KIAI GAGAK SIPAT
Oleh: Trimanto B. Ngaderi
Nama asli Kiai Gagak Sipat adalah Pangeran Gambir Anom yang menjadi Adipati Penamping pada masa Kasunanan Surakarta dijabat oleh Pakubuwono II (1729-1749 M). Ia terkenal sangat menentang kekuasaan raja karena keraton berpihak kepada VOC Belanda. Ia bersama-sama Raden Mas Garendi (Amangkurat V), Raden Mas Said (Pangeran Sambernyawa), dan dibantu oleh orang-orang Cina melakukan pemberontakan melawan Pakubuwono II dan Belanda. Mereka berhasil merebut keraton Kartasura, sedangkan Pakubuwono II dan para pengikutnya berhasil lari ke Ponorogo.
Geger Pacinan
Berdasarkan kisah yang dituturkan dalam Bhabad Tanah Jawa, bahwa orang-orang Cina memiliki dendam kesumat terhadap VOC di Batavia. Hal ini dikarenakan pasukan VOC pernah merampas dan mencuri harta-benda milik mereka. Pasukan VOC juga pernah menganiaya dan membunuh orang-orang Cina, terutama yang tinggal di dusun dan pinggiran Batavia. Banyak orang keturunan Cina yang lari untuk menyelamatkan diri. Peristiwa ini terjadi pada 1740 M.
Komunitas Cina di berbagai daerah pun turut mengangkat senjata melakukan perlawanan terhadap kekuasaan VOC, termasuk di Jawa (Mataram). Pemberontakan laskar Cina di Kartasura terjadi pada 30 Juni 1742. Raden Mas Garendi tampil sebagai pemimpin aksi ini.
R.M. Garendi sendiri merupakan cucu dari Amangkurat III (1702-1705). Amangkurat III dibuang VOC ke Sri Langka karena dikenal sangat anti-VOC. R.M.Garendi dijuluki sebagai Sunan Kuning, berasal dari kata “cun ling” yang berarti bangsawan tertinggi. Ada juga yang menyebut karena ia memimpin orang-orang yang berkulit kuning, maka disebut Sunan Kuning. Ia bersama Kapitan Sepanjang (Khe Panjang) dan R.M. Said mengobarkan perlawanan sengit terhadap VOC di wilayah kekuasaan Mataram. Perlawanan ini disebut sebagai pemberontakan terbesar yang dihadapi VOC selama berkuasa di Nusantara. Pangeran Gambir Anom juga ikut terlibat dalam membantu R.M.Garendi.
Selanjutnya, para pemberontak Jawa-Tionghoa menobatkan R.M. Garendi sebagai Sunan Kartasura dengan gelar Sunan Amangkurat V Senopati Ing Ngalogo Ngadulrohman Sayyidin Panatagama pada 6 April 1742 di Pati. Ketika itu, Amangkurat V baru berusia 16 tahun (sumber lain menyebutkan 12 tahun). Dia pun dianggap sebagai “Raja orang Jawa dan Tionghoa”.
Penobatan Sunan Kuning merupakan simbol perlawanan rakyat Mataram yang merasa dikhianati oleh raja mereka, Pakubuwono II yang ternyata malah bersekutu dengan VOC. Padahal, sebelumnya dia mendukung perlawanan Jawa-Tionghoa terhadap VOC. Akhirnya Sunan Kuning mengerahkan prajuritnya untuk menyerbu keraton Kartasura pada Juni 1742. Kapitan Sepanjang yang tadinya bertugas di garis belakang sebagai pengawal Sunan Kuning, kini bertindak sebagai komandan perang.
Setelah melewati pertempuran yang sengit, akhirnya keraton dapat direbut dan Pakubuwono dan para pengikutnya melarikan diri ke Ponorogo. Kemudian Sunan Kuning naik tahta sebagai raja Mataram terhitung 1 Juli 1742. Pada masa kepemimpinannya, Sunan Kuning pernah menyerang pasukan VOC di Semarang, akan tetapi dapat dikalahkan. Disusul pula dengan kekalahan-kekalahan berikutnya.
Pada November 1742, keraton Kartasura diserang dari tiga penjuru. Pakubuwono II dari arah Ngawi, VOC dari arah Ungaran, dan Cakraningrat IV dari arah Bengawan Solo. Karena terdesak, Sunan Kuning dan para pengikutnya mengungsi ke arah selatan (Gunung Kidul). Akhirnya, tahta Kartasura kembali ke pangkuan Pakubuwono II.
Pada peristiwa tersebut, korban banyak berjatuhan di pihak Sunan Kuning. Banyak prajurit ditangkat kemudian dibunuh. Tentara VOC terus melakukan pengejaran terhadap para pengikut Sunan Kuning. Termasuk juga Pangeran Gambir Anom dan para pembantunya tidak lepas dari pengejaran itu.
Persembunyian Pangeran Gambir Anom
Pasca kekalahan Sunan Kuning, Pangeran Gambir Anom dan para pembantunya berhasil meloloskan diri dari kejaran musuh dan bersembunyi di sebuah gua. Ia tidak berani keluar dari gua tersebut untuk beberapa saat lamanya agar tidak ditemukan oleh pihak musuh.
Pada suatu dinihari, ia usai shalat tahajjud ia berdoa, “Ya Allah Yang Mahamelindungi, aku serahkan hidupku dan keselamatanku berada di tanganMu. Aku memohon petunjukmu,ke mana setelah ini aku melangkah.”
Usai berdoa, Pangeran Gambir Anom tertidur. Dalam tidurnya ia mendapat wangsit untuk meninggalkan gua persembunyiannya dan pergi ke arah timur dengan menyamar sebagai rakyat biasa, nanti akan diberikan petunjuk lagi tempat persembunyian yang baru.
Ketika Pangeran Gambir Anom dan para pengikutnya sedang melakukan perjalanan ke arah timur, ada seekor burung gagak yang terbang di atas mereka dan mengikuti mereka. Sepertinya burung gagak itu memberikan petunjuk ke mana arah yang harus dituju.
Pada akhirnya, sampailah Pangeran Gambir Anom di sebuah pohon beringin besar dan sangat lebat daunnya, dan burung gagak tadi juga berhenti hinggap di pohon tersebut. Ini menandakan bahwa perjalanan Pangeran Gambir Anom dan rombongan telah sampai pada tujuan. Burung gagak tadi “menyipat” atau memberi tanda arah perjalanan.
“Lihat, burung gagak yang sedari tadi mengikuti kita berhenti dan hinggap di pohon beringin itu. Berarti inilah tempat yang cocok dijadikan sebagai tempat tinggal kita,” ujar Pangeran Gambir Anom kepada para pengikutnya.
Di tempat itulah kemudian Pangeran Gambir Anom sebuah padepokan. Dukuh tempat tinggal Pangeran Gambir Anom kemudian dinamakan Kanoman. Sedangkan untuk mengenang jasa burung gagak yang menyipat tadi, maka desa itu dinamakan Desa Gagak Sipat.
Agar keberadaan Pangeran Gambir Anom tidak diketahui oleh Belanda maupun Pakubuwono II, maka namanya diubah menjadi “Kiai Gagak Sipat”. Sebelum meninggal, ia berpesan kepada anak-anaknya agar dimakamkan di bawah pohon beringin dan nama Gambir Anom dirahasiakan, mengingat dia adalah seorang pemberontak yang melawan raja. Makamnya juga jangan sampai dipugar atau dimuliakan, agar identitasnya tidak terbongkar. Biarlah kelak cucu-cucu keturunannya yang akan memugar dan memuliakannya.
Goresan pena - hasil dari ungkapan pikiran dan perasaan serta perenungan tentang kehidupan sehari-hari.
Cari Blog Ini
Senin, 19 Agustus 2019
Kamis, 15 Agustus 2019
Asal-Usul Nama Kacangan
KI GITADIPURA
Oleh: Trimanto B. Ngaderi
Ketika raja Kasunanan Surakarta dijabat oleh Sunan Pakubuwono X, hiduplah seorang kiai yang sangat terkenal namanya, yaitu Kiai Yahya. Kemasyhurannya di kalangan keluarga kerajaan dikarenakan memiliki ilmu agama yang sangat tinggi, pribadi yang jujur, serta memiliki budi pekerti yang mulia. Oleh karena itu, Pakubuwono X mengawinkan kakak perempuannya dengan putra Kiai Yahya yang bernama Ki Gitadipura.
Kepercayaan yang besar dari raja kepada Kiai Yahya mengantarkan Ki Gitadipura diangkat sebagai Bendara Kliwon Kacangan, yang kebetulan pada saat itu jabatan tersebut masih kosong. Pada awalnya, Pakubowono X telah memerintahkan agar Ki Gitadipura berkedudukan di Desa Krajan (Desa Karangmojo, Klego sekarang). Akan tetapi, oleh Kiai Genthong (guru dari Ki Gitadipura) tidak diperbolehkan, tapi harus berkedudukan di desa sebelah timur Desa Sumur Genthong.
Perintah dari sang guru dipatuhinya. Mulailah Ki Gitadipura menjalankan tugas sebagai Kliwon Kacangan, yang cakupan wilayahnya sangatlah luas. Sebelah barat dimulai dari Sungai Boyomoro di Karanggede, sebelah utara hingga perbatasan Juwangi, sebelah timur sampai dengan Sungai Bengawan Solo, dan sebelah selatan sampai di Banyudono.
Ki Gitadipura memiliki watak yang tak jauh berbeda dari ayahnya, yaitu berjiwa besar, bijaksana dalam memimpin, berakhlak mulia, serta senantiasa melakukan riyadlah. Ia memiliki keluarga yang sangat besar, karena beristrikan lima orang. Pada zaman dahulu, lazim seorang keluarga raja beristri banyak.
Ki Gitadipura termasuk orang yang sangat akitf dalam melakukan dakwah Islam. Hal ini telah menjadi agenda utama dalam kepemimpinannya. Jasa-jasa dari Ki Gitadipura dalam menyebarkan agama bisa dilihat sekarang ini. Daerah Kacangan dan sekitarnya menjadi basis kegiatan agama Islam, termasuk banyak pondok pesantren yang berdiri. Cahaya Islam juga mewarnai gerak kehidupan masyarakatnya, dan hampir tidak pernah terjadi kejahatan yang serius di daerah ini.
Selain aktif berdakwah, Ki Gitadipura juga membangun tata ruang daerah Kacangan menjadi lebih baik dan lebih nyaman. Ia merintis pembuatan jalan raya yang tadinya melintas di tengah-tengah Desa Kacangan dengan bentuk agak melegkung, kemudian dibuat lurus seperti yang ada sekarang ini. Hal ini bertujuan untuk menjaga keamanan dan kenyamanan pemakai jalan, karena jalan tersebut melewati pasar (pasar Kacangan lama berada di sebelah barat desa). Jalan yang baru ini menerobos komplek pekuburan dan membaginya menjadi dua, sebelah utara menjadi daerah pemukiman (pertokoan sekarang) dan sebelah selatan menjadi Desa Magersari Wetan. Ki Gitadipura pun membangun pondok pesantren dan sampai saat ini masih berjalan.
Pada suatu ketika, pemerintah kolonial Belanda ingin mengusahakan tanah perkebunan. Demi terwujudnya hal itu, Belanda tak segan-segan menggunakan segala cara untuk mencapai tujuan. Konon, Belanda memiliki pabrik tepung tapioka di Desa Sendang. Pada awalnya, hubungan antara Ki Gitadipura dengan penguasa pabrik tersebut sangatlah baik. Akan tetapi, pada akhirnya jadi merenggang akibat politik adu-domba yang dijalankan oleh kompeni. Sampai-sampai pihak Belanda menghasut keluarga keraton. Beruntung, pihak keraton tidak buru-buru menanggapinya.
Bendara Kliwon Kacangan segera mengambil langkah tegas. Daripada memiliki jabatan yang selalu makan hati dan harus mengalah kepada yang salah, ia sengaja tak pernah hadir pada “pisowanan ageng” di keraton Surakarta. Hal ini dilakukannya untuk mendapat perhatian dari pihak kerajaan.
Sayang sekali, harapan Ki Gitadipura tidak terwujud. Yang terjadi justru sepasukan tentara Belanda mendatangi rumah Ki Gitadipura dan mengusirnya bersama semua keluarganya, tanpa diperbolehkan membawa barang miliknya satupun, kecuali hanya pakaian yang dikenakannya saja (lunga ngadeg). Dengan berat hati, Bendara Kliwon pergi meninggalkan Kacangan dan menetap di daerah Cakran, Surakarta hingga akhir hayatnya.
Sepeninggal Bendara Kliwon Kacangan (1927 M), tempat tinggal beserta pekarangannya dibagi-bagikan kepada penduduk dan akhirnya menjadi tempat yang sangat ramai. Tempat tersebut dinamakan Desa Magersari (artinya: orang yang bertempat tinggal di pekarangan orang lain). sedangkan tempat kedudukan Bendara Kliwon diberi nama Kliwonan (Magersari Kulon).
Setelah adanya pembagian wilayah administrasi, sebelah utara jalan menjadi Desa Kacangan dan sebelah selatan jalan menjadi Desa Mojo.
Oleh: Trimanto B. Ngaderi
Ketika raja Kasunanan Surakarta dijabat oleh Sunan Pakubuwono X, hiduplah seorang kiai yang sangat terkenal namanya, yaitu Kiai Yahya. Kemasyhurannya di kalangan keluarga kerajaan dikarenakan memiliki ilmu agama yang sangat tinggi, pribadi yang jujur, serta memiliki budi pekerti yang mulia. Oleh karena itu, Pakubuwono X mengawinkan kakak perempuannya dengan putra Kiai Yahya yang bernama Ki Gitadipura.
Kepercayaan yang besar dari raja kepada Kiai Yahya mengantarkan Ki Gitadipura diangkat sebagai Bendara Kliwon Kacangan, yang kebetulan pada saat itu jabatan tersebut masih kosong. Pada awalnya, Pakubowono X telah memerintahkan agar Ki Gitadipura berkedudukan di Desa Krajan (Desa Karangmojo, Klego sekarang). Akan tetapi, oleh Kiai Genthong (guru dari Ki Gitadipura) tidak diperbolehkan, tapi harus berkedudukan di desa sebelah timur Desa Sumur Genthong.
Perintah dari sang guru dipatuhinya. Mulailah Ki Gitadipura menjalankan tugas sebagai Kliwon Kacangan, yang cakupan wilayahnya sangatlah luas. Sebelah barat dimulai dari Sungai Boyomoro di Karanggede, sebelah utara hingga perbatasan Juwangi, sebelah timur sampai dengan Sungai Bengawan Solo, dan sebelah selatan sampai di Banyudono.
Ki Gitadipura memiliki watak yang tak jauh berbeda dari ayahnya, yaitu berjiwa besar, bijaksana dalam memimpin, berakhlak mulia, serta senantiasa melakukan riyadlah. Ia memiliki keluarga yang sangat besar, karena beristrikan lima orang. Pada zaman dahulu, lazim seorang keluarga raja beristri banyak.
Ki Gitadipura termasuk orang yang sangat akitf dalam melakukan dakwah Islam. Hal ini telah menjadi agenda utama dalam kepemimpinannya. Jasa-jasa dari Ki Gitadipura dalam menyebarkan agama bisa dilihat sekarang ini. Daerah Kacangan dan sekitarnya menjadi basis kegiatan agama Islam, termasuk banyak pondok pesantren yang berdiri. Cahaya Islam juga mewarnai gerak kehidupan masyarakatnya, dan hampir tidak pernah terjadi kejahatan yang serius di daerah ini.
Selain aktif berdakwah, Ki Gitadipura juga membangun tata ruang daerah Kacangan menjadi lebih baik dan lebih nyaman. Ia merintis pembuatan jalan raya yang tadinya melintas di tengah-tengah Desa Kacangan dengan bentuk agak melegkung, kemudian dibuat lurus seperti yang ada sekarang ini. Hal ini bertujuan untuk menjaga keamanan dan kenyamanan pemakai jalan, karena jalan tersebut melewati pasar (pasar Kacangan lama berada di sebelah barat desa). Jalan yang baru ini menerobos komplek pekuburan dan membaginya menjadi dua, sebelah utara menjadi daerah pemukiman (pertokoan sekarang) dan sebelah selatan menjadi Desa Magersari Wetan. Ki Gitadipura pun membangun pondok pesantren dan sampai saat ini masih berjalan.
Pada suatu ketika, pemerintah kolonial Belanda ingin mengusahakan tanah perkebunan. Demi terwujudnya hal itu, Belanda tak segan-segan menggunakan segala cara untuk mencapai tujuan. Konon, Belanda memiliki pabrik tepung tapioka di Desa Sendang. Pada awalnya, hubungan antara Ki Gitadipura dengan penguasa pabrik tersebut sangatlah baik. Akan tetapi, pada akhirnya jadi merenggang akibat politik adu-domba yang dijalankan oleh kompeni. Sampai-sampai pihak Belanda menghasut keluarga keraton. Beruntung, pihak keraton tidak buru-buru menanggapinya.
Bendara Kliwon Kacangan segera mengambil langkah tegas. Daripada memiliki jabatan yang selalu makan hati dan harus mengalah kepada yang salah, ia sengaja tak pernah hadir pada “pisowanan ageng” di keraton Surakarta. Hal ini dilakukannya untuk mendapat perhatian dari pihak kerajaan.
Sayang sekali, harapan Ki Gitadipura tidak terwujud. Yang terjadi justru sepasukan tentara Belanda mendatangi rumah Ki Gitadipura dan mengusirnya bersama semua keluarganya, tanpa diperbolehkan membawa barang miliknya satupun, kecuali hanya pakaian yang dikenakannya saja (lunga ngadeg). Dengan berat hati, Bendara Kliwon pergi meninggalkan Kacangan dan menetap di daerah Cakran, Surakarta hingga akhir hayatnya.
Sepeninggal Bendara Kliwon Kacangan (1927 M), tempat tinggal beserta pekarangannya dibagi-bagikan kepada penduduk dan akhirnya menjadi tempat yang sangat ramai. Tempat tersebut dinamakan Desa Magersari (artinya: orang yang bertempat tinggal di pekarangan orang lain). sedangkan tempat kedudukan Bendara Kliwon diberi nama Kliwonan (Magersari Kulon).
Setelah adanya pembagian wilayah administrasi, sebelah utara jalan menjadi Desa Kacangan dan sebelah selatan jalan menjadi Desa Mojo.
Minggu, 11 Agustus 2019
Bisnis Apa yang Cocok Buat Saya?
*BISNIS APA YANG COCOK BUAT SAYA?*
Sangat sering saya mendapat pertanyaan : _"Pak dokter, saya (pegawai negeri/pegawai swasta/pedagang kecil/ eksportir/ dokter dsb). Kira kira untuk mendapatkan penghasilan pasif supaya bisa bebas finansial, bisnis apa yang cocok untuk saya kerjakan ?"_
Biasanya dengan tegas saya katakan : _"TIDAK ADA YANG COCOK UNTUK ANDA !!"._
Yang mereka tanyakan adalah : _"APA YANG COCOK UNTUK SAYA ?",_ artinya apa yang mereka senang untuk lakukan, cocok untuk dilakukan. Sudah pasti tidak akan ada yang cocok, karena semua yang cocok sudah Anda coba untuk dilakukan (beternak aneka macam, bertani, berdagang ini itu, offline maupun online, membangun pabrik ini itu, bengkel, restoran dsb). Yang belum dilakukan tinggal hal hal yang tidak cocok. Hal hal yang tidak Anda sukai.
Bagi Anda yang sampai saat ini belum memiliki penghasilan pasif besar, maka Anda harus mau mengerjakan hal hal yang tidak cocok untuk Anda. Penghasilan pasif hanya bisa diperoleh dengan 4 cara, dan saya percaya ke empatnya tidak cocok untuk Anda. Karena kalau cocok, pasti sudah sejak lama Anda lakukan.
*Empat cara itu adalah :*
*1. Investasi.* Melakukan ini pasti tidak menyenangkan, karena Anda perlu menyederhanakan hidup, menyisihkan MINIMAL 30% dari penghasilan Anda sekarang selama 30 - 50 tahun. Barulah Anda bisa menikmati pensiun yang nyaman. Ini dikenal dengan sebutan "membangun pipa 50 tahun". Kalau merasa cocok dengan ini, silahkan lakukan.
*2. Membangun konglomerasi* (perusahaan besar yang autopilot). Anda membangun perusahaan, kemudian membangun sistemnya sehingga bisa autopilot. Robert Kiyosaki mengatakan perlu 20 - 30 tahun dan bangkrut 2-3x di usaha yang sama (ingat ya, di usaha yang sama !!). Anda pasti tidak cocok karena memang hanya sedikit yang bisa.
*3. Membeli bisnis waralaba.* Untuk mendapatkan penghasilan belasan juta rupiah, paling tidak perlu waralaba seharga bbrp milyar rupiah. Ini pasti ya tidak cocok karena butuh uang banyak.
*4. Membangun bisnis networking yang benar.* Apalagi yang ini, hampir pasti tidak cocok karena banyak yang tidak senang. Seandainya senang, biasanya salah memilih bisnis networking. Ada yang memilih bisnis Multilevel Recruiting. Dimana kita mendapat bonus ketika menggabungkan orang. Lebih banyak lagi yang kesasar masuk ke bisnis Money Game. Berusaha mendapat uang dari bisnis umrah murah, agrobisnis yang katanya bisa menjual sayur atau kayu dengan harga mahal, atau investasi investasi yang memberi hasil besar, cepat dan aman. Tiga kata yang kalau digabungkan cuma berarti satu hal yaitu tipu tipu.
*Ke 4 cara diatas hampir pasti tidak ada yang cocok untuk Anda.* Untuk sayapun juga tidak cocok. Saya cuma beruntung karena :
1. Memiliki dorongan yang kuat, yaitu keamanan untuk keluarga saya, karena saya melihat banyak janda dokter yang harus jualan door to door ketika ditinggal suaminya. Pekerjaan yang mungkin belum pernah mereka bayangkan sebelumnya.
2. Memiliki anak yang tegaan. Dia tega menjerumuskan saya ke sebuah bisnis networking (yang saya benci), kemudian tega memaksa saya mengikuti sebuah seminar inspirasi dan visi.
3. Lebih beruntung lagi, karena secara kebetulan, bisnis networking yang saya masuki sangat tepat. Yaitu bisnis networking yang menurut pengamat MLM pak Erik, satu satunya bisnis networking yang bisa membuat anggotanya bebas finansial dan bebas waktu. Bisa memberi kebebasan uang dan waktu itu benar karena saya dan ratusan teman di Indonesia sudah mengalami. Tetapi apakah satu satunya, wallahualam.
Dengan keberuntungan itu, sejak 17 Agustus 2005 saya sudah tidak perlu lagi praktek dan bisa freedom setelah bekerja sangat keras di bisnis networking itu selama 2 tahun. Jadi, kalau Anda ingin mendapatkan penghasilan pasif besar, Anda perlu tahu sejak awal bahwa TIDAK AKAN ADA YANG COCOK (DISUKAI) UNTUK ANDA. Yang bisa Anda lakukan hanyalah memilih yang mana dari ke 4 cara itu yang paling memungkinkan bagi Anda. Atau, memutuskan bersedia saya jerumuskan ke tempat yang sama dengan saya. Seperti saya dijerumuskan oleh anak saya.
*Selamat memilih,*🙏🙏
(oleh: dr Sigit Setyawadi SpOG)
Rabu, 31 Juli 2019
Kemiskinan: Fakta atau Fiksi?
KEMISKINAN: FAKTA ATAU FIKSI
Kemiskinan. Ya, kemiskinan. Kita mungkin sama-sama sependapat bahwa mayoritas penduduk Indonesia masih berada di bawah garis kemiskinan, atau dalam bahasa yang lebih etis disebut sebagai “pra-sejahtera”. Karena kalau disebut miskin, akan bisa menimbulkan persepsi negatif, dikatakan tidak manusiawi, merendahkan harkat-martabat manusia, dan sebagainya.
Kementerian dan lembaga-lembaga pemerintah sering mengadakan sensus atau pendataan terkait warga miskin. Pemerintah memiliki kriteria-kriteria atau indikator-indikator untuk menentukan apa dan siapa yang disebut miskin itu. Tujuannya adalah untuk memberikan bantuan kepada mereka dalam bentuk program-program tertentu agar mereka bisa terlepas dari lingkaran kemiskinan dan naik menjadi keluarga sejahtera. Terlebih memang sudah menjadi tugas dan tanggung jawab pemerintah untuk membantu mereka, sebagaimana yang telah diamanatkan dalam UUD 1945.
Saat ini, wujud dari program-program pemerintah dalam rangka menangani kemiskinan cukup banyak, di antaranya: Beras Miskin (Raskin) yang kini telah menjadi Bantuan Pangan Non-Tunai (BPNT), Bantuan Langsung Tunai (BLT) yang kini telah menjadi Program Keluarga Harapan (PKH), Kartu Indonesia Sehat Penerima Bantuan Iuran (KIS PBI), Kartu Indonesia Pintar (KIP), Kelompok Usaha Bersama (KUBE), Subsidi Gas dan Listrik, Subsidi Pupuk dan Bibit Tanaman, dan lain-lain.
Sumber gambar: indopos.co.id
Miskin Menurut Agama Islam
Secara eksplisit, kata miskin sering disebut berbarengan dengan kata fuqara (fakir). Disebut orang miskin yaitu mereka yang belum dapat memenuhi kebutuhan pokok (pangan, sandang, papan) secara layak. Sedangkan fakir adalah mereka yang nyaris tak memiliki harta dan masih banyak kekurangan dalam hal memenuhi kebutuhan pokok. Jadi fakir berada di bawah miskin.
Di dalam Islam, yang berkewajiban membantu fakir-miskin adalah orang-orang yang memiliki harta lewat mekanisme zakat. Orang kaya yang hartanya telah mencapai nishab, wajib mengeluarkan zakat untuk disalurkan kepada fakir-miskin. Jika saja setiap orang kaya sadar akan kewajibannya, maka setiap fakir-miskin akan tersantuni dengan baik, tidak ada yang terlantar atau mengalami kelaparan. Selain itu, orang yang tidak kaya pun bisa membantu fakir-miskin lewat jalur infaq dan shadaqah. Jika infaq adalah dalam bentuk mata uang, sedangkan shadaqah bisa berwujud barang, tenaga, atau pemikiran.
Secara akidah, kaya atau miskin tidaklah ada bedanya. Jika diberi kekayaan hendaklah bersyukur, dan jika diberi kekurangan hendaklah bersabar. Itulah ciri utama orang yang beriman. Dalam kondisi apapun (kaya atau miskin) selalu dianggap sebuah kebaikan dan masing-masing memiliki peluang untuk meraih pahala dan ridha dari Allah swt. Sebab di mata Dia, yang diukur bukan kaya atau miskin, melainkan ketakwaannya.
Seperti Apakah Kemiskinan Itu?
Walau kriteria atau indikator miskin dari pemerintah sudah jelas, tapi pada kenyataannya istilah miskin masih menjadi perdebatan yang cukup pelik. Hal ini terkait dengan situasi dan kondisi di lapangan, daerah di mana tinggal, faktor lingkungan dan alam, pandangan hidup, sosial-budaya, sistem kepercayaan, dan sebagainya.
Secara umum terutama di Pulau Jawa, untuk menemukan keluarga yang rumahnya kayu atau bambu dan berlantaikan tanah juga sudah agak susah, karena memang sekarang sudah zamannya rumah semi-permanen atau permanen. Alasannya, kayu sudah agak susah didapat dan harganya sangat mahal, belum lagi tiap beberapa tahun mesti diganti. Demikian halnya menemukan keluarga yang masih kekurangan makan atau bahkan mengalami kelaparan juga sudah sulit.
Orang yang memiliki rumah semi-permanen dan berada di lingkungan yang mayoritasnya memiliki rumah kayu atau bambu, maka ia disebut orang mampu. Sedangkan orang yang memiliki rumah semi-permanen dan berada di lingkungan yang mayoritasnya memiliki rumah permanen, maka ia disebut orang miskin. Orang memiliki lahan satu hektar di luar Jawa mungkin dianggap miskin, tapi memiliki sawah satu hektar di Jawa bisa dianggap orang kaya.
Ada orang yang rumahnya masih kayu atau bambu, tapi memiliki sawah atau kebun yang luas, ditambah memiliki beberapa ternak, dan memiliki simpanan perhiasan. Sedangkan ada pula yang rumahnya sudah semi-permanen atau bahkan permanen, tapi tak memiliki sawah-kebun atau ternak, kerjanya hanya buruh pabrik dan punya banyak anak yang masih sekolah. Kelihatannya memiliki kendaraan, perabot rumah yang lengkap, padahal itu didapat dengan cara berhutang (kredit).
Ada orang yang sudah mampu dan memiliki kehidupan yang lebih baik, tapi masih iri dengan orang miskin yang mendapat bantuan, dan berkata “kenapa saya tidak ikut dapat bantuan seperti mereka?”. Tak jarang warga yang satu menganggap mampu warga yang lain, demikian sebaliknya. Sama-sama merasa miskin, atau lebih tepatnya memiskinkan diri. Itu lho dia punya sawah luas,kenapa masih dapat bantuan. Di pihak seberang juga berkata, itu lho dia sudah dapat gaji bulanan kenapa menerima bantuan. Masing-masing merasa dirinya miskin dan “menuduh” pihak lain telah mampu. Menjadi tidak jelas lagi, siapa sebenarnya yang miskin siapa yang mampu.
Ahhh… ternyata istilah miskin (termasuk juga kaya) itu hanya prasangka-prasangka. Miskin hanya sebuah pandangan, persangkaan belaka. Faktor emosional terlibat di sana. Ada kecemburuan sosial. Mereka yang cemburu bukan hanya orang yang benar-benar miskin dan belum dapat bantuan, tapi juga mereka yang sebenarnya sudah mampu, tapi masih mengharap dapat bantuan juga (bermental miskin).
Terlebih lagi jika kita membicarakan tentang kemiskinan kultural dan kemiskinan struktural, akan lebih rumit dan kompleks lagi. Secara sederhana, kemiskinan kultural disebabkan oleh sikap mental mereka sendiri, seperti malas bekerja, tidak memiliki cita-cita atau tujuan hidup, merasa miskin,pasrah yang berlebihan, keyakinan yang salah dll. Sedangkan kemiskinan struktural lebih diakibatkan oleh kebijakan-kebijakan pemerintah yang membuat warga sulit merubah hidupnya, tidak bisa melawan, tertindas, dikalahkan, dipinggirkan,dll. Untuk hal ini akan dibahas secara khusus dalam tulisan tersendiri.
Penutup
Belum lagi masalah terkait bantuan yang masih belum tepat sasaran, Terkait penerima Manfaat yang memberikan data tidak benar, ditambah pula petugas yang memasukkan data secara tidak jujur. diajukan pada sebuah pertanyaan mendasar yaitu, “Apa dan siapa yang disebut miskin itu?”. Jangan-jangan perihal miskin merupakan sesuatu yang bisa dikarang-karang, layaknya sebuah cerita fiksi.
Kemiskinan. Ya, kemiskinan. Kita mungkin sama-sama sependapat bahwa mayoritas penduduk Indonesia masih berada di bawah garis kemiskinan, atau dalam bahasa yang lebih etis disebut sebagai “pra-sejahtera”. Karena kalau disebut miskin, akan bisa menimbulkan persepsi negatif, dikatakan tidak manusiawi, merendahkan harkat-martabat manusia, dan sebagainya.
Kementerian dan lembaga-lembaga pemerintah sering mengadakan sensus atau pendataan terkait warga miskin. Pemerintah memiliki kriteria-kriteria atau indikator-indikator untuk menentukan apa dan siapa yang disebut miskin itu. Tujuannya adalah untuk memberikan bantuan kepada mereka dalam bentuk program-program tertentu agar mereka bisa terlepas dari lingkaran kemiskinan dan naik menjadi keluarga sejahtera. Terlebih memang sudah menjadi tugas dan tanggung jawab pemerintah untuk membantu mereka, sebagaimana yang telah diamanatkan dalam UUD 1945.
Saat ini, wujud dari program-program pemerintah dalam rangka menangani kemiskinan cukup banyak, di antaranya: Beras Miskin (Raskin) yang kini telah menjadi Bantuan Pangan Non-Tunai (BPNT), Bantuan Langsung Tunai (BLT) yang kini telah menjadi Program Keluarga Harapan (PKH), Kartu Indonesia Sehat Penerima Bantuan Iuran (KIS PBI), Kartu Indonesia Pintar (KIP), Kelompok Usaha Bersama (KUBE), Subsidi Gas dan Listrik, Subsidi Pupuk dan Bibit Tanaman, dan lain-lain.
Sumber gambar: indopos.co.id
Miskin Menurut Agama Islam
Secara eksplisit, kata miskin sering disebut berbarengan dengan kata fuqara (fakir). Disebut orang miskin yaitu mereka yang belum dapat memenuhi kebutuhan pokok (pangan, sandang, papan) secara layak. Sedangkan fakir adalah mereka yang nyaris tak memiliki harta dan masih banyak kekurangan dalam hal memenuhi kebutuhan pokok. Jadi fakir berada di bawah miskin.
Di dalam Islam, yang berkewajiban membantu fakir-miskin adalah orang-orang yang memiliki harta lewat mekanisme zakat. Orang kaya yang hartanya telah mencapai nishab, wajib mengeluarkan zakat untuk disalurkan kepada fakir-miskin. Jika saja setiap orang kaya sadar akan kewajibannya, maka setiap fakir-miskin akan tersantuni dengan baik, tidak ada yang terlantar atau mengalami kelaparan. Selain itu, orang yang tidak kaya pun bisa membantu fakir-miskin lewat jalur infaq dan shadaqah. Jika infaq adalah dalam bentuk mata uang, sedangkan shadaqah bisa berwujud barang, tenaga, atau pemikiran.
Secara akidah, kaya atau miskin tidaklah ada bedanya. Jika diberi kekayaan hendaklah bersyukur, dan jika diberi kekurangan hendaklah bersabar. Itulah ciri utama orang yang beriman. Dalam kondisi apapun (kaya atau miskin) selalu dianggap sebuah kebaikan dan masing-masing memiliki peluang untuk meraih pahala dan ridha dari Allah swt. Sebab di mata Dia, yang diukur bukan kaya atau miskin, melainkan ketakwaannya.
Seperti Apakah Kemiskinan Itu?
Walau kriteria atau indikator miskin dari pemerintah sudah jelas, tapi pada kenyataannya istilah miskin masih menjadi perdebatan yang cukup pelik. Hal ini terkait dengan situasi dan kondisi di lapangan, daerah di mana tinggal, faktor lingkungan dan alam, pandangan hidup, sosial-budaya, sistem kepercayaan, dan sebagainya.
Secara umum terutama di Pulau Jawa, untuk menemukan keluarga yang rumahnya kayu atau bambu dan berlantaikan tanah juga sudah agak susah, karena memang sekarang sudah zamannya rumah semi-permanen atau permanen. Alasannya, kayu sudah agak susah didapat dan harganya sangat mahal, belum lagi tiap beberapa tahun mesti diganti. Demikian halnya menemukan keluarga yang masih kekurangan makan atau bahkan mengalami kelaparan juga sudah sulit.
Orang yang memiliki rumah semi-permanen dan berada di lingkungan yang mayoritasnya memiliki rumah kayu atau bambu, maka ia disebut orang mampu. Sedangkan orang yang memiliki rumah semi-permanen dan berada di lingkungan yang mayoritasnya memiliki rumah permanen, maka ia disebut orang miskin. Orang memiliki lahan satu hektar di luar Jawa mungkin dianggap miskin, tapi memiliki sawah satu hektar di Jawa bisa dianggap orang kaya.
Ada orang yang rumahnya masih kayu atau bambu, tapi memiliki sawah atau kebun yang luas, ditambah memiliki beberapa ternak, dan memiliki simpanan perhiasan. Sedangkan ada pula yang rumahnya sudah semi-permanen atau bahkan permanen, tapi tak memiliki sawah-kebun atau ternak, kerjanya hanya buruh pabrik dan punya banyak anak yang masih sekolah. Kelihatannya memiliki kendaraan, perabot rumah yang lengkap, padahal itu didapat dengan cara berhutang (kredit).
Ada orang yang sudah mampu dan memiliki kehidupan yang lebih baik, tapi masih iri dengan orang miskin yang mendapat bantuan, dan berkata “kenapa saya tidak ikut dapat bantuan seperti mereka?”. Tak jarang warga yang satu menganggap mampu warga yang lain, demikian sebaliknya. Sama-sama merasa miskin, atau lebih tepatnya memiskinkan diri. Itu lho dia punya sawah luas,kenapa masih dapat bantuan. Di pihak seberang juga berkata, itu lho dia sudah dapat gaji bulanan kenapa menerima bantuan. Masing-masing merasa dirinya miskin dan “menuduh” pihak lain telah mampu. Menjadi tidak jelas lagi, siapa sebenarnya yang miskin siapa yang mampu.
Ahhh… ternyata istilah miskin (termasuk juga kaya) itu hanya prasangka-prasangka. Miskin hanya sebuah pandangan, persangkaan belaka. Faktor emosional terlibat di sana. Ada kecemburuan sosial. Mereka yang cemburu bukan hanya orang yang benar-benar miskin dan belum dapat bantuan, tapi juga mereka yang sebenarnya sudah mampu, tapi masih mengharap dapat bantuan juga (bermental miskin).
Terlebih lagi jika kita membicarakan tentang kemiskinan kultural dan kemiskinan struktural, akan lebih rumit dan kompleks lagi. Secara sederhana, kemiskinan kultural disebabkan oleh sikap mental mereka sendiri, seperti malas bekerja, tidak memiliki cita-cita atau tujuan hidup, merasa miskin,pasrah yang berlebihan, keyakinan yang salah dll. Sedangkan kemiskinan struktural lebih diakibatkan oleh kebijakan-kebijakan pemerintah yang membuat warga sulit merubah hidupnya, tidak bisa melawan, tertindas, dikalahkan, dipinggirkan,dll. Untuk hal ini akan dibahas secara khusus dalam tulisan tersendiri.
Penutup
Belum lagi masalah terkait bantuan yang masih belum tepat sasaran, Terkait penerima Manfaat yang memberikan data tidak benar, ditambah pula petugas yang memasukkan data secara tidak jujur. diajukan pada sebuah pertanyaan mendasar yaitu, “Apa dan siapa yang disebut miskin itu?”. Jangan-jangan perihal miskin merupakan sesuatu yang bisa dikarang-karang, layaknya sebuah cerita fiksi.
Sabtu, 13 Juli 2019
Garuda Indonesia vs GOJEK
GARUDA INDONESIA VS GOJEK
Kenapa valuasi Gojek 10 kali lipat lebih tinggi daripada Garuda Indonesia ?
Padahal aset Gojek HANYA aplikasi, sementara Garuda Indonesia punya aset puluhan Boeing.
Apakah ini model valuasi yang absurd, ataukah the magic of digital economy.
Mari kita ulas filosifinya dengan renyah
Valuasi artinya harga jual sebuah perusahaan di mata investornya.
Model valuasi konvensional mengukur harga perusahaan dari kemampuannya hasilkan laba. Juga dari total aset yang dimiliki, dikurangi total hutang.
Valuasi Garuda Indonesia saat ini hanya Rp 6 triliun, jauh dibawah valuasi Gojek yang sudah 75 triliun.
Valuasi Garuda buruk karena mereka punya utang Rp 40 triliun, angka utang yang masif. Tahun lalu mereka juga rugi Rp 2.7 triliun.
Valuasi Garuda Indonesia buruk juga karena beban biaya operasional mereka tinggi plus beban bayar bunga hutang yang segede gaban.
Kalau utangnya 40 triliun, asumsi bunga hutang 10%/tahun maka Garuda butuh dana 4 triliun cash per tahun hanya buat bayar bunganya.
Jaman dulu, valuasi bisnis lebih fokus pada tangible asset atau aset fisik macam pabrik, tanah, bangunan, dan aset fisik lainnya.
Jaman sekarang, intangible asset atau aset ghoib diangggap lebih utama.
Contoh intangible asset :Brand image, Hak paten, Human capital, Apps, Digital platform, Aset FB atau Google hanyalah aplikasi dan digital platform (plus server farm)
Aset Toyota atau Boeing adalah ratusan pabrik seluas puluhan kali lapangan sepakbola.
Tapi valuasi Facebook atau Google yang tembus Rp 8000 triliun puluhan kali lipat diatas valuasi Toyota atau Boeing.
Di era digital economy, kekuatan value sebuah app bisa sangat masif.
Instagram HANYALAH SEBUAH APLIKASI.
Iya Instagram itu cuman app. Bukan rocket science technology.
Berapa valuasi Instagram hari ini? Rp 1.000 triliun. !
Kenapa sebuah aplikasi yang so simpel harganya bisa ribuan triliun?
Jawabannya : sebab di era internet ini, sebuah app bisa jangkau miliaran user dalam detik yang sama.
Itulah Scalability Power. The power of App Economy.
Dengan koneksi internet, ratusan juta user bisa ditangkap dg seketika.
Filosofi digital seperti diataslah yang juga menjelaskan kenapa valuasi Gojek/Gopay saat ini sudah tembus Rp 75 triliun.
Gojek/Gopay hanyalah aplikasi. Mereka sama sekali tak punya aset fisik yang masif.
Kekayaan mereka hanyalah intangible asset berupa aplikasi bersahaja bernama Gojek/Gopay.
Aplikasi Gojek/Gopay dihargai mahal karena dengan internet, aplikasi itu bisa jangkau jutaan pelanggan dengan seketika. Nyaris tanpa beban biaya sama sekali.
Kenapa almost zero cost.
Karena nangkap pelanggannya dengan digital connection. Bukan seperti bank yang harus punya ribuan kantor cabang yang amat mahal.
Hanya degan digital connection, saat ini Gopay sudah bisa raih sekitar 30 juta pelanggan. Tanpa bantuan 1 pun kantor cabang.
Dan dengan kekuatan digital, user Gopay yang 30 juta itu dengan mudah bisa di-scale menjadi 100 juta.
Juga tanpa bantuan satupun bangunan fisik atau ribuan pegawai teller.
Dengan kekuatan digital, jumlah pengguna Gopay bisa di-scale dengan masif, dan hampir tanpa additional cost yang signifikan. Branchless operation.
Nah para investor optimis pengguna Gopay bisa tembus 100 juta dalam 3 tahun ke depan.
Bayangkan apa yang akan terjadi jika pengguna Gopay sudah tembus 100 juta?
Sederhana : harga saham BCA dan Bank Mandiri bisa terpelanting dalam duka yang amat perih.
Revolusi bank akan terjadi.
Dan valuasi Gojek bisa makin naik menuju 200 triliun, dari angka 75 T saat ini.
Optimisme akan prospek pertumbuhan masa depan bisnis. Inilah juga salah satu kunci untk melakukan valuasi bisnis.
Valuasi Gojek/Gopay dihargai amat mahal sebab investor yakin akan masa depan mereka.
Investor optimis Gopay bisa tembus hingga 100 juta pelanggan.
Jadi valuasi Gojek yang saat ini tembus Rp 75 triliun terjadi karena faktor :
The power of digital app. Aplikasi mereka bisa raih puluhan juta pelanggan dengan super efisien.Optimise investor bahwa kelak Gopay akan kuasai digital payment di tanah air. (sumber: LinkedIn/koerniawan prabowo)
Insya Allah aplikasi medsos Yippi akan bisa seperti GOJEK. So, yuk gabung di PELUANG USAHA Yippi.
Wa 0817-6041817
https://getyippi.com/r/anto01
Wa 0817-6041817
https://getyippi.com/r/anto01
Rabu, 10 Juli 2019
PERBEDAAN INVESTASI DI BANK, ASURANSI, DAN SAHAM
Hebat,Optimis & Luar biasa ,berikut ini sy ingin berbagi info+Ilmu , seputar ilmu tentang INVESTASI , banyak orang yg salah menyimpan uangnya untuk investasi... Sementara ciri-2 investasi yg benar , tidak boleh terkena dengan namanya INFLASI dan kapan saja bisa di cairkan atau di tarik kembali..... 1. 1. 1)
1>>DEPOSITO BANK
itu bukan termasuk INVESTASI ,kenapa.? karena terkena dengan INFLASI..karena bunga Deposito hanya dapat 6% pertahunnya, Sementara kebutuhan kita dalam 1 tahun naiknya lebih dari 6% , contoh : Jika kita punya uang Rp. 200.000.000 lalu kita Deposito kan ke bank , yuk.. kita hitung.. dapat berapakah dan cukupkah untuk biaya hidup kita....Kita hitung 200.000.000 x 0.5%/ Bln =Rp. 1.000.000/bulan...Pertanyaannya apakah cukup uang Rp. 1.000.000 setiap bulan untuk kebutuhan / Biaya hidup kita???? Sementara uang kita tidak bisa di ambil setiap saat ,karena kita sudah kontrak diawal buka deposito... Kecuali habis kontrak..baru bisa di ambil kembali... Sementara bank begitu enaknya memutarkan uang kita selama masa kontrak , meraka sudah dapat berapa Keuntungan , pasti bank mendapatkan keuntungan sangat besar... Sementara kita, keuntungannya ngga cukup utk hidup 1 bulan... Mari kita berpikir cerdas , jangan lagi buat Bank semakin kaya... INGAT Bank di ciptakan,yg Utamanya untuk TRANSAKSI , bukan untuk menyimpan uang.. Karena jika uang kita di simpan di bank ,uang kita yg pasti malah akan berkurang...itu disebabkan karena adanya potongan2 : Biaya Admin tiap bulan dan tetek bengek lainnya.
2>> ASURANSI ,
Asuransi juga bukan jenis INVESTASI , karena ASURANSI juga kena INFLASI.... sebagaii contoh kita Nabung Asuransi,bayar iuran Rp. 350.000 perbulan , selama 5 tahun ,terkumpullah uang kita Rp.21.000.000,-...Dan biarkan uang kita selama 10 sampai 15 tahun maka uang kita akan menjadi 100.000.000 itu juga kalau jatuh di Bunga Tinggi , Rata2 , Asuransi setelah 10 tahun jatuh di bunga sedang paling jadinya 70.000.000...PERTANYAANNYA.. Bayangkan oleh kita 10 atau 15 tahun kedepan , berapa pasti kebutuhan kita akan meningkat jauh bisa 1000 % naiknya..jadi uang 70.000.000 di posisi 10 sampai 15 tahun kedepan tidak ada nilainya Dan Asuransi juga ngga bisa di ambil sebelum habis masa kontrak... Karena kalau di ambil kita kena istilah LEP.. jadi begitu enaknya perusahan Asuransi memutarkan uang kita.. Dan ingat Asuransi di ciptakan hanya untuk PERLINDUNGAN , bukan untuk INVESTASI ,Kalau Asuransi kesehatan itu saya setuju... Kalau untuk INVESTASI sgt kurang tepat...
3>>TANAH
nah... ini baru jenis INVESTASI yg tepat ,kenapa..? karena tanah tidak ada istilah turun.... Karena jika kita membeli sebidang tanah , lalu kita biarkan 2 sampai 5 tahun... pasti harganya naik , Apalagi kalau kita membeli tanahnya di tempat yg strategis.. BETUL??? dan tanah kapan saja bisa di jual , betukan????
4>>Emas
ini juga jenis INVESTASI kenapa karena EMAS pertahun ke naikkannya menyampai 20% dan EMAS pasti naik terus.. Kalau kenaikkannya sampaai 20% ini bisa menutupi kebutuhan kita karena perbulan kita dapat 2%..Tapi ingat EMAS disini adalah EMAS BALOK ATAU LM ( LOGAM MULIA )bukan Emas Perhiasan...
5>> SAHAM...
Inilah jenis investasi yang paling cepat dan hebat.. Kenapa karena saham kenaikkannya dalam setengah tahun Bisa mencapai lebih dari 100% , bisa jg dalam setahun kenaikannya mencapai 500%..
Dan jika Saham di simpan makin lama,harganya pasti akan semakin mahal...kita bisa ambil contoh , 10 tahun ke belakang Daham *Facebook* hanya Rp.3000 ,- Perunit tapi setelah 10 tahun kemudian, lihat sekarang saham *Facebook* harganya Rp. 2.700.000 Perunit...Dahsyat bukan
Begitu juga dengan saham aplikasi lain nya..harganya semakin hari semakin naik terus...ratusan % ,Bahkan bisa Ribuan % ,Sy sdh merasakan,Anda jg bisa menikmati keuntungan seperti sy ,Ayo dari sekarang mulai mengumpulkan Saham,sgr bangun aset / kekayaan Anda mulai dari hari ini,demi masa depan yg cerah & hidup sukses,makmur,sejahtera+bahagia...!!! (Sumber; yippiaplikasimultiguna.blogspot.co.id;)
https://yippiweb.com/r/anto01
Jumat, 28 Juni 2019
Persepsi tentang Kaya dan Miskin
PERSEPSI TENTANG KAYA DAN MISKIN
Kita sudah sering salah sangka pada kondisi seseorang,
bahkan kita sendiri. Jika dia punya rumah besar dan mobil mewah kita
menyebutnya kaya. Jika dia hidup sederhana kita sebut miskin. Padahal belum
tentu. Bisa saja dia hidup sederhana karena sedang menunda kenyamanan, sebuah kondisi yang
menjadi prasyarat untuk bisa kaya. Kita memiliki uang tetapi tidak digunakan
untuk hidup, melainkan digunakan untuk investasi.
Terkadang kita melihat seseorang yang tadinya hidup sederhana
cenderung miskin, kemudian "mendadak" nampak kaya. Orang lain curiga
dia pelihara tuyul atau makhluk gaib lain. Kalau saya melihatnya mungkin dia
cerdas finansial. Melakukan proses menunda kenyamanan sampai investasinya
berhasil. Setelah berhasil, barulah dia menggunakannya untuk membeli benda
benda yang disukainya.
Seseorang yang membeli benda benda yang bagus kemudian
membayarnya dengan bekerja keras mencari uang, maka dia pasti orang miskin.
Hidupnya sering stres meskipun jarang diakui.
Jadi, kalau Anda hidup mewah dengan penghasilan aktif, Anda
adalah orang miskin. Semakin mewah kehidupan Anda, sebenarnya semakin miskin
Anda. Meskipun karena ketidak tahuan Anda, seringkali Anda menolak kebenaran
bidang keuangan ini. Tertutup oleh pandangan tetangga, saudara, teman dan
siapapun di sekeliling Anda yang mengatakan ANDA KAYA.
*MENGETAHUI DEFINISI KAYA DAN MISKIN*
Terkadang terasa menggelikan. Atau lebih tepat lagi
mengenaskan ? Ada sebuah ironi yang terjadi disini.
Nyaris seumur hidup kita bekerja keras setengah mati supaya
bisa kaya atau makmur. Tetapi karena tidak cerdas finansial dan tidak tahu
hukum-hukum keuangan, kita malah menjauh dari kaya. Semakin lama justru semakin
mendekat kearah miskin tanpa disengaja atau disadari. Akibatnya banyak yang
semakin frustrasi. Semakin besar penghasilan kita, mengapa semakin banyak
hutang kita ? Dan merasa semakin merasa perlu mendapat penghasilan lebih besar
lagi ? Kok seperti kurang terus ya ? Lapar uang terus ya ?
Banyak guru yang justru semakin stress ketika mendapat
tunjangan pendidikan yang besarnya 1x gaji. Teman teman saya yang waktu itu
rata rata sdh kepala sekolah, membenarkan bahwa mereka semakin sering
menandatangi rekomendasi permintaan kredit dari para guru. Ini ironi kan ?
Digaji semakin besar, justru hutangnya yang semakin besar.
Akibat rendahnya kecerdasan finansial, kita menumpuk beban
yang kita pikir aset seperti rumah, tanah dan mobil. Akibatnya kita sebenarnya
bertambah miskin meskipun kita sendiri merasa bertambah kaya. Itu nampak dari kerja
kita yang semakin tua semakin keras dan tanggung jawabnya semakin besar. Itu
sebenarnya hanya menunjukkan bahwa kita membutuhkan uang semakin banyak untuk
bisa bertahan hidup. Mereka yang berusaha mencari uang besar adalah mereka yang
kekurangan uang alias miskin. Itulah aturan dasarnya yang perlu dipahami.
*M I S K I N*
Sebenarnya definisi miskin itu secara filosofi tidak ada
karena kita menggunakan kata ampuh yaitu CUKUP. Padahal yang sering terjadi,
cukup itu artinya kekurangan uang yang dicukup cukupkan.
Dalam dunia keuangan sebenarnya hanya ada 2 kondisi yaitu
KEKURANGAN UANG dan KELEBIHAN UANG. Anda disebut kekurangan uang bila Anda
masih HARUS BEKERJA untuk mendapatkan uang. Sebaliknya Anda disebut kelebihan
uang jika uang sudah datang sendiri dari ASET yg dulu Anda bangun. Anda boleh
saja tetap bekerja seperti _Bill Gate_ dan para milyarder lain. Tetapi
bekerjanya membangun aset.
Tetapi dengan definisi kaya yang sudah baku yaitu
penghasilan pasif lebih besar dari biaya hidup, maka definisi miskin ya
kebalikannya.
Jose Mujica, presiden Uruguay yang sangat sederhana
mengatakan bahwa Orang miskin adalah mereka yang bekerja keras hanya untuk
membayar gaya hidupnya yang mahal, dan selalu ingin lebih dan lebih.
*KAYA DAN MAKMUR*
Orang kaya itu bukan orang yang penghasilannya besar,
rumahnya besar dan mobilnya banyak. Itu namanya orang yang hidupnya mewah.
Sebagian besar yg hidupnya mewah seperti itu adalah orang yang secara keuangan
sebenarnya miskin. Karena mereka membiayai kehidupan mewahnya dengan bekerja
keras. Seperti yg saya lakukan dulu.
Robert T Kiyosaki mengatakan bahwa orang disebut kaya kalau
mulai besok dia berani berhenti bekerja, karena sudah memiliki penghasilan
pasif yang lebih besar dari biaya hidupnya.
Sebenarnya yang paling mudah ya mengukur *INDEKS KEMAKMURAN*
masing masing. Yaitu penghasilan pasif di bagi biaya hidup. Jika IK nya lebih
dari 1 berarti kita makmur. Jika IK nya jauh lebih besar dari 1 berarti kita
kaya.
Coba Anda ukur Indeks Kemakmuran 15 tahun yg lalu, 10 tahun
lalu dan sekarang. Jika naik terus berarti bagus, pola pengaturan keuangan bisa
diteruskan. Jika turun terus berarti tidak bagus. Anda harus segera merubah
arah. Bisa dengan merubah cara mencari uang atau dengan merubah cara
menggunakan uang. Kalau itu Anda biarkan, maka bukan tidak mungkin Anda akan
masuk golongan 80% profesional berpenghasilan besar yang jatuh miskin di usia
tuanya.
*CASFLOW QUADRANT*
Dalam bukunya yg sangat terkenal yaitu Cashflow Quadrant,
Robert T Kiyosaki mengatakan bahwa ada 4
cara kita mendapatkan nafkah. Ke empat cara itu disebut sebagai Cashflow
Quadrant. Ke 4 kuadran ini sangat berbeda karakter nya. Sehingga jika seseorang
di kuadran yang satu mencoba melakukan sesuatu yang menjadi keahlian kuadran yg
lain, biasanya gagal.
Ke 4 Kuadran itu adalah :
Kuadran *E* (Employee atau pegawai). Ini adalah kuadran
dimana kita bekerja kepada pihak lain. Entah perorangan atau perusahaan. Kita
hidup dari gaji rutin. Karakter orang yang di kuadran ini adalah TAKUT. Mereka
takut dipecat sehingga main aman, takut mengambil resiko, takut melakukan
kesalahan dsb. Banyak mantan direksi perusahaan besar yang setelah pensiun
mencoba berbisnis sendiri dengan bekerjasama dengan orang lain. Sebagian besar
gagal dan menghabiskan uang pesangonnya, karena bekerja sama dengan orang lain
bukanlah karakter mereka, itu karakter kuadran *B* dan *I*.
Kuadran *E* adalah tempat orang mencari keamanan pekerjaan.
Padahal justru disini yang paling tidak aman. Jika ada perubahan ekonomi,
korban pertama selalu orang di kuadran E.
Dalam situasi yang sulit, hal pertama yang dilakukan
perusahaan adalah penghematan. Artinya melakukan pengurangan pegawai.
Kuadran *E* isinya kerja keras, tidak punya kebebasan waktu
dan tidak aman.
Kuadran *S* (Self Employed seperti dokter, pengacara,
pemilik restoran, pemilik toko. Yaitu profesional dan pengusaha kecil). Mereka
adalah orang yang bekerja kepada dirinya sendiri. Karakter mereka adalah tidak
percaya orang lain mengerjakan sebaik mereka. Akibatnya sama, jika bekerjasama
dengan orang lain seringkali mendapat mitra dengan kemampuan rendah sesuai dg
karakter nya yg ingin menjadi nomor satu di bidangnya. Bisnis kerjasamanya
gagal krn pihak sana kemampuannya rendah. Akhirnya ke dua belah pihak merasa
saling ditipu.
Di kuadran S variasi penghasilannya lebar, mulai profesional
dan pelaku bisnis berpenghasilan sangat besar sampai sangat kecil. Tetapi
biasanya memiliki hutang banyak dan selalu kekurangan uang. Karena uang mudah
dicari, maka mudah pula dikeluarkan.
Kuadran *B* yaitu Business owner atau pemilik bisnis. Disini
kita memiliki sistem dan orang orang bekerja ke kita. Bedanya dengan kuadran S,
bisnis kuadran B bisa ditinggal karena sudah autopilot. Karakter orangnya
sangat percaya bahwa orang lain itu banyak yg lebih baik dari mereka, jadi
percayakan saja pada ahlinya. Mereka juga sabar menunggu hasil, berbeda dengan
kuadran E dan S yang kurang sabar menunggu hasil.
Sifat kerja disini ringan, punya banyak waktu luang dan
hasilnya stabil.
Kuadran I atau Investor. Disini uang yang bekerja untuk
kita. Umumnya memiliki banyak uang dan tidak memiliki hutang. Khususnya hutang
buruk yaitu hutang konsumtif.
Kuadran *E* dan *S* disebut KUADRAN KIRI. 95% orang berada
disini, tetapi uang yang diperebutkan hanya 5% dari uang yg ada di dunia.
Karena itu mereka harus bekerja keras terus dan sifatnya bergantian. Ada
pensiun, ada PHK. Apapunbyang dibangun oleh orang kuadran *E* dan *S* hanya
akan berhenti pada dirinya. Apakah itu karir, relasi, jaringan atau apapun.
Berhenti hanya di kita.
Kuadran *B* dan *I* disebut
KUADRAN KANAN. Jumlah orangnya hanya 5% tetapi menguasai 95% uang di
dunia. Disini tidak ada pensiun. Apa yang sudah mereka bangun, bisa diwariskan
atau diteruskan oleh keturunannya. Sehingga menjadi semakin besar dan besar.
*GRAFIK PENGHASILAN AKTIF DAN PASIF*
Penghasilan aktif mengikuti pola linier atau garis lurus.
Rumusnya berdasarkan penambahan. Jika gaji saya 5 jita sebulan, maka bulan
depan dapat 5 juta dan setahun 60 juta.
Sejak mulai bekerja kita sudah mendapatkan penghasilan. Akan naik terus sampai
usia tertentu, kemudian mulai stagnan. Jika pada usia 40 tahin Anda belum
mencapai puncak karier di bidang Anda. Berarti Anda tidak akan sampai puncak.
Kemudian PASTI TURUN karena tua, sakit, PHK, bangkrut atau apapun. Setelah
pensiun, biasanya penghasilan kita tinggal 20% dari sebelumnya.
Kita bekerja untuk mendapatkan uang. Jika kita tidak
bekerja, maka kita juga tidak akan mendapatkan uang lagi.
Grafik penghasilan pasif bersifat eksponensial atau garis
melengkung keatas. Rumus yg dipakai adalah perkalian atau kelipatan. Mula mula
Anda tidak mendapatlan uang, malah mengeluarkan uang, karena sedang membangun
aset. Jack Ma selama 3 tahun pertama
mendirikan grup penjualan di Tiongkok yaitu Alibaba, tidak menerima
pemasukan karena pelayanannya gratis. Setelah aset Anda terbentuk barulah mulai
menerima uang. Uang itu digunakan untuk menambah aset sehingga penghasilannya
berlipat ganda.
Jika suatu saat kita tidak bisa lagi bekerja, maka aset yg
sudah terbentuk akan tetap menghasilkan uang untuk kita dan keluarga.
Jika kita diajak melakukan "bisnis kuadran kanan
/jaringan" tetapi kita langsung mendapatkan uang banyak di bulan bulan
awal. Hati hati ada jebakan batman disana karena itu tidak cocok dengan pola
atau profil membangun aset. Tetapi lebih cocok pola bekerja mencari uang.
Mungkin kita memang sedang membangun aset atau jaringan, tetapi itu aset atau
jaringan miliki pihak lain, bukan sepenuhnya milik kita. Sayangnya orang biasa
(miskin/gagal) lebih suka yang begini ini. Karena itu orang yg bisa kaya
tetaplah hanya sedikit.
Kemungkinan kedua, kita sedang berada di dalam money game. Bisa money game
sepenuhnya, dimana seluruh uang yang kita setor digunakan utk membayar mereka
yg masuk duluan. Dan bagian kita, menunggu orang yang menyetor kemudian. Atau
setengah money game, seperempat money game tergantung berapa persen uang masuk
kita dibagi bagi ke anggota lama. Sedang bagian yg lain digunakan untuk membeli
saham, menabung, investasi, membayar premi asuransi atau membeli produk.
Tergantung pada bungkusnya. Tetapi pembuat sistem dan penyelenggara tahu, yang
paling menarik orang kuadran kiri (lihat cashflow quadrant) adalah bagian money
game nya yang cepat menghasilkan uang.
Ingat di dunia keuangan tidak ada keajaiban. Jika ada, itu
sebenarnya hanya tipu tipu.
*HIDUP ADALAH PENIRUAN.*
Saat ini kita menulis dari kiri ke kanan dengan huruf latin
yg bisa kita baca, karena kita di Indonesia dan sejak kecil belajar menulis dengan
cara itu. Jika kita di Arab, maka menulisnya pasti dari kanan ke kiri dg
tulisan berkelak kelok yang tidak semua orang bisa membacanya. Kalau di Jepang
pasti dari atas ke bawah dengan tulisan
yang sebagian besar orang juga tidak bisa membacanya.
Begitu juga dalam kebiasaan lain, kita ini cuma meniru.
Kalau nonton film kita makan berondong jagung karena meniru kebiasaan di film
film Amerika. Kalau kita di India pasti membawa sejenis pastel. Di Korea
cemilan nonton bioskop atau tv biasanya ceker ayam. Ya benar. . . . masakan
dengan ceker ayam.
Bagaimana dalam mendapatkan nafkah ?
Dalam mendapatkan nafkah, sayangnya kita meniru cara yg
sudah terbukti tidak bisa membuat seseorang menjadi kaya. Yaitu BEKERJA MENCARI
UANG. Penghasilannya disebut sebagai penghasilan aktif dan sering dikatakan
sebagai uang yang salah. Itulah yang kita tiru selama belasan mungkin puluhan
tahun. Kemudian kita heran kok semakin lama bukannya semakin santai tetapi
justru bekerja semakin keras dg gaya hidup yang tetap begitu begitu saja.
Kenaikan penghasilan kita seringkali kalah dengan laju inflasi.
Sementara ada sebagian kecil masyarakat melakukan hal yg
berbeda dalam mendapatkan nafkah yaitu BEKERJA MEMBANGUN ASET. Jika kita
menginginkan menjadi orang kaya sejati, punya uang dan waktu yg cukup untuk
melakukan apapun yg kita inginkan dan kapanpun kita mau.
Mau tidak mau kita ya harus meniru sebagian kecil masyarakat
yg menguasai sebagian besar kekayaan dunia itu. Yaitu BEKERJA MEMBANGUN ASET
dan mendapatkan penghasilan pasif atau uang yang benar. Kalau kita ingin bisa
jauh lebih santai dan bisa memikirkan hal hal lain selain mencari nafkah.
Sayangnya, dalam hal keuangan, sama dengan sex, agama, dan
politik. Kita semata mata berpikir hanya dengan pikiran bawah sadar. Logika hanya
membuat kita bertanya tanya sebentar. Setelah itu kita akan dikuasai pikiran
bawah sadar. Melakukan hal hal yang sudah biasa kita lakukan. Membutuhkan
keputusan yang kuat dan lingkungan yang benar serta bantuan orang yang kita
pandang memiliki otorita ke kita untuk mengubah program yang 95% menyebabkan
kita bertambah miskin ini. Itulah perlunya mentor yang kita patuhi (sumber: grup trained enterpreneur).
Langganan:
Postingan (Atom)