondisi saat itu dan periodisasi hukum

Manusia memiliki tabiat untuk tetap pada kondisi awalnya dan Islam sebagai agama baru tidak secara langsung memberikan perintah atau larangan kepada manusia. Al Qur’an mengajak kepada hikmah yang terkandung di dalamnya, memberikan penyeimbangan terhadap cara-cara dan adat-istiadat mereka yang bercampur dengan kerusakan dan kehinaan, meletakkan dasar-dasar hukum sesuai dengan keadaan, satu demi satu, sehingga benar-benar tertanam dalam diri mereka.

Al Qur’an pertama kali diturunkan dengan topik dasar-dasar keimanan, menegakkan dalil-dalilnya dengan bukti-bukti yang jelas sehingga jiwa orang-orang musyrik menjadi terbuka, serta mau menyadari kesalahan mereka dengan menyembah berhala. Al Qur’an juga pertama-tama memerintahkan manusia kepada kebaikan moral (akhlaqul karimah), meluruskan moral buruk mereka, melarang kepada kekejian dan kemungkaran, serta menyucikan jiwa mereka.

Setelah akidah dan akhlak mereka kuat, baru Al Qur’an membicarakan mengenai perbaikan sosial, yaitu menuju masyarakat yang baik (ummatan wasathan). Ayat tentang dasar hubungan kemasyarakatan diturunkan di Mekkah, tetapi perincian hukumnya turun di Madinah. Hubungan kekeluargaan turun di Mekkah, sedangkan penjelasan hak dan kewajiban suami-isteri, perceraian, kematian, dan harta warisan dijelasakan dalam ayat-ayat Madaniyah. Asal larangan berzina turun di Mekkah, dan ayat-ayat yang menyangkut batasan-batasannya diturunkan di Madinah.

“Sesungguhnya awal-awal yang diturunkan dari Al Quran adalah surat-surat dari Al Mufashshal (dari surat Qaaf – Al Nas), sebab didalamnya ada penjelasan tentang surga dan neraka, sehingga ketika umat islam telah kokoh diatas islam, maka turunlah perkara halal dan haram…”.  (HR Bukhari).

 

5)      Bukti yang kuat bahwa Al Qur’an diturunkan oleh Allah

Apabila kitab ini adalah ciptaan manusia atau perkataan seorang rasul yang diungkapkan dalam setiap peristiwa, maka jelas akan terdapat keraguan dan pertentangan di dalamnya. Padahal Al Qur’an memiliki makna yang berkaitan, memiliki gaya (ushlub) yang indah, memiliki susunan ayat dan surat yang saling berkaitan satu dengan lainnya.

“Maka apakah mereka tidak memperhatikan Al Quran? Kalau kiranya Al Quran itu bukan dari sisi Allah, tentulah mereka mendapat pertentangan yang banyak di dalamnya.” Q.S. An Nisa’: 82.

 

Demikian, mudah-mudahan bermanfaat. Semoga kita dapat menjadikan Al Qur’an sebagai pedoman dan tuntunan dalam menjalani kehidupan di dunia, serta menjadi penerang dan syafaat kelak di yaumil qiyamah.

 

Referensi:

Drs. H.M. Shalahuddin Hamid, MA, Studi Ulumul Qur’an, Intimedia Cipta Nusantara, Jakarta, 2002.

Jumat, 21 Juni 2024

A BIG DREAM

 

A BIG DREAM

Semoga TBM Klungsu suatu saat nanti bisa menjadi perpustakaan seperti di video ini.

Sabtu, 15 Juni 2024

Profil Yayasan Hidayatul Muchsinin (YAHIMU)

 

PROFIL YAYASAN HIDAYATUL MUCHSININ (YAHIMU)

 

Yayasan Hidayatul Muchsinin (YAHIMU) adalah yayasan yang bergerak di bidang keagamaan, pendidikan, dan sosial-kemasyarakatan dengan dasar hukum Akte Pendirian Nomor 14 Tanggal 19 Juli 2024 Notaris Sri Mahyani, SH. Yayasan ini berkedudukan di Dukuh Bandung RT 21 RW 3, Desa Beji, Kecamatan Andong, Kabupaten Boyolali, Provinsi Jawa Tengah, Kode Pos 57384. Adapun pendirinya adalah Bapak Muchsinin dan Ibu Iftihatul Hidayatih.



Beberapa rencana amal usaha Yayasan Hidayatul Muchsinin, di antaranya:

1)      Majelis Taklim Bahitsun ‘Anil Barokah (BNB);

2)      Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an;

3)      Sekolah Menengah Pertama (SMP) atau Madrasah Tsanawiyah;

4)      Sekolah Menengah Atas (SMA) atau Madrasah Aliyah;

5)      Perguruan Tinggi Islam;

6)      Dan lain-lain.

 

Dari amal usaha tersebut, yang sudah berjalan adalah Majelis Taklim Bahitsun ‘Anil Barokah (BNB) di bawah asuhan Bapak Kiai Musa Asy’ari. Kajian kitab dilaksanakan sepekan dua kali, yaitu pada malam Kamis dan malam Ahad ba’da shalat Isya’, bertempat di aula yayasan. Tujuan utama didirikannya majelis taklim ini adalah untuk meneruskan perjuangan dan dakwah Walisongo dan ulama terdahulu serta mencari ridlo Allah Swt dengan menempuh amalan-amalan yang berhaluan ahlussunnah wal jamaah an-nahdliyah (Nahdlatul Ulama).

Sedangkan amal usaha lainnya sedang dalam tahap perencanaan (planning).

Selain itu, dalam waktu dekat ini, yayasan akan melakukan pemberdayaan sosial dengan kegiatan ekonomi kreatif, yaitu Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) khusus bagi anggota jamaah majelis taklim. Rencananya berupa penjualan sarung, pembuatan tusuk gigi dan tusuk sate, pembuatan tahu dan tempe dengan mesin, dan sebagainya.

Untuk sementara itu dulu yang dapat kami sampaikan. Akhir kata, kami mohon doa restu dan dukungan dari para pembaca yang budiman, semoga yayasan kami dapat berjalan dengan baik, tercapai semua amal usaha yang direncanakan, serta dapat membawa manfaat bagi masyarakat luas.



Apabila ada hal-hal yang ingin ditanyakan, ingin berdonasi, menjalin kerjasama, dan lain-lain dapat menghubungi e-mail: yayasan.hidayatulmuchsinin@gmail.com

Terima kasih.

 

 

Kamis, 06 Juni 2024

Ketika Aku Jatuh Cinta pada Semangat JNE

 

KETIKA AKU JATUH CINTA PADA SEMANGAT JNE

Oleh: Trimanto B. Ngaderi

 

Sejak lebih dari sepuluh tahun yang lalu, aku telah sering menggunakan jasa JNE baik untuk kebutuhan pribadi maupuan kepentingan kantor tempatku bekerja. Saat itu aku bekerja di sebuah kota kecamatan yang berada di pinggiran Kota Surakarta. Di kantor, aku sering diminta untuk memaketkan dokumen-dokumen penting ke berbagai daerah di Indonesia.

Waktu itu, perusahaan ekspedisi baru sedikit, belum sebanyak seperti sekarang. Selain Kantor Pos, yang paling dekat dengan kantor adalah gerai JNE. Alasan kami memilih JNE adalah soal kecepatan dan keamanan. Biar pun dengan biaya sedikit lebih mahal, namun dokumen yang kami kirim lebih cepat sampai dan dijamin aman sampai tujuan.

Seiring berjalannya waktu, JNE mulai membuka gerai di beberapa kecamatan lain di daerahku. Diikuti pula oleh munculnya perusahaan-perusahaan ekspedisi baru. Hal ini terutama dipicu oleh bermunculannya Marketplace, termasuk meningkatnya pendapatan per kapita penduduk Indonesia dan gaya hidup baru dalam hal berbelanja.

Kini, JNE telah membuka gerainya di hampir setiap kecamatan di seluruh Indonesia, yaitu berjumlah lebih dari 8.000 titik dan mempekerjakan lebih dari 50.000 karyawan. Kalau lebih dari 10 tahun yang lalu JNE hanya bersaing dengan Kantor Pos dan beberapa perusahaan ekspedisi, sekarang JNE berhadapan dengan belasan perusahaan ekspedisi.

 

Dokumentasi pribadi

33 Tahun Bergerak Maju Berpantang Mundur

33 tahun bukanlah waktu yang singkat. Ibarat seorang manusia, ia telah melewati masa kedewasaan dan mencapai kematangan baik dari aspek fisiologis maupun psikologis. Ia telah merasakan sukacita maupun dukacita kehidupan. Ia telah melewati berbagai rintangan, hambatan, dan cobaan. Ia telah menapaki tiga dasawarsa lebih usia, dengan segala pencapaian, prestasi, juga kontribusi.

Demikian halnya dengan PT TIKI Jalur Nugraha Ekakurir (JNE), di usianya yang akan genap 33 tahun pada 26 November mendatang juga semakin bertambah dewasa. Sebuah perjalanan yang cukup panjang dan berliku, mengantarkan kepada performa JNE yang dapat kita lihat saat ini.

JNE tetap eksis. Visi JNE “Menjadi Perusahaan Logistik Terdepan di Negeri Sendiri yang Berdaya Saing Global” telah menjadi kenyataan. Hal ini terlihat dari berbagai produk dan layanan yang dapat memenuhi kebutuhan konsumen baik coverage dalam negeri maupun luar negeri. Pengakuan akan kualitas produk dan layanan dibuktikan dengan adanya berbagai anugerah dan perhargaan yang telah diterima.

Sedangkan misi dari JNE yaitu “Memberi Pengalaman Terbaik Kepada Pelanggan Secara Konsisten” dapat aku rasakan sendiri. JNE memelopori layanan jemput bola, kurir JNE langsung menjemput barang ke rumah konsumen yang ingin mengirimkan paket. Hanya dengan menelepon, kurir akan datang ke rumah. Sekiranya masih merasa khawatir nilai barang tidak sesuai dengan nilai 10x pengiriman, JNE menyarankan agar konsumen mengasuransikan barangnya. Apabila perusahaan asuransi tidak membayar klaim sesuai hari yang ditentukan, JNE bersedia menggantikan dengan membayar klaim konsumen.

Pelayanan-pelayanan tersebut bukanlah sekedar promo sesaat, melainkan diberikan JNE kepada pelanggannya secara konsisten hingga saat ini. Font italic pada logo JNE memiliki makna bahwa perusahaan mengutamakan kecepatan dalam pelayanan demi terciptanya pengalaman terbaik bagi pelanggan. Hal ini tercermin pula dalam tagline JNE yaitu Connecting Happiness, menyambung kebahagiaan dari generasi ke generasi.

Visi-misi JNE tersebut dipadu-padankan dengan nilai-nilai perusahaan yang meliputi: Jujur, Tanggung Jawab, Disiplin, dan Visioner. Values tersebut menjadi RUH dalam setiap aktivitas dan tindakan, terutama yang ditunjukkan oleh kurir sebagai garda terdepan karena berhubungan langsung dengan konsumen. Nilai-nilai itu pula yang berimplikasi kepada kepercayaan (trust), sehingga tercipta loyalitas dan kepuasan pelanggan.

Bergerak maju berpantang mundur. Sekali layar terkembang, pantang biduk surut ke pantai. Itulah yang dilakukan JNE selama 33 tahun. Terlebih di tengah menjamurnya perusahaan ekspedisi akhir-akhir ini. JNE terus-menerus melakukan evaluasi, inovasi produk dan layanan, termasuk melakukan disrupsi. Terbukti, JNE tetap eksis dan menjadi yang terdepan.

Sebagaimana slogan di ultahnya yang ke-33 ini “Gasss Terus Semangatnya!” Hal ini sejalan dengan warna merah pada logo JNE yang menggambarkan akan kekuatan, semangat, dan ambisi. Dari tahun ke tahun, pertumbuhan bisnis JNE semakin meningkat, bahkan di atas rata-rata pertumbuhan dunia industri yang hanya sebesar 10-15%, sementara bisnis JNE tumbuh hingga 20% setiap tahunnya.

Warna merah juga berarti dinamis. JNE terbukti mampu menyesuaikan diri dengan era disrupsi dengan cara mengembangkan berbagai layanan yang berbasis aplikasi seperti MyJNE, Pesona, dan JNE Loyalty Card. MyJNE merupakan aplikasi berbasis android dan iOS yang terhubung dengan nomor telepon pelanggan JNE Express, baik sebagai pengirim maupun sebagai penerima.

 Di dunia marketplace, JNE mampu mempertahankan kualitas layanan baik dari pihak penjual maupun pembeli. Dari pihak penjual, paket dapat sampai kepada pembeli dengan baik dan aman, tanpa adanya kerusakan maupun keterlambatan. Sedangkan dari pihak pembeli, barang dapat diterima dengan baik dan tanpa cacat, sesuai estimasi, dan adanya fitur pelacakan resi (status pesanan). Paket diantar oleh kurir yang ramah dan profesional, serta mampu menangani komplain dengan consumers oriented.

 

Kontribusi JNE Dalam Membangun Negeri

PT TIKI Jalur Nugraha Ekakurir (JNE) merupakan pelopor perusahaan ekspedisi di Indonesia. Selama 33 tahun, JNE telah mengabdikan dirinya untuk melayani konsumen dalam hal pengiriman barang, dokumen, jasa pindahan, pergudangan, dan lain-lain baik di dalam negeri maupun luar negeri. Sebuah pengabdian dan sumbangsih yang patut kita apresiasi bersama.

JNE juga membangun kemitraan dengan berbagai pihak, dengan lembaga pemerintah, lembaga swasta, perusahaan lain, komunitas, pelaku UMKM, dan sebagainya dalam rangka ikut serta membangun negeri. Dengan lebih dari 8.000 gerai dan lebih dari 50.000 karyawan di seluruh Indonesia, JNE ikut membuka lapangan kerja dan mengurangi angka pengangguran. Dengan program kemitraan bisnis, JNE berperan dalam memajukan perekonomian di Indonesia, terutama bagi kalangan usaha mikro, kecil, dan menengah.

Dalam bidang sosial kemanusian, kontribusi JNE tak perlu diragukan lagi. JNE terlibat aktif dalam setiap aksi kemanusian, penanggulangan bencana alam, termasuk juga bantuan untuk Palestina. Kepedulian JNE kepada kaum marjinal, penyandang disabilitas, fakir-miskin dan kaum dhu’afa, yatim-piatu, dan kaum perempuan sudah tak terhitung lagi.

JNE juga memberikan gratis ongkir untuk pengiriman barang-barang bagi korban bencana alam, seperti korban gempa di Cianjur dan banjir bandang di Sumatera Barat baru-baru ini.  

Itulah beberapa contoh kontribusi dan dedikasi JNE dalam membangun negeri. Penuh semangat dan kreativitas. Demikian halnya yang ditunjukkan oleh karyawan maupun kurir, ditopang dengan budaya organisasi dan lingkungan kerja yang baik, mereka menunjukkan semangat mereka dalam bekerja dan memberikan pelayanan prima kepada konsumen demi tercapainya customer satisfaction. Sekali lagi “Gasss Terus Semangatnya!”

 

Penutup

Sebagai pelanggan dari JNE, aku ingin mengucapkan terima kasih kepada JNE yang telah memberikan pelayanan terbaiknya selama ini. Secara umum, saya merasa PUAS. Sekalipun di sisi lain, tidak dapat dipungkiri ada pula kekurangan-kekurangannya. Namun, kekurangan ini tidaklah terlalu signifikan, sehingga dapat tertangani secara baik dan diperbaiki di kemudian hari.

Bulan ini aku mendapat kabar dari tempat kerja bahwa sebentar lagi akan diangkat menjadi pegawai P3K dan dipersyaratkan untuk mengumpulkan legalisasi ijazah mulai dari sekolah dasar hingga perguruan tinggi. Aku yang saat ini tinggal di Boyolali, Jawa Tengah dulu bersekolah SMP di Kota Palembang. Untuk legalisasi ijazah, mereka tidak mempersyaratkan aku harus datang ke Palembang, ijazah cukup discan dan dikirim via email. Legalisasi ijazahku sudah jadi dan mereka mengirimkannya dengan menggunakan jasa JNE.

Bagaimana saya tidak semakin jatuh cinta pada JNE.

 

Dokumentasi pribadi

Naik perahu di Danau Toba

Angin semilir menuju ke tepi

Selamat ultah ke tiga puluh tiga

Tetap semangat membangun negeri

 

 

#JNE #ConnectingHappiness #JNE33Tahun #JNEContentCompetition2024 #GasssTerusSemangatKreativitasnya

 

Rabu, 01 Desember 2021

Ajaran Moral R.M.P. Sosrokartono

 

Ajaran moral Raden Mas Panji Sosrokartono (kakak kandung R.A. Kartini):


Anglurug tanpa bala, tanpa gaman;

Ambedah tanpa parang, tanpa pedang;

Menang tanpa mejahi, tanpa anyakiti;

Yen unggul, sujud bhakti marang sesami.

 

Durung menang yen durung wani kalah;

Durung unggul yen durung wani asor;

Durung gedhe yen durung ngaku cilik.

 

Angluhuraken bangsa kita, tegesipun:

Anyebar wineh biji Jawi,

Gampilaken margining bangsa,

Ngupaya papan panggesangan,

 

Sinau basa, tegesipun sinau bangsa;

Sinau melu susah, melu lara;

Tegesipun sinau ngudi raos lan batos;

Sinau ngudi kamanungsan.

 

Murid gurune pribadi;

Guru muride pribadi;

Pamulangane sengsarane sesami;

Ganjarane, ayu lan arume sesami.

 

Anggelar pemandeng tegesipun angringkes pemantheng;

Ambuka netra, tegesipun anutupo netra;

Angukuh kabeh, tegesipun anyandhak siji.

 

Sumber: 

Muhammad Muhibuddin, R.M.P Sosrokartono, Kisah Hidup dan Ajaran-ajarannya, Araska, Yogyakarta, 2019.

 

Kamis, 02 September 2021

Pembagian Warisan yang Adil Menurut Manusia

 

*PEMBAGIAN WARISAN YANG ADIL MENURUT MANUSIA*

 

Alkisah, seseorang yang meninggal dunia memiliki 10 orang anak dan memiliki rumah senilai Rp 100 juta. Menurut wasiat dari yang meninggal, pembagian warisan tersebut harus dimusyawarahkan oleh seluruh ahli warisnya, agar harta warisan itu dapat dibagi dengan seadil-adilnya. Jika ditanyakan kepada 10 orang tadi bagaimana cara membagi warisan yang adil bagi semua, setidaknya ada tujuh pendapat yang akan muncul.

*Pendapat Pertama*

Pembagian arisan yang adil itu ya dibagi saja secara merata untuk semua ahli waris, yaitu masing-masing Rp 10 juta.

*Pendapat Kedua*

Pembagian warisan yang adil itu adalah mengikuti tingkatan umurnya. Semakin tua usianya, semakin banyak bagiannya. Alasannya, kebutuhan orang dewasa lebih besar daripada kebutuhan anak kecil.

*Pendapat Ketiga*

Pembagian warisan yang adil itu adalah orang yang sudah dewasa (tua) seharusnya mendapatkan bagian yang lebih sedikit, karena mereka sudah banyak menikmati harta orang tua selama mereka masih hidup. Sedangkan yang masih kecil, tentu belum banyak menikmati harta orang tuanya, sehingga seharusnya mendapat bagian lebih banyak.

*Pendapat Keempat*

Pembagian warisan yang adil itu adalah dilihat dari kedekatan hubungan dengan orang tuanya, misalnya dari posisi tempat tinggalnya. Bagi mereka yang tempat tinggalnya jauh dan jarang berhubungan dengan orang tua, seharusnya mendapat bagian yang lebih sedikit. Sebaliknya, bagi yang hubungannya sangat dekat, seharusnya mendapat bagian yang lebih banyak.

*Pendapat Kelima*

Pembagian warisan yang adil itu adalah justru yang hubungannya sudah dekat, jatahnya sedikit saja, alasannya mereka sudah banyak menikmati harta orang tua. Sedangkan yang hubungannya jauh, seharusnya mendapat jatah yang lebih banyak, karena masih sedikit menikmati harta orang tua.

*Pendapat Keenam*

Pembagian warisan yang adil itu seharusnya mengikuti jenis kelaminnya. Perempuan mendapat bagian lebih banyak karena perempuan itu makhluk yang lemah sehingga perlu dilindungi. Sedangkan laki-laki adalah makhluk yang kuat, dia bisa mencari harta sendiri dengan lebih mudah, makanya bagiannya lebih sedikit.

*Pendapat Ketujuh*

Pembagian warisan yang adil itu justru perempuan mendapat jatah yang lebih sedikit, dengan alasan walau perempuan itu lemah, tapi dalam rumah tangga nafkahnya akan ditanggung oleh laki-laki. Sebaliknya, walau laki-laki itu lebih kuat tapi dia memiliki banyak tanggungan, sehingga layak mendapat jatah yang lebih banyak.

*Pendapat Kedelapan, Kesembilan, Kesepuluh, dst…..*

Begitulah, jika KEADILAN diserahkan kepada akal manusia, maka sampai hari kiamat pun tidak mungkin akan menemukan titik temu, karena masing-masing kepala manusia memiliki pendapatnya masing-masing. Dengan demikian, adil menurut manusia bersifat *relatif*.

Akhirnya kita dapat menarik sebuah kesimpulan penting bahwa untuk menyelesaikan masalah distribusi kepemilikan (dalam hal ini pembagian warisan) ternyata tidak dapat diserahkan kepada AKAL manusia.

Dengan demikian, manusia benar-benar membutuhkan kekuatan yang berasal dari *luar akal manusia*. Dari sinilah kita dapat memahami peran yang mendasar dari *SISTEM EKONOMI ISLAM* yaitu terkait hukum waris _(faraid)_.

Oleh karena itu, Allah mengutus seorang Nabi/Rasul dan menurunkan Kitab Suci untuk menjadi petunjuk dan pedoman manusia dalam semua aspek kehidupan (Al Baqarah: 213).

 

_(Sumber: buku *Falsafah Ekonomi Islam* karangan H. Dwi Condro Triono, Ph.D)_

Senin, 09 Agustus 2021

Si Thinking vs Si Feeling

 Si THINKING VS SI FEELING


Salam sahabat semua di manapun berada 🌹

Semoga semua tetap SEHAT BAHAGIA DAMAI BERKELIMPAHAN BERKAH DAN SUKACITA SELALUπŸ’–πŸ’ž

Sudah lama saya ingin menulis tentang ini.

Alhamdulillah Tuhan menggerakkan tangan ini melalui pengalaman pribadi yg juga tidak mudah utk dilalui ☺️

Ada banyak teori ttg KEPRIBADIAN di muka bumi ini. Apalagi dalam ilmu Psikologi ngutek2 nya ga jauh dari Kepribadian ini. 

Kali ini saya ingin membahas ttg 2 Dikotomi besar dari 2 tipe KEPRIBADIAN.

yaitu FEELING ( MENGANDALKAN PERASAAN - Cara berpikirnya SUBYEKTIF ) dan THINKING ( MENGANDALKAN PIKIRAN / LOGIKA - Cara berpikir nya OBYEKTIF ).

Dari 2 kata ini tentu sahabat sudah bisa membayangkan bukan orangnya seperti apa ❓

Diatas sudah saya jelaskan ciri2 orang dengan kepribadian FEELING dan THINKING.

Kedua tipe kepribadian ini sebenarnya sangat bertolak belakang atau berada dalam kutub yg berseberangan. 

Bayangkan bila keduanya bertemu. Entah itu dalam bentuk pasangan suami istri, anak - ortu, ortu - anak, mitra kerja, atasan - bawahan.

Tanpa PEMAHAMAN atau KESADARAN akan adanya TIPOLOGI KEPRIBADIAN org yg di dekat kita saat ini, sudah dipastikan yg ada adalah KONFLIK, KETEGANGAN TERUS MENERUS .

Bahkan bisa jadi berakhir dgn perpecahan atau perpisahan. 

Mungkin sudah PAHAM akan ilmunya tapi BELUM MENYADARI bahwa Pasangan, anak , ortu, mitra kita itu ber REAKSI dgn pola reaksi orang FEELING atau THINKING tadi.

 Keduanya memiliki perbedaan alami dalam cara membuat keputusan dan mengalami emosi.

Bukan berarti orang FEELING ( Orientasi PERASAAN ) menjadi kurang mampu BERPIKIR.

Dan sebaliknya orang THINKING ( Orientasi PIKIRAN ) menjadi kurang mampu MERASA.

 PERBEDAAN mendasarnya  adalah dalam proses PERSEPSI dan PENGALAMAN yang muncul secara otomatis saat dipicu oleh suatu kejadian. Si FEELING dan si THINKING Akan mengekspresikan apa   mereka pikirkan dan rasakan dengan cara yg berbeda.   

Meskipun manusia pada umumnya sadar bahwa seseorang berbeda dalam cara mereka mengambil kesimpulan dan mengalami serta mengekspresikan emosi, tapi hanya sedikit yang memahami bahwa perbedaan dalam ekspresi diri ini  didorong oleh kerangka referensi persepsi dan pengalaman bawaan yang berbeda. 

Yang seringkali menjadi perhatian bahkan menjadi masalah adalah perbedaan mendasar dalam pengalaman emosi ketika konflik muncul. 

Si THINKING RESPONNYA  : 

* Memproses pikiran dan mengalami emosi secara obyektif berdasarkan fakta.

* Dasar pengambilan keputusan juga obyektif berdasarkan SEBAB AKIBAT

* Mencari penjelasan yg logis untuk apapun yg terjadi ketika konflik muncul 

* Memiliki konsistensi yg logis dan membumi dalam pikiran, tindakan dan emosi. 

* Secara otomatis  Menafsirkan apa pun yang diungkapkan atau dilakukan yang tidak_ masuk akal secara logis sebagai tidak valid.  


Si FEELING, RESPONNYA : 

 * Selalu mementingkan, Menghubungkan dan  memfasilitasi keharmonisan dalam hubungan manusia.

* Memiliki kepekaan alami terhadap isu-isu keadilan dan inklusi.

*  Disetel ke nada komunikasi.  Jika sampai mengatakan sesuatu dengan TIDAK BAIK NADANYA, maka itu TIDAK BAIK.

*   Rentan untuk merasa bersalah atau buruk di luar REALITAS OBYEKTIF ketika konflik muncul. Atau diluar masalah itu sendiri

* Rentan untuk merasa terluka dan ditolak ketika ditanggapi dengan cara yang netral secara emosional atau blak-blakan.* 

Saat si THINKING dan FEELING Bersatu menjadi PASANGAN 

Penyebab kesulitan yang biasa bagi pasangan yang berbeda ini berasal dari perbedaan mendasar dalam cara mereka mengalami dan mengekspresikan emosi. 

Saat HARMONY terganggu, sebagian besar FEELING yang berorientasi pada perasaan merespon merasa buruk, seolah-olah mereka telah melakukan sesuatu yang salah.  Mengetahui bahwa mereka sebenarnya tidak melakukan sesuatu yang salah biasanya juga tidak membantu.  Bagaimanapun mereka tetap merasa buruk

Ketika perasaan ini dipicu, si FEELING mungkin segera meminta maaf, berharap untuk memulihkan keharmonisan dan menetralisir rasa bersalah yang mereka alami, atau mereka mungkin marah dengan pasangannya karena melakukan sesuatu yang menyebabkan mereka merasa seperti itu.

 Di lain sisi tidak satu pun dari respons ini masuk akal bagi si THINKING yang berorientasi pada pemikiran

Saat si FEELING bisa merasa bersalah dan buruk hanya karena seseorang tidak setuju dengan mereka❓;  Dan mengatakan  bahwa justru pihak lain yg  bersalah karena menyebabkan mereka merasa seperti itu ❓

 Dari perspektif THINKING, tanggapan2 ini tidak masuk akal secara logis dan oleh karena itu tidak valid.

Hal ini sama dengan kondisi bahwa di dunia ini ada orang2 KIDAL, BUKAN KIDAL atau AMBIDEXTROUS ( menggunakan kedua tangannya ), hal tersebut adalah wajar dan normal. 

Yaitu tentang CARA YG BERBEDA antara si FEELING dan THINKING   untuk mengalami dan mengekspresikan pikiran dan perasaannya.

TANTANGAN DALAM BERKOMUNIKASI

Intinya, dua orang yg berbeda secara alami ini harus aktif untuk memahami realitas yang sama. 

Si FEELING disarankan  mencari FAKTA atau DASAR ttg  bagaimana perasaan mereka tentang situasi tersebut.

 Sementara pasangannya yg THINKING berpikir mencari FAKTA atau DASAR mengapa mereka berpikir PERASAAN  pasangannya tidak masuk akal secara logis ❓  

Dengan begitu baru keduanya merasa dapat  memberikan tanggapan yg dibutuhkan pihak lain untuk merasa didengar. 

Tanpa niat yg tulus  atau KESADARAN, penjelasan yang diberikan masing2 pihak untuk membenarkan respons alami dan normal mereka sendiri, secara fakta membatalkan respons alami dan normal pasangan mereka.  

Masalah kecil dari luar dapat memicu pertengkaran emosional yang membuat kedua belah pihak babak belur secara psikologis, saling menyalahkan atas kerusakan yang terjadi, sementara masalah itu sendiri tetap tidak terselesaikan. 

Hal ini menjadi semakin parah saat penyelesaian konflik ketika pasangan juga berbeda dalam dikotomi ekstroversi-introversi.


BAGAIMANA PENYELESAIAN KONFLIK ❓

Faktanya,ketika suatu INFORMASI itu AKURAT, si THINKING dapat menerima keakuratannya. 

Sedangkan si FEELING  biasanya lebih ambivalen. Meskipun informasi tersebut memberikan validasi konkrit mengenai kepekaan dan reaktivitas emosional mereka. 

 INFORMASI tersebut bagi si FEELING tetap tidak memberikan mereka banyak kelegaan dari perasaan yang sudah  terpicu ketika konflik muncul.

Jika mereka menerima pernyataan bahwa ada perbedaan alami antara FEELING DAN THINKING  dan itu NORMAL dalam RESPON yg masing2 keluarkan. Keduanya harus mau mengakui bahwa pasangan mereka : 

 Tidak dapat secara pengalaman terkoneksi dengan bagaimana perasaan dari masing2 mereka ketika konflik itu  muncul 

Oleh karena itu

*si FEELING tidak perlu merasa bersalah atau merasa BURUK atas komentar apapun dari si THINKING..

_*  Ketidaksetaraan yang melekat pada perbedaan dalam mengalami emosi.  Sehingga si FEELING mengalami kesulitan besar untuk menerima fakta apapun yg diberikan oleh si THINKING. 

Pasangannya yang THINKING sebaiknya mampu memberikan penjelasan logis untuk tanggapan berbasis perasaan pasangan mereka yg FEELING. 

Si THINKING sebaiknya mampu melunakkan RESPON mereka secara umum dan menjadi lebih perhatian dan akomodatif ketika konflik muncul. 

Perubahan ini telah membantu banyak pasangan yang merasakan kebencian yang secara otomatis mereka alami selama konflik._ 


JEDA WAKTU DIPERLUKAN 

Adanya pertengkaran yg  eksplosif atau meledak seringkali dihadapi oleh  pasangan yang THINKING dan FEELING ini. Sehingga penting bagi mereka utk menentukan JEDA WAKTU atas pertengkaran ini. 

Sehingga kepatuhan terhadap aturan JEDA WAKTU adalah kebutuhan mutlak sampai mereka mampu mengganti proses penyelesaian konflik destruktif mereka dengan cara yang lebih sehat.  

Si FEELING biasanya mengalami kesulitan untuk mematuhi aturan JEDA waktu ini. Dan membutuhkan waktu yg lebih lama untuk melepaskan EMOSI mereka sampai  pasangan mereka ( THINKING ) bersedia mengakui PERASAAN mereka.

Jika sebuah masalah menjadi bermuatan emosional dan kasar, kemungkinan resolusi menjadi tidak berarti lagi.  

Tingkat tekanan psikis ( gangguan diri ) yang dialami beberapa orang begitu ekstrim sehingga upaya pasangannya untuk menarik diri dapat memicu perilaku putus asa, bahkan kekerasan untuk mencegah pasangannya keluar.  

HARUS ditemukan cara untuk menahan emosi ini jika mereka berharap untuk mengganti proses PERTENGKARAN destruktif mereka dengan yang lebih sehat.

JEDA WAKTU diperlukan untuk : 

 *Setuju dalam waktu mendatang untuk berkumpul kembali dan mencoba lagi, sebelum janji konseling berikutnya.

*Tunggu sampai sesi konseling berikutnya untuk mengatasi masalah tersebut.

*Hubungi konselor untuk melihat apakah tanggal yang lebih awal dapat dijadwalkan untuk bertemu.

*JEDA waktu hampir selalu diminta oleh pasangan yang THINKING dan dibenci oleh pasangan yang FEELING. 


SARAN BAGI SI THINKING

Berusahalah untuk memahami dan mengakomodasi area sensitif pasangan 

Anda BISA mencoba membantu mereka memahami mengapa mereka tidak boleh MERASA seperti itu. 


SARAN BAGI SI FEELING

Gunakan konstruksi berbasis logika saat menjelaskan mengapa anda kesal. 

Contoh: “Meskipun Anda tidak mengerti mengapa saya marah ketika Anda mengatakan itu, faktanya tetap bahwa setiap kali Anda mengatakan itu, saya marah. Mengingat respons saya yang dapat diprediksi, mengapa Anda terus mengatakan itu? "

Begitu masing2 pasangan menyadari bahwa perbedaan alami sedang terjadi, dan bahwa tidak ada yang secara sengaja merespons cara mereka melakukannya untuk mendapatkan caranya sendiri, keduanya akan mampu mengakomodasi dan berkompromi di area yang sebelumnya tidak mungkin..


SALAM SAYANG SELALU

❤️πŸ§‘πŸ’›πŸ’šπŸ’™πŸ’šπŸ’œπŸ€Ž

Shinta Rakhmat Psikolog